NovelToon NovelToon
Hanasta

Hanasta

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Romantis / Psikopat itu cintaku / Mafia
Popularitas:10
Nilai: 5
Nama Author: Elara21

Hanasta terpaksa menikah dengan orang yg pantas menjadi ayahnya.
suami yg jahat dan pemaksaan membuatnya menderita dalam sangkar emas.

sanggupkah ia lepas dari suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elara21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hanasta19

Kamar Hana terasa lebih sempit dari sebelumnya.

Temboknya seperti bergerak mendekat.

Udara terasa berat dan dingin.

Ia duduk bersandar di dinding, memeluk lutut.

Matanya sembab, rambutnya berantakan, gaunnya kusut—

namun pikirannya bekerja.

Terus.

Tanpa berhenti.

Soni mengurungnya.

Pintu terkunci dari luar.

Penjaga berjaga di dua sisi lorong.

Sistem keamanan mansion tinggi, bahkan terlalu tinggi untuk kebanyakan orang.

Tapi Hana telah tinggal di sini dua tahun.

Ia mengetahui pola yang tidak terlihat.

Bagian yang diabaikan.

Dan titik lemah kecil yang tidak diketahui siapa pun…

karena mereka tidak pernah menganggap Hana sebagai ancaman.

Kesalahan terbesar mereka.

Hana mengusap wajahnya, mencoba menenangkan napasnya.

“James… jangan kembali…”

bisiknya lirih.

Namun kata itu justru menguatkan tekadnya.

Jika James benar-benar datang—

dia harus memastikan James tidak masuk ke dalam perangkap.

Hana berdiri perlahan.

Tangannya menyapu air mata.

Ia mulai menatap sekeliling kamar, bukan dengan putus asa—

melainkan dengan mata orang yang sedang mencari jalan keluar.

JENDELA

Hana mendekati jendela kamar.

Tirai tebal menutupi kaca besar setinggi tubuh.

Ia menarik tirai sedikit.

Keluar hanya ada balkon kecil dengan pagar besi.

Dua lantai dari tanah.

Tidak terlalu tinggi—

tapi ada kamera pengawas di ujung balkon.

Hana memejamkan mata.

“Tidak bisa lewat sini…”

Ia menurunkan tirai pelan.

Jika ia memaksa keluar, kamera akan menangkap gerakannya dan Soni akan tahu dalam hitungan detik.

LEMARI & KOTAK KECIL

Hana membuka lemari besar.

Di dasar lemari ada kotak aksesoris lama milik istri pertama Soni—Milena—yang disimpan sebagai simbol “kehormatan” keluarga.

Soni jarang menyentuh kotak itu.

Hana menatap kotak tersebut lebih lama.

Jantungnya berdetak keras.

Karena ia tahu, di dalam kotak itu—

ada sesuatu yang bisa membantunya:

kunci cadangan kamar Milena.

Kamar Milena berada di lantai tiga, ujung koridor terpencil.

Sudah lama dikosongkan dan tidak dijaga ketat.

Ada pintu servis kecil di kamar itu.

Pintu itu mengarah ke lorong teknisi—tempat yang dulu dipakai saat perbaikan listrik.

Lorong itu sempit, gelap, dan penuh debu.

Tidak ada kamera.

Dan itu jalur satu-satunya yang tidak pernah diduga Soni.

Hana mengambil kotak itu.

Ia menggenggam kedua tangannya, berlutut, membuka kunci kecil di bagian samping.

Klik.

Kotak terbuka.

Di dalamnya ada perhiasan, foto lama Milena, dan—

sebuah kunci perak kecil.

Kunci kamar Milena.

Hana menarik napas pelan, hampir tersedak oleh ketakutan.

“Ini saja… sudah cukup berbahaya…”

Ia memasukkan kunci itu ke dalam lengan bajunya, mengikatnya dengan lapisan kain agar tidak jatuh.

MENGUJI PENJAGA

Hana berjalan perlahan ke pintu.

Ia menempelkan telinga.

Penjaga masih ada.

Dua langkah dari pintu.

Hana mengetuk pelan.

“Permisi…”

suara Hana kecil, rapuh.

Tak ada jawaban.

Ia mengetuk lagi.

“Boleh saya minta air…? Saya pusing…”

Salah satu penjaga mendekat.

“Saya akan ambilkan. Tetap di dalam.”

“Terima kasih…”

Hana menjawab lemah.

Langkah kaki penjaga bergerak pergi.

Hanya tersisa satu penjaga di depan pintu.

Hana menahan napas.

Ini artinya:

Setiap jam, penjaga yang satu harus pergi mengambil air atau makan.

Dan itulah celah yang bisa ia gunakan.

Celah kecil…

namun cukup untuk menyusup keluar dan naik ke lantai tiga.

Ia harus menunggu saat yang tepat—

waktu pergantian jaga atau ketika penjaga harus mengambil barang.

Hana menunduk, memejamkan mata.

“James… aku akan buka jalanmu keluar dari bahaya…”

TEKAD

Hana berdiri di depan cermin, memandang wajahnya sendiri.

Pucat.

Takut.

Lelah.

Namun di balik itu…

Ada sesuatu yang baru.

Tekad.

Keberanian yang bahkan ia sendiri tidak tahu ia punya.

Ia meletakkan tangan di atas kaca.

“Kalau aku tetap di sini… James akan datang.”

“Kalau James datang… Soni akan… membunuhnya.”

Air mata jatuh—

namun kali ini bukan karena takut.

Karena keputusan.

Hana berbisik, hampir tanpa suara:

“Aku harus keluar…

meski hanya untuk memperingatkannya…”

Ia memegang kunci itu kuat-kuat.

“Kali ini…”

mata Hana mengeras,

“…aku tidak akan diam.”

DI LUAR KAMAR

Soni berdiri jauh di ujung koridor, memandangi pintu kamar Hana.

Ekspresinya datar, namun matanya…

dingin.

Penjaga melaporkan,

“Tuan, dia minta air.”

Soni tersenyum tipis.

“Biarkan dia.”

“Baik, Tuan.”

Penjaga pergi.

Soni menatap pintu Hana lebih lama.

“…dia akan mencoba keluar.”

Soni tidak tampak marah.

Hanya…

menunggu.

“Dan ketika dia keluar…”

Soni meninggalkan koridor dengan langkah pelan,

“…James pasti akan datang.”

Ia menatap ke tangga menuju lantai dasar.

“Ini saat yang tepat.”

19-11-2025

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!