Arin adalah perempuan sederhana, manis tapi cerdas. Arin saat ini adalah salah satu mahasiswi jurusan tehnik kimia di fakultas tehnik negeri di Bandung. Orang tua Arin hanyalah seorang petani sayuran di lembang.
Gilang adalah anak orang terpandang di kotanya di Bogor, ia juga seorang mahasiswa di tempat yang sama dimana Arin kuliah, hanya Gilang di jurusan elektro fakultas tehnik negeri Bandung.
Mereka berdua berpacaran sampai akhirnya mereka kebablasan.
Arin meminta pertanggung jawaban dari Gilang namun hanya bertepuk sebelah tangan.
Apakah keputusan Arin menjadi single mom sudah tepat? dan seperti apakah sikap Gilang ketika bertemu putrinya nanti?
Yuuk kita ikuti alur ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yance 2631, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gilang Terbawa Oleh Pikiran
2 tahun sudah Arin bekerja sebagai asisten dosen untuk menghidupi putri semata wayangnya. Pagi ini Arin harus cepat tiba di kampus karena bu Diah akan berdiskusi serius dengannya tentang sesuatu.
Seperti biasa, Arin tidak lupa menyiapkan segala hal yang berhubungan dengan Alina saat ditinggal nanti, makanan dan susu Alina..
"Neng sayang, ibu pergi kerja dulu ya, nanti main sama engki dan enin... jangan rewel" ujar Arin. "Ambu puyang cole..?" tanya Alina lucu.
"Iya, ambu pulang sore nanti doain ambu ya selamat di jalan" ujar Arin. Alina pun mengangguk mengerti.
Lalu Arin berpamitan kepada kedua orang tuanya dan pergi ke kampus.
Tiba di kampus Arin langsung menuju ruangan ibu Diah, kemudian menghampirinya..
"Assalamualaikum, bu.. "sapa Arin dengan sopan.
"Waalaikumsalam Arin, sini duduk... "ujar ibu Diah.
Arin pun masuk dan duduk bersebelahan dengan ibu Diah, kemudian mereka mulai berbincang..
"Rin, ibu mau tanya.. kamu ada plan untuk bekerja di tempat lain?, ibu ingat IPK mu yang tinggi pasti banyak perusahaan yang mengincar kamu.. "ujar ibu Diah.
"Mm, iya sih bu.. tapi Arin sudah nyaman di sini nggak terasa 2 tahun" ujar Arin. Ibu Diah pun mengangguk.
"Ya Arin betul sekali, sudah 2 tahun kamu jadi asisten ibu.. kalau kamu benar-benar betah ibu akan coba promosikan kamu menjadi dosen tetap di kampus kita ini, semoga prosesnya mudah ya Rin.. "ujar ibu Diah sambil tersenyum.
"Terima kasih bu, terima kasih atas bantuannya, syaratnya apa ya bu? harus ASN atau bukan?" tanya Arin.
"Ya seperti kamu melamar pekerjaan biasa, surat lamaran, copy ijazah, legalisir, transkrip nilai, foto diri dan curiculum vitae.. dan Arin bisa pilih nanti jadi ASN atau non ASN artinya di bawah lembaga kampus ini.. "ujar ibu Diah menjelaskan rinci.
"Baik bu, saya akan coba siapkan syaratnya besok.. terima kasih sekali lagi bantuan ibu, "ujar Arin terharu.
Setelah selesai Arin pun menyiapkan materi kuliah yang akan diberikan kepada mahasiswanya pagi ini.
Tak terasa waktu pun berganti sore, Arin bersiap untuk pulang ke rumah. Setiba di rumah Arin di sambut oleh putri semata wayangnya, "Ambu puyang ambu puyang.. ciniii mbuu.." ujar Alina lucu yang bicaranya belum di mengerti banyak orang.
"Iya sebentar ambu buka sepatu dulu ya, sini cium dulu anak ambu paling cantik.." ujar Arin, Alina pun melompat kegirangan melihat ibunya.
"Mm mbuu, neng tadi ditatih totat cama ateu di sebelang cana.." ujar Alina lucu dengan bahasanya sendiri.
