Tama, cowok baik-baik, kalem dan jago olahraga yang jatuh cinta dengan Raina si gadis yang terkenal dengan reputasi buruknya. Suka dugem, mabok, merokok, bahkan gosipnya dia pun jadi sugar baby simpanan om-om.
Tama menghadapi banyak tantangan agar bisa bersama Raina. Teman dan keluarganya yang tak menyukai Raina, rumitnya latar belakang keluarga Raina, juga cintanya yang penuh gairah yang amat sulit dikendalikan oleh cowok itu.
Kisah mereka terajut sejak masa di bangku kuliah. Saat mereka lulus, Tama berjanji akan menikahi Raina satu tahun kemudian. Tapi dengan banyaknya pihak yang menginginkan mereka untuk berpisah, bisakah mereka bertahan? Apalagi mereka terpaksa harus berpisah demi mempersiapkan masa depan untuk bersama?
Author masih belajar, tetapi selalu berusaha memperhatikan ejaan dan penggunaan huruf kapital yang benar sehingga nyaman di baca. Silahkan mampir😂
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabina nana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sugar Daddy
Ketika Raina sampai rumah ia baru membuka handphone-nya dan akhirnya ia tahu apa yang sebenarnya terjadi. Semua ternyata ulah Cello.
Cello mengunggah foto-foto saat Raina dijemput seorang lelaki paruh baya di samping sebuah mobil mewah. Juga ada foto-foto saat lelaki itu membimbing lengannya masuk ke sebuah hotel. Caption yang menyertainya sungguh membuat darah Raina mendidih.
[cewek tercantik di kampus ternyata nyambi jadi simpanan om-om]
Itu yang ditulis Cello di akun instagramnya. Postingan itu sudah dilike, dikomentari bahkan dibagikan ribuan orang. Raina merasa ia tak lagi punya muka untuk pergi ke kampus.
Apa pendapat Tama tentang ini? Raina sudah menguatkan diri seandainya Tama memilih mundur. Ia sudah memperingatkan Tama tentang hidupnya yang tak mudah, pacaran dengan cewek yang digosipkan jadi sugar baby tentu tak bisa ditolelir cowok itu.
Lagipula sudah dua hari berlalu sejak peristiwa pagi itu di kampus, dan Tama sama sekali tak menghubunginya. Atau memang seperti itu yang diketahui Raina, karena ia memang mematikan ponselnya selama dua hari ini. Ia tak tahan mendapat pesan-pesan penuh nada pelecehan dari nomer-nomer yang tidak dikenalnya.
Ia yang biasanya tegar kali ini tak punya nyali untuk keluar rumah apalagi ke kampus. Ia bahkan tak berani menghadapi Tama, akan lebih baik jika cowok itu benar-benar meninggalkannya. Ia akan mengobati lukanya sendiri tanpa melibatkan cowok itu di hidupnya yang kacau.
Tapi ucapan Anya sore tadi membuat Raina tak mampu memejamkan mata.
"Ini nggak adil buat Tama, Ra. Dia berhak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia cowok elo." kata Anya ketika Raina meminta pendapatnya.
"Tapi apa itu harus, Nya? Akan lebih baik kalau dia memutuskan untuk ninggalin aku sekarang."
"Lebih baik buat siapa? Yakin elo bakalan baik-baik saja kalau kalian beneran putus?" ucapan Anya itu membuat Raina terdiam. Sesuatu menyesakkan dadanya tiba-tiba.
"Nggak yakin kan, elo? Udah deh, ikutin kata gue. Kasih tahu Tama yang sebenarnya dan kalau setelah itu Tama memutuskan untuk nggak bisa lanjut, ya udah. Selamat menikmati patah hati deh buat kalian berdua." kata Anya sambil terkekeh.
----
Dua hari yang berat juga dialami Tama. Tak bisa memejamkan mata saat malam tiba, pun tak bisa mengusir bayangan Raina saat siang. Tama ingin mengejar Raina, memintanya menjelaskan sesuatu dan berjanji akan menerima apapun penjelasan gadis itu tanpa tanya lagi. Tapi ia menahan diri.
Kalau Raina memang mempercayainya, gadis itu seharusnya menjelaskan segalanya tanpa Tama minta. Jadi Tama memberi Raina waktu. Ia tahu gadis itu mungkin sedang berperang melawan dirinya sendiri. Lagipula Tama juga butuh waktu untuk menyiapkan dirinya menerima kabar yang paling buruk.
