NovelToon NovelToon
ISTRI DADAKAN MAS SANTRI

ISTRI DADAKAN MAS SANTRI

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Nikahmuda / Poligami / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Pernikahan rahasia
Popularitas:705
Nilai: 5
Nama Author: Miss Flou

Arshaka Beyazid Aksara, pemuda taat agama yang harus merelakan hatinya melepas Ning Nadheera Adzillatul Ilma, cinta pertamanya, calon istrinya, putri pimpinan pondok pesantren tempat ia menimba ilmu. Mengikhlaskan hati untuk menerima takdir yang digariskan olehNya. Berkali-kali merestock kesabaran yang luar biasa untuk mendidik Sandra, istri nakalnya tersebut yang kerap kali meminta cerai.
Prinsipnya yang berdiri tegak bahwa pernikahan adalah hal yang sakral, sekeras Sandra meminta cerai, sekeras dia mempertahankan pernikahannya.
Namun bagaimana jika Sandra sengaja menyeleweng dengan lelaki lain hanya untuk bercerai dengan Arshaka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Flou, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TIBA-TIBA DICIUM

“Ma! Yang benar saja Mama mau jodohin aku sama laki-laki yang umurnya jauh di atas aku! Nggak, aku nggak mau!”

Sandra melototkan mata menatap ibunya. Pagi sekali dia dikejutkan dengan keputusan yang dilontarkan oleh Mia. Disaat perutnya masih kosong bahkan seteguk air pun belum membasahi kerongkongannya, Sandra harus dibuat shock seperti ini.

“Jauh di atas kamu apanya, cuma beda dua belas tahun!” Mia balas dengan pelototan mata. “Ini permintaan terakhir ayahmu. Senangkan hatinya!”

Lebih dulu Sandra menuangkan air dari teko ke dalam gelas berukuran sedang. Sekali minum ia habiskan air tersebut hingga menetes-netes ke leher sedikit.

“Pokoknya aku nggak mau! Aku punya hak buat menolak, ya, Ma! Mama mau aku pingsan nanti pas bangun tidur terus liat om-om tidur di samping aku sambil meluk? Yang bener aja, Ma? Bisa mati dadakan aku!”

“Mana ada Regan kayak om-om! Kamu belum ketemu orangnya udah bilang om-om, kurang ajar,” seru Mia memukul pantat Sandra dengan tas mahal miliknya.

Sandra sontak mengaduh dan menghindari pukulan ibunya. “Ma! Ini KDRT namanya! Bisa aku laporin ke polisi. Mama mau masuk penjara huh?”

“Makanya turutin wasiat ayah kamu. Regan anak yang baik. Usianya matang bukan tua, dia bisa bimbing kamu jadi perempuan bener, nggak begajulan kayak begini, Sandra Sri Febiola!”

“Sekali nggak tetep nggak, Ma! Ini bukan jaman Siti Nurbaya lagi, nggak jaman jodoh-jodohan, Hidup di kota kok main jodoh-jodohan, kampungan banget. Norak tau.”

Gadis berusia dua puluh satu tahun itu kukuh dengan pendiriannya. Ia bisa menuruti wasiat terakhir sang ayah yang telah berpulang sekitar tiga pekan lalu. Namun, dalam urusan percintaan, Sandra tidak ingin diikut campuri oleh siapapun.

“Kamu nggak sayang sama Papa kamu?”

“Sayang, tapi aku lebih sayang sama diri aku.” Sandra mendengus. Ia mengambil sepotong roti bakar lalu memasukkan ke dalam mulutnya seraya menyalami Mia. “Keputusanku mutlak! Jangan paksa-paksa aku lagi kecuali Mama mau aku kabur dari rumah!”

“Sandra! Kamu harus terima perjodohan ini!” teriak Mia menggelegar.

“Mama aja yang nikah lagi. Sandra ikhlas.”

