Ketika Li Yun terbangun, ia mendapati dirinya berada di dunia kultivator timur — dunia penuh dewa, iblis, dan kekuatan tak terbayangkan.
Sayangnya, tidak seperti para tokoh transmigrasi lain, ia tidak memiliki sistem, tidak bisa berkultivasi, dan tidak punya akar spiritual.
Di dunia yang memuja kekuatan, ia hanyalah sampah tanpa masa depan.
Namun tanpa ia sadari, setiap langkah kecilnya, setiap goresan kuas, dan setiap masakannya…
menggetarkan langit, menundukkan para dewa, dan mengguncang seluruh alam semesta.
Dia berpikir dirinya lemah—
padahal seluruh dunia bergetar hanya karena napasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 – Sang Kaisar Iblis
Di kedalaman hutan yang jarang dijejak manusia, napas seorang kultivator muda tersengal-sengal. Wajahnya pucat pasi, tubuhnya berlumuran darah. Pakaiannya koyak seperti habis dicabik makhluk buas. Setiap langkahnya memaksa sisa tenaga yang masih menempel di tubuhnya.
“Jangan… jangan sampai tertangkap… jangan—”
Srek!
Burung-burung tiba-tiba beterbangan dari pepohonan di belakangnya, dan suara itu membuatnya menegang. Wajahnya memucat, ketakutan memakan sisa kesadarannya yang mulai kabur.
“Tidak… tidak… dia sudah dekat!”
BRUGH!!!
Sosok bayangan hitam besar melesat dari balik pepohonan.
Srek—!!!
Darah memercik.
Kultivator itu menjerit ngeri saat lengannya terlempar ke udara, jatuh menabrak akar pohon jauh di belakang.
“A—AAAHHHH!!!”
Tubuhnya tumbang ke tanah, menggigil keras. Dengan mata melebar penuh teror, ia menatap ke arah sosok yang menghampirinya.
Dari kegelapan, muncullah seekor serigala raksasa bertanduk dua, bulunya hitam pekat, matanya merah menyala seperti bara neraka. Nafasnya panas—dan basah oleh darah segar.
Serigala itu menggigit lengannya yang terputus tadi… lalu mengunyahnya pelan, menikmati setiap serat daging.
“K… kumohon… a-ampuni aku…” kultivator itu terisak, seluruh tubuhnya gemetar tak terkendali.
Serigala itu terkekeh rendah. Suaranya seperti tawa makhluk yang tak mengenal belas kasih.
“Hmph… memohon?” Ia melangkah mendekat. “Manusia selalu sama. Ketika merasa menang, kalian congkak. Saat nyawa tergantung sehelai rambut… kalian menangis seperti bayi.”
Ia membuka mulutnya lebar.
Kultivator itu menjerit hingga suaranya robek—namun hanya berlangsung satu detik.
KRUNCH!!!
Hening kembali menyelimuti hutan.
Serigala itu menjilat bibirnya, mengangkat kepalanya ke langit yang remuk oleh retakan ruang.
“Ha… para kultivator suci bajingan dari dunia atas itu… lihatlah apa yang kalian lakukan.”
Ia menggeram, amarah membakar pupilnya.
“Karena kalian, kaisar iblis sepertiku terpojok. Karena kalian, aku harus melarikan diri ke dunia bawah yang menyedihkan ini.”
Ia menyeringai lebar, memperlihatkan deretan gigi tajam panjang.
“Tapi… dunia bawah ini bukan tempat buruk untuk bersembunyi. Kau pikir retakan ruang itu kecelakaan? Tidak—itu hadiah. Dan saat aku pulih…”
Tatapannya berubah dingin membunuh.
“Aku akan kembali dan membantai kalian semuanya.”
Ia berbalik bersiap pergi—
Lalu berhenti.
Hidungnya berkedut.
“…Hm?”
Ia kembali mengendus. Kali ini lebih dalam. Lebih agresif.
“…Apa ini…?”
Matanya melebar, pupilnya menyusut.
“Bau… daging…?”
Ia mengendus lagi, gemetar kecil.
“Tidak. Bukan daging biasa. Ini… sangat wangi… menggugah selera… meresap sampai ke tulang…”
Ia menelan ludah.
“Selama berabad-abad aku hidup… aku tidak pernah mencium bau seperti ini.”
Sekejap kemudian, tubuh besarnya menghilang.
WHOOSH!
