Feylindita adalah seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai seorang agen rahasia yang bekerja di bawah pusat keamanan negara. Keahlian menembak dan bela diri yang luar biasa, membuatnya menjadi salah satu agen rahasia yang sangat di andalkan. Tak ada yang mengetahui tentang pekerjaannya, termasuk keluarga bahkan suaminya sendiri.
Ia menikah dengan Giantara Aditama seorang CEO sebuah Mall ternama melalui perjodohan. Tepatnya Feylin 'Dijual' pada keluarga Aditama oleh sang paman yang merawatnya sejak kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan.
Namun ia beruntung karena memiliki mertua dan ipar yang baik. Cobaannya hanyalah suami yang selalu bersikap dingin dan cuek padanya.
Apakah hubungan pernikahan mereka akan membaik?
Apakah keluarganya akan mengetahui pekerjaannya yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Alasan Lain
"Lo gak salah tangkap orang, kan?" Tanya Gian pada Erik untuk memastikan.
"Enggak lah, gila lo! Gue bukan pemain baru di sini. Sesuai dengan ciri - ciri yang lo bilang. Tato di tangan mereka itu, tato kelompok mereka. Berkat mata lo yang jeli itu, gue jadi lebih gampang carinya." Jawab Erik.
"Iya, gue liat waktu Istri gue nahan tangannya." Jawab Gian.
"By the way, coba ceritain kronologinya." Pinta Erik. Gian pun menceritakan kronologi kejadian itu hingga membuat Fey terluka.
"Lo serius, Istri lo ngebanting laki - laki botak itu?" Tanya Erik yang nampak terkejut.
"Iya, ngapain gue bohong. Gue aja kaget, tau - tau tu orang udah di injek aja sama Fey." Jawab Gian.
"Gila sih, badan tu orang hampir dua kali lipat badan kita loh. Istri lo kerja apa? Beneran cuma pengacara? Gak merangkap jadi body guard tuh dia?" Tanya Erik sambil terkekeh.
"Dia itu atlet bela diri Nasional. Dulu lama jadi Coach, tapi berhenti setelah kerja di LBH." Jawab Gian.
"Oh, wajar sih kalo dia atlet bela diri. Apa lagi atlet bela diri Nasional." Ujar Erik, sementara Gian hanya mengangguk - anggukan kepala.
"Kenapa lo yakin kalo mereka itu suruhan CEO BB Company?" Tanya Gian.
"Gak sembarang orang bisa nyewa jasa mereka, Bro. Cuma orang - orang besar yang bisa pake jasa mereka." Jawab Erik.
"Lagian, CEO BB Company itu mantan Mafia. Bokapnya dulu Mafia terkenal di sini dan satu lagi, ketua kelompok itu, dulu mantan anak buah Bokapnya CEO BB Company." Cerita Erik.
"Lo gak apa - apa berurusan sama mereka? Atau perlu gue panggilin bantuan?" Tanya Gian.
"Enggak perlu, lah. Aman, lo temang aja! Sorry to say, kelompok gue ada di atas mereka." Kekeh Erik yang menyombongkan kelompoknya.
"Lo gak mau ikut gue introgasi tu orang? Barang kali lo mau ganti gores - gores badan mereka pake piso." Tanya Erik sambil tertawa.
"Gue percayain sama lo aja, Rik. Gue gak bisa ninggalin Fey sendirian. Lagi pula, gue bukan psikopat kayak lo." Jawab Gian yang membuat tawa Erik makin pecah.
"Rik, gue perlu body guard selama di sini. Gue gak mau kalo sampe kejadian yang sama keulang lagi dan bikin nyawa istri gue dalam bahaya." Pinta Gian.
"O.K. Nanti gue kirim anak buah buat jaga kalian selama di sini." Ujar Erik.
"Gue mau body guard cewek buat jaga Fey di Hotel kalo gue lagi gak bisa nemenin dia di Hotel." Pinta Gian Lagi.
"Dih! Posesif amat lo jadi laki. Susah emang kalo jadi laki yang bucin akut kayak lo." Ledek Erik.
"Bodo amat! Yang penting istri gue gak kenapa - napa." Jawab Gian.
"Siap! Tenang aja, besok gue siapin apa yang lo minta." Kata Erik.
"Hm. Thanks ya, Bro." Ucap Gian yang merasa beruntung karna sahabatnya ada di sini.
"Santai aja, gak usah sungkan. Yang penting, lo sama Fey aman selama di sini." Jawab Erik.
"Gue lebih takut kena omel Tante Mila kalo sampe dia tau gue gak becus jagaan mantunya." Imbuh Erik kemudian.