“Enak aja dijodohin, kalo cowoknya sekelas Sidharth Malhotra sih nggak masalah. Doi ganteng nggak ketulungan. Atau minimal kayak Juned di film Kizil Goncalar gitu. Ini mah paling spek kakek Sugiono yang muka muka mesum. Hiih, merinding gue,” gerutu Sandra bergidik ngeri seraya mengunyah roti bakar sedang matanya menyorot serius pada jalanan yang sedang ia lalui.

Tring, tring, tring!

Panggilan masuk, Aurel segera menggeser tombol hijau di layar ponsel yang bersandar pada stand holder. “Apa, Ca?”

“Lo di mana, Sandra? Kelas udah mau mulai!” tanya Aca dari seberang sana.

Pupil mata Sandra melebar, dia melihat arloji yang melingkar di lengan kanannya, masih pukul 07.30 WIB.

“Masih jam setengah delapan ... anjir!” Biji matanya seakan ingin loncat keluar ketika ia baru sadar bahwa jam tangannya harus diperbaiki. Benar saja saat Sandra melihat jam di ponsel, waktu menunjukkan pukul 08.13 WIB.

“Gue masih di jalan, Ca! Tipsen dong!” serunya terdengar panik.

“Bisa-bisanya lo masih di jalan. Lo lupa sekarang jadwal siapa? Pak Hamdan galak banget astaga, bisa dapet hukuman lo kalo telat. Ngapain sih lo masih di jalan tuh? Begadang ha?”

“Jam tangan gue rusak, bodoh! Kemarin lupa gue benerin. Gue nggak liat jam di hp,” balas Sandra menginjak pedal gas semakin kencang.

“Gue bilang juga apa, beli jam weker! Keras kepala banget sih lo!” omel Aca.

“Buang-buang duit. Mending beli cilok. Tipsen deh gue, lo alesan apa kek. Lima menit lagi baru sampe nih kayaknya, jalan macet.”

Gelisah memang hatinya, tetapi Sandra berusaha untuk tetap santai sebab ia sedang mengemudi mobil terkecuali dirinya ingin mengalami kecelakaan. Sesuai perhitungannya, lima menit kemudian ia baru memarkirkan mobil di area parkir kampus.

Mematikan mesin mobil, meraih tote bag di jok penumpang samping kemudi, lalu ia segera keluar dari dalam. Berlari menuju lantai tiga tempat kelasnya berada, Sandra tampak tersengal-sengal.

“Eh, eh! Minggir woy!” Sandra berseru lantang saat ada pemuda berkemeja hitam sedang melintas di depannya dengan kepala tertunduk sembari membaca hard file di tangannya.

Tidak bisa mengerem saat pemuda tersebut mengangkat pandangan, Sandra berhasil menyenggol pundak lelaki itu hingga berkas-berkas berterbangan di udara sebelum akhirnya tercecer ke lantai.

Sandra melotot, dirinya pun nyaris tersungkur lalu menoleh ke belakang. Dia ingin membantu, tetapi kemerdekaan dirinya dari hukuman jauh lebih utama. “Sory, Tampan! Nanti gue ganti rugi kalo ada yang rusak. Temui aja gue di kelas reguler B1!” ucapnya setelah melihat wajah asing pria tersebut.

Pemuda yang baru saja ditabrak oleh Sandra menatap dingin punggung gadis tersebut. Wajahnya teramat datar sedangkan di dalam otaknya ia menandai wajah Sandra yang berhasil ia hapal hanya dalam hitungan detik. Mendengus, ia berjongkok lalu memunguti lembaran kertas yang berisikan indikator-indikator mata kuliah yang akan ia sampaikan pada mahasiswa.

***

“Hah, gila!” Sandra mendaratkan bokongnya di atas kursi dengan napas tersengal-sengal. Wajahnya memerah, peluh bercucuran dari keningnya. Ia segera mengeluarkan tumblr dari dalam tote bag lalu menenggak setengah isi botol tersebut dengan rakus. “Astaga, lega banget gue.”

“Mana dosennya?” Ia bertanya pada temannya, Aca dan Dita.

