Dilarang plagiat, tambal sulam, atau sejenisnya. Jangan mengambil hak orang lain demi keuntungan sendiri. Ingat Azab.
~~~~
Jangan menyalahkan apa yang terjadi pada dirimu, karena di balik apa yang menimpa dirimu, akan ada keindahan yang menantimu.
Olivia Shea begitu bahagia saat dirinya di terima berkerja di Maxton Company. Impian mengubah hidupnya mengantarkannya pada kehidupan baru.
Regan Alvaro Maxton-CEO Maxton Company, meminta Shea mengantarkan berkas yang Shea lupakan, ke Adion Company.
Berniat mengantarkan berkas ke Adion Company menjadikan dirinya, menjadi korban salah sasaran. Bryan Adion-CEO Adion Company, yang mengira Shea adalah wanita yang di kirim asistennya, membuatnya memperkosa Shea.
Regan yang mengetahui bahwa Bryan-adik iparnya memperkosa sekertarisnya, hingga hamil, membuat Regan meminta Bryan untuk menikahi Shea.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka?
~~~
Follow IG Myafa16
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon myafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak akan kalah
Shea yang di antar Selly untuk ke kamar, hanya memikirkan bagaimana kelanjutan hidupnya. Tuhan seolah sedang menjungkirbalikkan kehidupannya. Baru saja dirinya menikmati senangnya bisa berkerja di sebuah perusahaan besar, tapi kini kebahagiaan itu lenyap oleh seorang pria bernama Bryan.
Pernikahan adalah salah satu impian Shea. Tapi dirinya tidak menyangka bahwa dirinya akan mendapatkan pernikahan hanya untuk anaknya saja.
Pernikahan kontrak? Mungkin Shea sering mendengar cerita drama film atau novel, tentang sebuah pernikahan kontrak. Tapi dirinya tidak menyangka akan mendapatkan hal itu juga. Menjadi bagian dari sebuah pernikahan kontrak.
Terdengar egois, Shea pun sebenarnya masih berat menerima bahwa dirinya akan menikah dengan Bryan. Tapi dia tidak punya pilihan lain. Bryan harus membayar semuanya, yang telah dia lakukan.
"Hanya demi kamu, my baby. Aku akan menikah dengan pria itu. Aku tidak akan membiarkan pria itu, hidup tenang setelah menghancurkan hidupku," ucap Shea, seraya membelai perutnya yang masih nampak rata.
Rasa benci Shea pada Bryan, masih begitu amat besar. Hingga mungkin kata benci saja, tidak bisa mewakili perasaannya.
Kejadian demi kejadian masih tergambar nyata di ingatannya. Terkadang masih membuat Shea menangis, mengingatnya.
"Aku tidak boleh menangis terus. Melawan orang seperti dia, tidak perlu dengan air mata." Shea menghapus air matanya. Memberikan semangat pada dirinya sendiri.
Shea berjanji pada dirinya sendiri, kalau dirinya tidak akan kalah melawan Bryan. Cukup sekali dia kalah akan seorang Bryan. Dan tidak terulang lagi hal itu.
**
Selly yang masuk ke dalam kamar, melihat Regan yang juga sudah di kamar. Bersandar pada headboard tempat tidur, Regan menanti Selly
Melangkah menghampiri Regan, Selly naik ke atas tempat tidur. Regan yang sudah merentangkan tangannya, membawa Selly ke dalam pelukannya.
"Apa Shea sudah tidur?" Regan membelai rambut Selly lembut.
"Tadi saat aku tinggalkan dia belum tidur, tapi mungkin sekarang dia sudah tidur." Selly yang berada di pelukan Regan merasakan kehangatan. "Aku masih belum habis pikir kenapa Shea menerima ide gila Bryan untuk menikah kontrak?"
Regan sendiri juga tidak tahu apa yang di pikirkan oleh Shea. Dirinya tidak bisa menebak apa-apa. "Aku juga tidak tahu, tapi aku yakin, dia memikirkan keputusan dengan baik."
"Iya, mungkin kamu benar. Dia wanita yang tangguh sepertinya. Karena kalau aku jadi dia, pasti aku tidak sekuat itu." Selly membayangkan bagaimana Shea menjalani kehidupannya setelah apa yang di lakukan Bryan padanya. Dan melepaskan egonya untuk menerima pernikahan dengan Bryan, bukan perkara mudah, mengingat Bryan memperlakukan Shea dengan kasar pastinya
"Apa kamu tahu, dia sudah tidak memiliki orang tua." Regan yang sempat bertanya tentang kehidupan Shea, mengingat apa yang di ceritakan oleh Shea.
"Oh ya?" Selly begitu kaget mendengar cerita Regan. Regan hanya mengangguk menjawab pertanyaan Shea. "Kalau memang iya, Itu berarti dia sendiri menjalani ini semua. Rasanya aku tidak tega. Apa lagi adikku memperlakukannya seperti itu."
Regan kadang tidak habis pikir. Selly dan ke dua orang tuanya sangatlah baik, sopan, sedangkan Bryan jauh dari kata sopan dan baik.
"Aku rasa, kita harus ada untuk Shea. Kasihan dia," ucap Selly pada Regan.