Ia melesat mengikuti aroma itu, melintasi akar-akar raksasa, menembus kabut tipis hutan, hingga akhirnya tiba di tepi sebuah danau jernih.
Dia bersembunyi di balik semak-semak tinggi.
Dan saat melihat sumber aroma itu… ia seketika terdiam.
“…Apa… itu…?”
Di tepi danau, seorang pria muda duduk santai memakai pakaian sederhana, kaki menjuntai ke air. Sebuah tali pancing digantungkan, dan ia bersenandung pelan seakan dunia tidak memiliki masalah.
Li Yun.
Senyap.
Kaisar iblis menatapnya lebih lama. Ia mencoba merasakan aura Qi dari tubuh itu—namun tidak ada. Ia melihat akar spiritualnya—kosong.
“Tidak… tidak mungkin… manusia macam apa ini?” gumamnya.
Tidak ada Qi.
Tidak ada akar spiritual.
Tidak ada energi hidup yang kuat.
Tidak ada bekas latihan apa pun.
“Dia… lebih sampah dari sampah.”
Ia memiringkan kepala, masih bingung.
“Dan dia memancing? Di saat monster berkeliaran? Apakah dia bodoh? Atau… sudah pasrah mati?”
Namun setelah beberapa detik…
Senyumnya melebar. Giginya yang panjang berkilat.
“Tidak peduli apa dia bodoh atau tidak. Aroma tubuhnya… ahh… surga.”
Ia meneteskan air liur.
“Daging manusia selemah ini biasanya hambar. Tapi dia wangi… sangat wangi… pasti juicy… penuh khasiat… tubuhnya pasti cocok untuk memulihkan kekuatanku!”
Ia merendahkan tubuh, siap menerkam.
“Manusia… salahkan dirimu sendiri. Kau seharusnya bersembunyi dibalik tembok, bukan memancing seperti ini—”
Di sisi lain, Li Yun…
Li Yun menggigil tiba-tiba.
“Brrrr… dingin sekali hari ini.” Ia mengusap tangannya. “Pantesan dari tadi nggak ada ikan yang mau makan umpan. Apa airnya turun suhu, ya?”
Ia memeriksa kailnya santai.
Di belakangnya, semak-semak bergerak.
Srek…
Srek…
Tentu saja Li Yun tidak menyadarinya.
Kaisar iblis melihat kesempatan emas itu. Air liurnya hampir menetes membanjiri tanah. Ia menahan napas, mendekam rendah, lalu—
Sekarang!
Ia meloncat keluar dari semak-semak, tubuh raksasanya membentuk bayangan gelap yang menutupi Li Yun dari belakang. Mulutnya terbuka lebar, siap melahap kepala Li Yun dalam satu gigitan.
"GROAAARR!"
Namun tepat pada saat rahangnya membesar—
MATANYA MELEBAR.
Seluruh bulunya berdiri.
Dunia seakan membeku.
Sebuah kekuatan tak terlihat menghantam tubuhnya, meremasnya hingga tulang-tulang iblisnya berderak keras.
“A— APA—!?”
BRAK!!!
Tubuh raksasanya mengecil seketika—seperti disedot ke dalam ruang sempit.
Poof!!!
Dan dalam satu kedipan mata… sosok kaisar iblis yang mengerikan itu berubah menjadi—
Seekor serigala chibi mungil.
Kakinya pendek. Bulunya lebat dan fluffy. Tanduknya menghilang. Giginya mengecil jadi taring kecil imut yang tidak lebih menyeramkan dari kucing lapar.
Tubuh kecilnya terpelanting ke tanah.
“E—EEK!?”
Ia bahkan mengeluarkan suara imut tanpa sengaja.
BADUM!
Ia terjatuh tengkurap, kepala kecilnya menghantam tanah lembut. Aroma tanah yang baru dicium membuatnya ingin menangis.
“A-apa… apa yang terjadi…? Siapa… siapa yang—”
Tapi tubuhnya terlalu kecil. Terlalu lemah. Ia bahkan tidak bisa berdiri tegak.
Li Yun seketika terjaga setelah telinganya menangkap bunyi jatuh kecil di belakangnya.
“Hm?”
Ia menoleh pelan.
Dan tertegun.
“…Hah?”
Di belakangnya… seekor anak serigala chibi, dengan mata merah bulat besar yang kini terlihat lebih lucu daripada menakutkan, sedang meringis sambil menggeram kesakitan.
Li Yun memandanginya tanpa berkedip.
"Lah?"