Tapi dua hari sudah terlalu lama bagi Tama. Hari ini, entah Raina siap atau tidak, dia akan menuntut jawab.
Karena itu ia kaget saat ia keluar dari kelasnya dan Raina sudah menunggunya di depan pintu kelas. Beberapa mahasiswa berbisik-bisik ketika melihat Raina langsung menuju Tama dan menggamit lengan cowok itu.
Raina mengenakan jeans panjang dan hoodie hitam, rambut ikal cokelatnya dibiarkan terurai. Tama menahan dirinya untuk tak memeluk gadis itu erat-erat, akhirnya ia hanya memeluk Raina lewat tatapan mata saja.
"Ikut aku bentar, mau ya?" Raina nampak cantik walau matanya kelihatan sayu karena kurang tidur atau kebanyakan menangis. Tama menurut saja, mengikuti langkah gadisnya tanpa tanya.
Sesekali memberi tatapan membunuh pada segerombolan mahasiswa yang melontarkan godaan pada Raina.
Mereka kini sudah ada di depan gerbang kampus. Sebuah mobil mewah terparkir di sana. Melihat kedatangan keduanya, si pengemudi keluar dari mobil dan membukakan pintu belakang untuk Raina dan Tama.
Lelaki ini sama seperti yang pernah dilihat Tama di depan kafe Soccerland. Lelaki usia 45an tahun yang masih gagah, bersetelan jas mahal dan mengendarai mobil mewah. Lelaki yang sama yang ada di instagramnya Cello.
"Silakan, Nona. Tuan sudah menunggu." kata lelaki itu sambil mempersilakan keduanya untuk masuk ke kursi penumpang. Tama mengangkat alisnya. Nona? Tuan? Lelaki ini lebih seperti sopir bagi Raina daripada sugar daddy-nya.
Raina mengangguk tanpa menjawab. Kedua orang itu sibuk dengan pikiran masing-masing. Bagi Raina, ini adalah kali pertama ia memperkenalkan seorang lelaki pada rahasia hidupnya yang terdalam. Sebentar lagi Tama akan tahu betapa rumitnya hidupnya, dan dia akan menerima apapun keputusan Tama setelah ini.
Ketika mobil yang mereka tumpangi berhenti di parkiran sebuah hotel mewah, Tama semakin bingung. Mereka kemudian naik lift menuju lantai tertentu, yang mana sepertinya mereka punya akses khusus untuk mencapainya. Pria separuh baya tadi memimpin di depan.
Mereka memasuki president suit yang merupakan kamar termewah di hotel itu. Tama kagum dengan interior hotel yang tampak begitu mewah. Dindingnya dihiasi lukisan mahal, sebuah lampu gantung raksasa terpasang di langit-langit, bahkan karpetnya terasa empuk dan lembut di kakinya. Jangan lupakan perabotan mahal yang mengisi ruangan itu.
Tapi perhatian Tama teralihkan sepenuhnya pada sesosok lelaki tua yang duduk dengan pongahnya di sofa. Lelaki itu berusia sekitar 70 tahun, masih gagah dan terlihat sangat berkuasa. Rambut dan jenggotnya yang memutih membuatnya makin berwibawa.
Melihat kedatangan Raina dan Tama, pria tua itu tersenyum lebar. Tanpa beranjak dari duduknya, ia merentangkan kedua tangannya lebar-lebar, memaksa Raina untuk masuk ke pelukannya.
Inikah sugar daddy-nya Raina?
Raina setengah terpaksa menghampiri lelaki tua itu. Membiarkan si tua memeluk bahunya. Tama diam-diam mengepalkan tinjunya, menahan geram. Apa maksudnya ini?
"Sabar, Anak Muda. Ini tidak seperti yang kamu bayangkan," si lelaki tua terkekeh melihat raut muka Tama. "Kenapa kamu nggak memperkenalkan kami berdua, Sayang?" katanya pada Raina.
Raina mencebik.
"Tama, kenalin. Ini kakekku. Panggil dia kakek Suryo. Dan aku nggak perlu ngenalin Tama ke kakek, kakek pasti udah tahu dia siapanya aku,kan?" kata Raina.
Suryo terbahak lagi. Senang melihat anak lelaki yang dibawa Raina sepertinya adalah lelaki baik.
"Sini, Nak Tama. Ayo main catur sama kakek. Lelaki tua ini ingin tahu sejauh mana kemampuan kamu." Suryo menggiring Tama menuju meja catur. Tama menurut.
Giliran Raina yang cemberut.