"Oh ya, terus eneng bilang apa sama ateunya?" ujar Arin.
"Ma aciih ateu.. "ujar Alina.
"Iya, tadi Hesti main kesini teh dan kasih coklat buat si eneng" ujar bu Siti, Arin pun mengangguk.
Walaupun usia Alina masih 2 tahun lebih dan hidup di desa, di lembang.. tapi Alina sudah bisa iqro sedikit-sedikit dan berhitung.
"Mbuu neng teh mau cekolah di lual negeli.. "ujar Alina.
"Iya, insya Allah.. nanti eneng sekolah di kampus terkenal di luar negeri makanya eneng harus makan yang banyak, minum susu biar kuat ya sayang.. "ujar Arin sambil mengelus rambut Alina yang hitam bergelombang.
Arin lalu memakaikan gamis kecil batita yang lucu dan jilbab warna pink ke tubuh Alina yang mungil dan berisi..
"Cantik banget deh anak ambu.. "ujar Arin, lalu Arin mulai mengajarinya berhitung dan iqro dengan sabar.
Sore yang indah di langit lembang berganti malam.. Sebelum tidur ada kebiasaan Alina yaitu bercerita kesehariannya kepada Arin,
"Mm.. Mbuu tadi kan eneng main cama ais telus ais dibeliin mainan cama ayahnya, ayahnya ais teh baik.. tapi eneng nggak ada ayah da.. "ujar Alina cemberut.
"Nanti ya neng, mang Aril beliin mainannya buat kamu, mang Aril itu kan sayang juga sama eneng sama kayak ayahnya ais sayang sama ais..." ujar Arin. Alina pun mengangguk, belajar memahami perkataan ibunya.
"Sekarang eneng bobo ya, supaya besok eneng bisa main lagi.." ujar Arin. Alina pun kemudian berusaha memejamkan matanya.
----
Malam pun berganti pagi, kicau burung terdengar seolah menyambut hari yang baru.. Arin mengerjakan rutinitasnya seperti biasa menyiapkan sarapan dan susu untuk Alina, kemudian menyiapkan keperluannya untuk mengajar.. tidak lupa ia membawa persyaratan untuk menjadi dosen tetap di kampusnya.
Tiba di kampus seperti biasa Arin mempelajari materi kuliah yang akan disampaikan pada mahasiswanya.. "Rin, persyaratannya sudah kamu bawa?" tanya ibu Diah.
"Arin bawa kok bu, hanya ada 1 berkas yang belum sempat di fotocopy, nanti titip dimana ya?" ujar Arin. "Nanti di titip di ibu aja Rin.. begitu sudah lengkap semua kabari ibu" ujar ibu Diah. Arin pun mengangguk.
Tanpa Arin sadari.. Gilang juga berada di tempat fotocopy dekat kampus, karena antrian panjang Arin pun tetap menunggu, "Eh Rin Lo antri juga?" tanya Gilang.
Arin sengaja tidak menjawab Gilang, lalu meninggalkannya ke sisi lain antrian lalu terdengar..
"Lang, IPK lo berapa bro? Elo lambat lulus ya?" tanya teman Gilang.
"Haah, IPK mah cuma formalitas doang ga penting juga santai aja minimal kita bisa dapat kerjaan bagus, nggak apa-apa gue lambat lulusnya tapi pernah kuliah di kampus keren ini.." ujar Gilang dengan sombong.
"Elo katanya udah kawin juga ya?" ujar temannya lagi.
"Oh, iyalah gue kawin sama cewek yang gue sayanglah, cinta mati gue!" ujar Gilang seperti memanas manasi Arin yang tidak terlalu jauh darinya.
Tapi Arin tidak terpancing dengan ucapan Gilang, dan tetap tenang mengantri.. buat Arin Gilang tidak ada dalam hidupnya saat sekarang ini.
Setelah selesai Arin pun bergegas pergi tanpa melihat sedikitpun ke arah Gilang..