Mendengar ucapan Selly, Regan mengeratkan pelukannya. Dirinya begitu senang, saat Selly selalu perduli dengan orang lain. Regan sendiri menyadari, bahwa adanya Selly di dalam hidupnya melengkapi dirinya yang dingin, dan sulit untuk perduli.
Kecuali dengan Shea. Entah kenapa Regan perduli padanya. Mungkin hanya karena kasihan pada wanita itu saja, pikir Regan. Di tambah lagi perlakuan Bryan pada Shea, adalah sebagian dari tanggung jawabnya. Karena, andai saja dirinya tidak meminta Shea mengantar berkas, kejadian itu tidak akan terjadi.
**
Sesampainya di apartemen Bryan meminta Felix untuk ikut masuk ke dalam apartemen. Sepanjang perjalanan ke apartemen, Bryan menahan geramnya pada Felix. Dirinya tidak mau membahas apa pun di dalam mobil, karena baginya itu sangat berbahaya, mengingat dirinya sangat emosi.
"Kenapa kamu mengatakan bahwa aku yang menghamili Shea?" Bryan yang sudah duduk di sofa apartemennya, menatap tajam pada Felix.
"Regan menuduhku yang menghamili Shea, jadi aku terpaksa mengatakan bahwa dirimu lah yang melakukannya." Felix mengingat bagaimana Regan mencengkeram kerah bajunya tadi. Dan itu membuat sangat ketakutan.
"Kenapa kamu tidak mengakui saja," ucap Bryan polos.
Felix membulatkan mata mendengar ucapan dari Bryan. Dia tidak habis pikir bagaimana bisa Bryan mengatakan hal itu. "Apa kamu gila, kamu yang melakukan, dan harus aku yang bertanggung jawab?" Suara Felix sudah naik satu oktaf, dari biasanya.
Bryan mengusap wajahnya kasar. Rasanya dia kesal mengingat dirinya harus menikahi wanita itu, karena dia hamil. Apa lagi mama, papa, dan kakaknya mendesaknya.
Dirinya juga tidak menyangka, bahwa dirinya mengajukan pernikahan kontrak pada Shea. Berniat menolaj malah kata-kata itu yang keluar. Dan tanpa Bryan duga, Shea akan menerima tawarannya.
"Besok kamu akan menikah, jadi bersikaplah lebih dewasa lagi," ucap Felix. Felix tahu betul, Bryan masih sangat suka bersenang-senang dan menghabiskan malam dengan para wanita. Meninggalkan perkerjaan, terkadang di lakukan Bryan disaat keinginannya mucul.
Bryan menatap tajam pada Felix. "Adanya Shea dalam hidupku nanti, tidak akan mengubah apa pun dalam hidupku." Bagi Bryan, Shea dan anaknya tidak akan menghentikan kesenangannya.
Felix tidak habis pikir, Bryan masih berpikir seperti itu. Felix pikir, Bryan akan bersalah dan menerima semua kesalahannya, dan memperbaiki semua. Tapi ternyata dugaanya salah.
"Apa kamu tahu, aku hanya akan memberikan nama saja untuk anak itu, tapi tidak dengan kehidupanku."
"Kehidupanmu yang buruk, memang tidak pantas di berikan pada Shea dan anak dalam kandungannya." Felix yang geram hanya berucap dengan memberi sedikit sindiran.
Bryan hanya menarik senyum tipis di wajahnya. "Apa dirimu sudah berbuat baik juga?" tanyanya pada Felix.
"Aku memang tidak jauh lebih baik dari dirimu, tapi paling tidak saat aku melakukan kesalahan, aku tahu bagaimana memperbaikinya."
Bryan hanya tertawa, mendengar ucapan dari Felix. "Apa kamu berharap aku menyesali semua?
"Aku tidak akan menyesali apa yang sudah aku lakukan dan tidak akan pernah," ucap Bryan tegas.
Mendengar ucapan Bryan, Felix sudah sangat muak. Akhirnya dia memilih berdiri dan melangkah meninggalkan apartemen Bryan.
"Hubungi pengacara, dan siapkan klausal-klasusal perjanjian antara aku dan Shea. Karena aku tidak mau terikat terlalu lama dengan dia," ucap Bryan pada Felix saat Felix berdiri ingin meninggalkan apartemennya.
Felix yang sudah meriah handle pintu berhenti sejenak. "Sepertinya kamu sedang membuat permainanmu?" tanya Felix sinis, saat mendengar Bryan akan membuat perjanjian-perjanjian.
"Iya aku akan buat permainan," ucap Bryan di sertai tawa.
"Aku harap kamu tidak akan menjadi pemain yang kalah, dalam permainan yang kamu buat sendiri," ucap Felix. "Aku akan menghubungi pengacara dan menyiapkan semua." Felix meraih handle pintu, dan keluar dari apartemen Bryan.
Bryan yang melihat Felix sudah keluar, hanya tertawa. "Aku selalu jadi pemenang, dan aku tidak akan kalah. Aku tidak akan biarkan wanita itu dan anaknya, jadi pengahalang dalam kesenanganku."
.
.
.
Jangan lupa like🥰