NovelToon NovelToon
Menikahi Bintang Film Dewasa

Menikahi Bintang Film Dewasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Dark Romance / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / CEO Amnesia
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Vanilla Ice Creamm

Laura Rivas 22 tahun, seorang bintang film dewasa Spanyol dengan nama panggung Karen Monroe di L.A., diasingkan ke Portugal oleh calon kakak iparnya, Diego Torres, setelah skandalnya menjadi "gadis penghibur" Kartel Meksiko menghancurkan reputasi sosial kakaknya, Julia Rivas, dan membatalkan pernikahan Julia.

Asisten utama Diego, Pablo Reyes (32), ditugaskan mengurus Laura di pengasingan, namun Laura yang selalu bermasalah terus melanggar protokol keamanan. Untuk mengatasi kekacauan ini, Diego menyetujui keputusan drastis Pablo untuk menikahi Laura Rivas.

Pernikahan ini, yang mencakup perjanjian pra-nikah dengan klausul properti dan kewajiban kegiatan ranjang, bertujuan memberikan Laura status, perlindungan, dan memindahkan seluruh tanggung jawab pengawasannya ke tangan Pablo.

Awalnya hubungan intim sebagai tugas untuk pengamanan Laura agar tak liar, namun Pablo kecanduan pada kemahiran Laura di ranjang, mengubah "tugas" menjadi candu bak kokain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanilla Ice Creamm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Gejolak Batin

​Ia mengambil buku itu, membolak-baliknya sebentar dengan membacanya sekilas, dan kemudian meletakkannya di nakas.

​Pablo memang telah mendesak Laura untuk mencari kesibukan, sebagai Nyonya Reyes sekarang, Pablo tidak mengizinkannya bekerja sebagai pelayan atau pekerjaan rendahan lainnya. Terlebih, Laura telah diberi tunjangan bulanan sebesar €30.000, yang mengharuskannya menyesuaikan gaya hidup yang baru, termasuk pengembangan diri yang sesuai dengan statusnya.

Ketika Pablo hendak berbalik untuk keluar, Laura menggeliat kecil dalam tidurnya. Istrinya terbangun, wajahnya tampak cantik dan terlihat imut.

"Pablo, kamu kapan pulang? Sudah makan malam?" tanyanya lirih, suaranya sedikit serak.

Pablo berhenti di ambang pintu. Ia menoleh ke arah ranjang, di mana cahaya redup menaungi wajah Laura.

"Baru saja. Dan aku sudah makan bersama Diego dan tim," jawabnya tanpa mengubah ekspresi dinginnya.

"Kau butuh apa setelah mandi? Memijat punggungmu?" Laura menawarkan salah satu keahliannya yang disukai Pablo selain urusan ranjang.

Pablo terdiam beberapa detik, seolah memproses tawaran itu.

"Tidak perlu, aku tidak menyentuhmu di luar klausa yang sudah disepakati. Jangan bertindak di luar peranmu, Laura."

"Fokus pada bukumu. Aku tidak ingin melihat ada insiden lagi yang membuktikan bahwa uang tunjangan €30.000 itu terbuang percuma."

Pablo kemudian keluar dari kamar tanpa menunggu jawaban, menutup pintu dengan pelan namun tegas. Kehangatan sesaat dari tawaran Laura itu langsung dipadamkan oleh profesionalisme dan aturan besi Pablo.

Pablo mandi di suite-nya. Tubuh tegapnya yang telanjang berada di bawah kucuran shower. Batinnya mati-matian menyangkal perasaannya, berusaha menjaga jarak pada istrinya, dan menekan logikanya kuat-kuat.

​"Aku tidak boleh terlalu dekat dan sering berhubungan intim dengannya. Ingat, Pablo, Laura Rivas atau Karen Monroe itu sangat menjijikkan. Tubuhnya sudah dijamah banyak pria selama tiga tahun sebagai bintang porno, filmnya juga ada di situs film dewasa" geramnya dalam hati.