"Gila! Sombong banget si Arin, gue disini nggak keliatan apa?" gumam Gilang. Temannya memperhatikan sikap Gilang..
"Kenapa Lang elo kayak kesel gitu.. "ujar temannya.
"Itu tuh cewek yang pakai gamis hitam sombong banget.. jelas-jelas kenal gue tapi gue dicuekin!" ujar Gilang.
"Wajarlah dia sombong, dia kan pintar dan dia juga asisten dosen ibu prof. Diah.. emang elo nggak tau?" ujar temannya.
Gilang pun mengangguk paham.
----
Di tempat yang berbeda, tampak Arin merenung sendiri dan berdoa..
"Ya Allah, berilah hamba jalan yang terbaik menurut ilmuMU yang Maha luas, hamba punya tanggung jawab yang besar putri semata wayangku.." gumam Arin dalam hati setelah selesai menyerahkan berkas yang diminta ibu Diah.
Hari pun telah sore, Arin bergegas menuju tempat parkir motor maticnya dan pulang menuju arah cikidang lembang.
Tiba di rumah Arin pun disambut oleh putrinya yang semakin bawel dan pintar, "Ambu puyangnya aga teyat yaa.. "ujar Alina dengan lucu.
"Iya sayang, kan ambu banyak kerjaan dan harus cari uang yang banyak buat makan dan sekolah eneng.." ujar Arin. Alina pun mengangguk.
------
Sementara di tempat lain, di bilangan Jakata selatan.. di rumahnya Gilang sebenarnya saat ini sudah menikah dengan Devi karena didesak oleh keluarganya, hampir setahun usia pernikahan mereka tapi.. Devi belum kelihatan hamil.
"Dev, elo sebenarnya normal nggak sih jadi perempuan.. kapan kamu hamil.. kapan?" tanya Gilang sedikit kesal dan menyesal menikahi Devi pacarnya.
"Kok aak gitu sih bicaranya.. hamil atau nggak itu urusan Tuhan" ujar Devi sambil menangis karena tersinggung dengan ucapan Gilang.
"Kita tiap hari berhubungan badan, kadang sampai gue capek.. ya heran aja elo nggak hamil hamil juga, ngerti?" ujar Gilang sedikit emosi.
Sesaat .. Gilang teringat akan Arin yang dulu meminta pertanggung jawabannya karena sudah hamil 4 bulan, tapi sekarang ini jangankan berkomunikasi.. Arin seperti tidak pernah mengenalnya,
"Hmm, anak Arin laki-laki atau perempuan ya? kalo Devi nggak hamil juga gue akan cari anak si Arin sampai ketemu..." gumam Gilang yang di desak orang tuanya untuk segera punya keturunan.
Gilang kemudian berpikir tentang sesuatu tentang bagaimana caranya agar ia bisa bicara dengan Arin bertemu di kampus atau di suatu tempat, sementara Devi istri Gilang terlihat menangis karena sakit hati dengan perkataan suaminya.
"Mm, besok gue akan ke Bandung aja.. gue akan cari si Arin atau gue coba cari tahu ke rumahnya supaya gue tahu laki-laki atau perempuan anak gue... "ujar Gilang.
Tanpa sengaja Devi mendengar rencana Gilang untuk pergi ke Bandung,
"Mau kemana besok kamu ak.. tega ninggalin aku? oh mau cari mantan kamu itu ya? ayo jawab, ayoo.. "tanya Devi.
Gilang hanya diam tidak menjawab pertanyaan Devi yang mulai menangis lagi.
Keesokan pagi Gilang sudah tiba di kampus di Bandung tempat Arin mengajar, tampak Gilang langsung menuju ruangan dosen jurusan tehnik kimia.. terlihat Arin berjalan melewati Gilang,
"Arin, Rin.. Rin.., gue mau bicara please!" sapa Gilang.
Arin tidak merespon ucapan Gilang seakan tidak pernah mengenalinya, kemudian Arin segera menutup pintu ruangan dosen dan masuk ke dalam.
********
Apa Gilang bisa bicara dari hati ke hati dengan Arin? Yuuk simak kelanjutan ceritanya...