Dita memberikan tissue pada Sandra. Lalu ia menjawab, “Pak Hamdan ada halangan. Beliau nggak ngisi kelas.”

Sandra menghela napas lega. Pikiran yang tadinya penuh dengan berbagai macam kemungkinan hukuman yang akan ia dapatkan, seketika lenyap dari benaknya. “Lega banget gue, astaga. Ini hari apa sih, kayaknya gue apes banget. Mana tadi gue udah nabrak orang.”

“Tapi asdosnya yang ngisi kelas. Tadi Bu Marlin masuk dan kasih tau. Sebentar lagi mungkin sampe. Jamnya benerin coba! Terus hp tuh kalo malem jangan disilent,” tegur Aca memberikan tatapan sinis.

Sandra cengengesan. “Nonton kalo hp nggak disilent tuh nggak enak tau. Banyak notif masuk, pop up nya bikin ganggu.”

“Kan bisa pake mode jangan ganggu, Sandra!” delik Aca dan Dita bersamaan.

Mulut Sandra terbuka dan terkatup kembali saat ia ingin berbicara tetapi suasana kelas mendadak hening, senyap tanpa suara sedikitpun. Ia menoleh ke kanan dan kiri, semua mahasiswa nampak memusatkan pandangannya pada arah pintu termasuk Aca dan Dita. Dengan dahi mengernyit, ia mengikuti arah pandang semuanya.

Bak slow motion, pria berpostur tubuh tinggi tegap berbalut kemeja hitam dipadukan dengan almamater biru memasuki kelas Sandra. Semua mahasiswi ternganga melihat kharisma pria tersebut. Tampak semuanya terpesona dengan ketampanannya.

Tidak terkecuali Sandra yang membulatkan matanya dengan mulut ternganga. Namun, bukan terpana, ia justru merasa terkejut sebab pria yang masuk ke dalam kelasnya merupakan lelaki yang ia tabrak di lorong kampus tadi.

“Mati gue! Doi bukan asdos Pak Hamdan, ‘kan? Astaga!” panik Sandra dalam hati. Wajahnya langsung pucat pasi, melihat wajah datar pemuda di depan membuat nyalinya menciut. “Gimana kalo dia beneran asdos Pak Hamdan? Terus gue dicecar buat balas dendam? Semua tugas gue dipersulit? Ya Tuhan, big no!”

“Lo kenapa?” bisik Aca menyenggol lengan Aurel.

Sandra sontak terperanjat hingga derit kursi terdengar dan semua orang memusatkan pandangannya termasuk pria tampan di depan. Gadis tersebut semakin pucat ketika netra keduanya bersirobok. Begitu dingin tatapan pria itu, Sandra meneguk ludahnya.

Arshaka Beyazid Aksara, pemuda yang Sandra tabrak tadi tersenyum asimetris seakan ia baru saja memenangkan sesuatu. Ia berdiri di depan kelas dengan wibawanya, memegang pointer yang siap digunakan untuk menjelaskan materi Manajemen Keuangan. Adalah ia diberikan wewenang oleh Pak Hamdan untuk menggantikan beliau setelah ia mengambil cuti penuh selama dua semester.

Saatnya Arshaka memberikan materi kepada adik tingkatnya di semester tiga awal. Semua mahasiswa nampak tak ada yang berbicara. Ia menjelaskan materi dengan lancar, tetapi bola matanya selalu mengawasi Sandra yang terus menerus mencoba menghindari kontak mata dengannya.

“Sampai di sini paham?” tanya Arshaka dengan nada tegas. Seluruh mahasiswa mengangguk, termasuk Sandra yang terlihat gelisah di bangku paling belakang. Tersenyum asimetris, Arshaka melontarkan pertanyaan pada Sandra, “Kamu yang duduk di paling pojok kanan. Sekarang jelaskan prinsip dasar dalam manajemen keuangan.”

Sandra meneguk ludahnya gugup sebelum akhirnya ia berbicara dengan suara yang gemetar, “Um, prinsip dasar manajemen keuangan adalah ... menjaga likuiditas perusahaan dan memaksimalkan keuntungan, K-kak.”