​"Jika aku menuruti keintiman ini, itu bukan karena aku menyukainya. Tapi semata-mata agar dia tidak liar dan tetap terkendali." tegasnya lagi dan lagi, berusaha denial mati-matian.

Pablo duduk di ranjangnya, bersandar di kepala ranjang, mencoba tidur setelah lelah bekerja sebagai asisten pribadi Diego. Tentu saja, hubungan itu kini diperumit oleh statusnya sebagai ipar bagi Diego, mengingat hubungan antara Julia dan Laura.

​Pablo mengambil sebatang rokok dan membuka pintu balkon kamarnya, menatap kegelapan di bawah sana. Ingin rasanya dia menghampiri Laura, tetapi rasa gengsi membuat egonya semakin kuat.

​Dua hari yang lalu, dia sudah menjamah Laura, bahkan mengakhirinya dengan tidur di kamar Laura hingga pagi. Pagi itu, kabar duka datang: mertuanya meninggal dunia.

​Satu hal yang selalu Pablo tekankan: ketika selesai menjalankan 'tugas' keintiman di suite-nya, Pablo mengusir Laura untuk segera kembali ke suite-nya sendiri. Sikapnya seolah memperlakukan Laura seperti wanita panggilan yang telah menyelesaikan tugasnya dengan baik, lalu harus segera pergi. Entah bagaimana perasaan Laura, Pablo tak ingin tahu.

Pablo menyesap rokoknya, asap perlahan mengepul dan hilang ditelan kegelapan malam.

"Bukankah dia jalang murahan? Siapa yang tidak tahu Karen Monroe?" batinnya lagi, sebuah upaya keras untuk menegaskan batasan dan status Laura di matanya. "Dia hanyalah subjek yang harus dikontrol, bukan wanita yang layak dicintai. Ini hanya tugas, dan aku harus menyelesaikannya tanpa melibatkan perasaan hati, ingat Pablo, jangan konyol!"

Pablo menggelengkan kepalanya seolah menyadarkan dirinya sendiri siapa istrinya di masa lalu.

Ia membuang puntung rokoknya, lalu berbaring lagi. Seluruh konflik dalam dirinya adalah perang antara kewajiban dan tarikan fisik yang tidak ia akui. Demi melindungi Diego dan jabatannya, Pablo harus menjadikan Laura tetap "menjijikkan" dalam pikirannya sebagai objek yang hanya layak dikendalikan dan dijauhi, kecuali saat "klausa biologis" menuntutnya.

​"Arrrghh.... sialan!" Pablo menggeram keras, umpatan demi umpatan dia ucapakan, menxoba memenangkan pertempuran gejolak batinnya yang paling jujur.

Hati berkata, "Hampiri, istrimu.. SEKARANG!!"

Namun, otak berucap. "Tetap di sini, Pablo! ingat dia murahan."

​Dengan cepat, Pablo bangkit dan langsung menuju ruang olahraganya yang terletak di sudut rumah, berdekatan dengan kolam renang dan jacuzzi.

​"Robert, ikut aku. Pasangkan sarung tinju," perintahnya tajam.

​"Baik, Tuan," sahut Robert, pengawal yang bertugas, segera menyusul untuk menyiapkan peralatan tinju.

Pablo mulai menghantam samsak, membayangkan wajah Laura yang tersenyum sebuah senyum yang tak pernah ia balas. Ketika Laura tertawa, wajah Pablo selalu datar.

​"Berengsek kau... brengsek!! Enyah... enyah!"

​Ia melayangkan tinju brutalnya ke samsak. Kaos putih polos yang ia gunakan segera basah kuyup oleh keringat. Dalam setiap pukulan, tersembunyi konflik batin dan penolakan keras yang ia rasakan terhadap istrinya.

"Kenapa kau harus menjadi jalang! Kau murahan!" geramnya, menahan emosi yang meluap hingga wajahnya memerah. Suara teriakannya yang teredam oleh hantaman tinju ke samsak itu sarat akan kebencian yang ditujukan pada masa lalu Laura, dan mungkin, pada dirinya sendiri yang gagal menjaga jarak.