"Sial! Nyindir gue muluk lo, dari tadi." Omel Gian sambil menendang kaki Erik yang justru tertawa puas.
"Eh tunggu, lo beneran ke Ausie cuma karna kerjaan?" Tanya Erik dengan senyuman menggoda.
"Tadinya gue mau bawa Fey ke acara pesta pernikahan sepupunya. Cuma karna lihat kondisi dia kayak gini, gue harus pikir - pikir lagi, deh. Lagian dia juga nolak ketemu keluarga Pamannya." Jawab Gian.
"Masih suka morotin Istri lo itu, Pamannya? Sumpah, gak ada otak banget." Kata Erik.
"Sekarang sih udah enggak. Nomor mereka aja di blok sama Fey, gimana mau morotin." Jawab Gian.
"Itu aja alasan lo? Gak ada yang lain?" Goda Erik lagi.
"Apaan? Honey Moon?" Gelak Gian.
"Ya semenjak nikah kan lo sama Fey gak baik - baik aja. Baru sekarang kalian kelihatan kayak suami - istri beneran. Kalian juga belum pernah Honey Moon, kan?" Kata Erik.
"Ch! Sumpah, gak kepikiran masalah honey moon gue. Gue kokop dia aja baru tadi. Itu juga curi - curi kesempatan" Sahut Gian tanpa rikuh.
"Ha? Sumpah, lo? Cewek sebening Fey, lo anggurin aja selama ini? Untung dia gak kabur. Gue kira, lo udah unboxing walaupun kalian gak baik - baik aja. Kalo tau dari dulu, jelas udah gue geser lo." Cicit Erik.
"Berani - beraninya lo mau nikung istri gue. Gue bukan cowok bereng sek kayak lo, ya!" Sahut Gian yang membuat Erik tertawa.
"Gue gak mau ngelakuin itu kalo gak pake cinta. Apa lagi kalo dia gak ngizinin gue ambil hak gue." Imbuh Gian.
"Dasar! Penampilan aja keren, ternyata kolot juga, lo." Ledek Erik yang hanya di jawab senyuman oleh Gian.
Cukup lama mereka berbincang, hingga Erik berpamitan pulang setelah salah satu anak buahnya menelfon. Setelah Erik pulang, Gian segera beranjak untuk membersihkan diri.
Fey menatap Gian yang baru selesai mandi. Dengan hanya bertelanjang dada, pria tampan itu mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk. Rambut acak - acakan yang masih basah itu, sungguh menambah pesona Gian. Pria itu nampak begitu sexy di mata Fey.
"Awas terpesona sama Suami sendiri." Celetuk Gian yang membuat Fey langsung membuang pandangannya.
"Kamu lihatin terus juga aku gak keberatan kok, Sayang." Kekeh Gian sambil menghampiri Fey yang duduk bersandar di atas ranjang.
"Gak usah Ge Er ya." Sahut Fey sedikit sinis.
"Kamu kenapa belum tidur, Sayang? Udah hampir jam dua dini hari." Tanya Gian yang hendak ikut merebahkan diri di kasur.
"Stop! Keringin dulu rambutnya pake hairdryer. Nanti sakit kepala, Kak, masih basah gitu kok mau tidur." Kata Fey yang menghalau tubuh Gian dengan kakinya.
"Iya - iya, bawel." Sahut Gian.
"Ciyee... Khawatir..." Imbuh Gian dengan tatapan menggoda.
"Dih! Pe De banget. Udah buruan sana!" Ujar Fey yang membuat Gian tertawa.
Setelah mengeringkan rambutnya, Gian kembali ke ranjang dan merebahkan diri berbantal paha Fey yang masih tetap dalam posisinya sedari tadi.
"Tumben gak menghindar." Kekeh Gian yang di jawab cebikan oleh Fey.
"Tangan kamu masih sakit, Sayang?" Tanya Gian.
"Udah enggak, kok." Jawab Fey.
Sejenak, suasana kembali hening. Fey asyik dengan buku yang ia baca, sementara Gian asyik menikmati tidur di pangkuan Fey.
"Sayang..." Panggil Gian.
"Hm..."
"Cium dong." Pinta Gian tiba - tiba.
Plook!
"Astaga! Sakit, Sayang." Keluh Gian saat Fey memukul dahinya dengan buku.
"Biar otaknya gak mikir aneh - aneh." Sahut Fey yang di lanjutkan dengan omelan panjang.
"Sini - sini tidur, biar gak ngomel aja. Aku kokop juga nanti itu mulut." Ujar Gian yang kemudian tidur dengan membawa Fey dalam pelukannya.