Arshaka mengangkat alisnya. “Benarkah? Kalau begitu jelaskan bagaimana cara menghitung rasio likuiditas perusahaan dan bagaimana hubungannya dengan keuntungan perusahaan!”

Kian terdiam lah Sandra, ia tidak bisa menjawab pertanyaan Arshaka. Seisi kelas mulai menatap mereka dengan cemas, merasa takut dengan suasana yang tegang.

Arshaka memandang Sandra dengan tajam. “Kalau kamu tidak bisa menjawab pertanyaan dasar seperti ini, apa gunanya kamu duduk di bangku kuliah? Dengarkan baik-baik, ini untuk semuanya tanpa terkecuali. Kuliah menjadi jembatan kalian menuju kesuksesan walau banyak lulusan Strata 1 atau bahkan Magister yang tidak langsung mendapatkan pekerjaan. Tapi paling tidak kalian memiliki wawasan yang luas dan pasti akan berguna di masa depan.” Jeda.

“Kampus dan kuliah bukan menjadi tempat untuk kalian beradu fashion, ketampanan dan kecantikan. Ini tempat untuk menempuh pendidikan, jadi belajar lah yang benar termasuk belajar etika bagaimana caranya menghargai diri sendiri dan orang lain!”

***

“Hah, tolong gue sesek napas.” Sandra memegangi dadanya yang terasa sesak. Ia masih mengatur napasnya setelah Arshaka keluar dari kelas. Sungguh sangat menyesakkan ketika berhadapan dengan asisten dosen yang tak kalah killer dari dosen itu sendiri.

Bukannya iba, Aca dan Dita justru menertawakan Sandra. “Lagian lo nabrak orang bukannya minta maaf malah kabur gitu aja. Ya mampus. Gue kalo jadi dia juga bakal dendam, tak uwes-uwes kamu sampe sesek napas,” balas Dita.

“Tapi serius dia kating kita? Kok gue nggak pernah liat?” Sandra menatap kedua sahabatnya seraya meminum infused water dari tumblr.

“Denger-denger sih katanya doi ambil cuti penuh selama dua semester. Artinya dia ambil cuti waktu kita baru aja masuk. Wajar kalo kita nggak tau dia.”

“Info dari mana lo?” Dita dan Sandra menatap Aca dengan mata memicing.

Aca memutar bola matanya malas. “Ya elah, gosip mah mudah nyebar kali. Lo kayak nggak tau aja cewek kalo udah stalking kayak gimana. Informasi itu ada di bumi lapisan ketujuh juga bakal ketemu.”

“Serius? Semester berapa doi?”

“Semester 6 gue denger sih.”

Sandra membulatkan bibirnya seraya mengangguk. “Semoga nggak ketemu dan berurusan lagi deh sama dia. Amit-amit, ganteng sih tapi galak bener.”

“Dasar cewek aneh lo.” Aca menoyor kepala Sandra. “Disuguhin yang ganteng, nggak mau. Dikasih yang burik, ogah-ogahan. Curiga lo belok gue sih.”

“Kurang ajar!” delik Sandra. “Gini-gini gue masih normal ya.”

Ponsel Aurel berdenting. Ia membuka ponsel miliknya lalu ia baca pesan yang Mia kirimkan. “Terima perjodohan ini atau kamu nggak dapet warisan sama sekali. Perjodohan bisa batal kecuali kamu kenalin pacar kamu ke Mama!”

Mendengus, ia memilih untuk mematikan ponselnya. Otaknya terasa panas dengan wasiat ayahnya. Namun, Sandra memilih untuk tidak bercerita pada kedua sahabatnya.

***

“Gimana ini? Masa gue harus nyewa pacar pura-pura? Nggak lucu banget.” Di dalam mobil, Sandea mengacak-acak rambutnya frustasi. “Ya kali gue jadi gembel gara-gara nolak perjodohan.”