​"Ada apa dengan suamiku, Robert? Kenapa dia berteriak?" tanya Laura lirih kepada Robert, wajahnya cemas karena teriakan Pablo terdengar ketika ia akan ke arah ruang makan.

Robert menoleh sekilas ke arah Laura, wajahnya tetap datar, terprogram untuk tidak menunjukkan apa pun. "Tuan hanya melampiaskan stres, Nyonya Reyes."

​Saat itu, Pablo menghentikan pukulannya. Ia menoleh cepat, napasnya terengah-engah, wajahnya masih memerah karena upaya fisik dan amarah yang diredam. Ia menatap Laura yang berdiri di sana dengan raut wajah terkejut bercampur cemas.

​"Pergilah, Robert. Tinggalkan kami berdua."

​Robert mengangguk tanpa bicara. Ia segera meninggalkan ruang olahraga.

​"Kemari, Laura. Lepaskan sarung ini," perintah Pablo.

​Dengan perasaan takut, Laura mendekat pada Pablo yang masih berdiri terengah-engah.

​"Kau tidak akan memukulku, kan? Kau membuatku takut, Pablo," tanya Laura dengan nada waspada.

​Pablo tidak menjawab. Ia hanya menatap tajam, keringatnya yang mengalir dari dahi hingga ke rahangnya. Laura dengan hati-hati melepaskan tali pada salah satu sarung tinju, jemarinya yang was-was menyentuh kulit lengannya yang panas. Setelah sarung itu terlepas, Pablo menjatuhkannya ke lantai.

​Begitu sarung satunya juga terlepas, Pablo langsung meraih tengkuk Laura dan memepetnya ke tembok dingin. Ia tidak memberikan jeda. Dalam satu gerakan brutal, Pablo mencium bibir Laura, mencumbu dengan paksa, sebelum beralih menciumi leher dan bahu Laura. Ciuman itu kasar, sama kasarnya dengan pukulan yang baru saja ia lancarkan ke samsak.

​Laura sedikit memekik kaget, ketika bibir Pablo menyentuh miliknya "Putingku, jangan digigit, masih sakit. Kau menggigitnya semalam! Ada lecet di sana," pinta Laura, penuh permohonan. matanya membulat

​"Tentu aku akan hati-hati, mi vida," bisik Pablo, senyumnya miring dan suaranya kini sedikit serak, penuh janji yang kontradiktif dengan kekasaran tindakannya.

1
Vanilla Ice Creamm
Hai semua... aku up setiap hari ya, minta tolong klik Like dan ulasannya ya... boleh banget lho kritik, saran dan komentarnya, agar author makin semangat menulisnya.
Vanilla Ice Creamm
Hai semua... minta dukunganan like & koment utk saran ya readers.
dan... akhirnya /hr 5 bab selama 4 hari done!
Yolanda
langsung baca
Park Nana
suka sama karakter cewe2 rebel ini....
Park Nana
dari judulnya, ibarat makanan itu.. "menggugah selera" lebih ke kategori romance yg dikemas dg cerita yang ada tujuannya, bkn soal hubungan fisik semata.
dari karakter Laura, Laura ini blak-blakan dan grusa grusu ya... cocok sm karakter Pablo yg disiplin spy lbh terarah.
Vanilla Ice Creamm: hai terima kasih sdh mampir
total 1 replies
Bengkoang Studio
Anjay, dah pada mateng usianya 😌
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025
salfok Julia uda hamil gede disini 🤗
Vanilla Ice Creamm: eh iya dong, di GN kan ada perjanjian sm diego utk hamil.. sdikit mengambil rulenya Christiano Ronaldo & Georgina Rodriguez
total 1 replies
Enjel
Selamat atas karya pertama author kesayanganku yang pindah kemari.. jangan ragu utk baca karya kak vanilla
Vanilla Ice Creamm: terima kasih ud mampir ya, kak
total 1 replies
Enjel
wah laura... laura... emang perlu banget sih ya laki-laki itu diminta ketegasannya dari awal... jgn ksh kendor💪
VIC
penasaran deh
VIC
good job, mi vida
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!