“Astaga, ck! Papa bener-bener nggak ada benernya.”

Kesal, Sandra membanting stir ke kiri. Memarkirkan mobilnya di sebuah kafe. Mengambil dompet yang ia simpan di dashboard lantas ia segera keluar dari sana untuk membeli coffee latte.

Tring, tring, tring!

Mendesah, Sandra mengangkat panggilan dari Mia. Kali ini panggilan video. Sejak tadi ibunya terus menghubungi ia berulang-ulang.

“Apalagi Ma?” Sandra benar-benar memasang wajah kesal pada Mia.

“Kamu baca pesan Mama nggak?! Orang tua kirim pesan tuh dibalas bukan dianggurin, anak durhaka!” omel Mia.

“Mama yang kira-kira dong kalo minta sesuatu sama anak. Ini sama aja kayak Mama minta Aurel buat beliin super jet padahal Sandra masih SD!” balas Sandra seraya membayar pesanannya lalu ia berjalan ke salah satu meja dan duduk di sana.

“Pokoknya Mama nggak mau tau! Kenalin pacar kamu ke Mama atau nikah sama Regan, lusa!”

Sandra mengepalkan tangannya di atas meja. “Aku nggak ...” Ia tidak menyelesaikannya, Mia kembali berbicara.

“Mama nggak mau tau, Sandra! Kenalin pacar kamu ke Mama sekarang juga. Se.ka.rang!” seru Mia menekan kata terakhirnya.

Terbeliak pun sudah biji mata Sandra. Mia benar-benar memaksa dirinya. Ayolah, dia itu jomblo happy, hidupnya penuh dengan letupan kebahagiaan, tanpa dipusingkan masalah percintaan.

Panas telinganya mendengar celotehan Mia. Untung saja ia memakai headset, jika tidak, sudah dipastikan saat ini ia menjadi tontonan para pengunjung kafe tersebut.

“Iya oke fine, liat ini pacar aku. Nih liat! Perhatiin baik-baik!” seru Sandra lalu menarik pergelangan tangan pengunjung pria yang melintas di sampingnya dari arah belakang.

Pria tersebut sontak saja terkejut dan tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya. Terhuyung ia ke sisi Sandra, lalu terbelalak sempurna matanya saat Sandra menarik tengkuknya dan menempelkan bibir keduanya. Sedang tangan kanan Sandra mengarahkan kamera ponsel untuk mengambil sisi yang pas agar dari seberang sana Mia bisa melihat.

“Arshaka! Apa yang kamu lakukan?!”

Arshaka mendorong tubuh Sandra bertepatan dengan terdengarnya suara sang ibunda yang terpaku oleh pemandangan yang baru saja terjadi. Tajam dia memandang Sandra yang mematung saat sadar siapa korban aksi nekatnya seraya ia mengelap bibirnya dengan sapu tangan.

“K-kak ....” Sandra gelagapan, dia tidak tahu ingin bicara apa. Jantungnya berdegup dengan sangat kencang. Apalagi ketika melihat paruh baya datang menghampiri mereka bersama dengan satu pemuda yang wajahnya cukup mirip dengan Arshaka diikuti perempuan cantik berhijab di sampingnya.

“Ada apa?” Itu suara Narestha, ayah Arshaka.

“Puteramu mencium gadis ini, Mas! Nikahkan mereka! Keterlaluan, bisa-bisanya dia melakukan hal menjijikan seperti ini di depan umum. Memalukan!”

1
Marlina Selian
haha lucu banget
Marlina Selian
lanjut thoor tetap semagat 🥰🥰🥰🥰
Marlina Selian
ikutan hayut dalam cerita ya hati ku teriris jugak
윤기 :3
Gila aja nih cerita, bikin gue baper dan seneng banget!
Miss Flou: Hallo, terima kasih sudah mampir, Kak. Semoga betah ya di sini sampe ending🥰
total 1 replies
Miss Flou
Annyeong, selamat datang😍
Ini novel pertama saya, semoga kalian suka ya. Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar, Sayangku🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!