PLEASE FOLLOW DEAMERIAWAN UNTUK MENDAPATKAN NOTIFIKASI UPDATE NOVEL TERBARU
Sudah lebih dari 8 tahun Alika menunggu kesempatan untuk membalas kematian kedua orangtuanya yang dibunuh secara keji oleh Klan mafia Camorra dari Sisilia. Saat itu Alika masih berusia 12 tahun dan baru saja beberapa jam sebelumnya ia berulang tahun dan membuka hadiah dari kedua orangtuanya. Tiba-tiba rumah yang mereka tempati didatangi tamu yang tak diundang. Ayahnya ditembak di tempat dan ibunya pun tak luput dari tembakan. Sedangkan Alika saat itu pingsan setelah tertembak dibagian perut. Untung ia bisa diselamatkan oleh tetangganya seorang mantan agent CIA yaitu Mr. Hamilton yang tanpa sengaja melihat gerombolan Camorra mendatangi rumahnya. Dan Mr. Hamilton pun mengadopsi Alika karena ia dan istrinya tidak memiliki anak.
Sungguh tragis ... diusianya yang masih muda Alika harus menjadi yatim piatu. Dan ia sendiri hampir meregang nyawa. Sejak saat itu Alika dilatih oleh ayah angkatnya men
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deameriawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAHASISWA MIT
"Aku mengerti" jawab Alika dengan suara yang tenang, meskipun hatinya bergejolak. "Aku akan melakukan apa yang diperlukan".
Direktur Thompson tersenyum tipis. "Bagus. Kami akan memberimu identitas baru, pelatihan khusus, dan semua peralatan yang kau butuhkan. Kau akan menjadi mata dan telinga kami di dunia Zero. Kamu juga akan kami rekomendasikan untuk kuliah di MIT tanpa test sesuai permintaan dari Mr. Hamilton".
Alika menjalani pelatihan intensif selama beberapa minggu. Ia belajar tentang psikologi kriminal, teknik menggoda, dan cara menggunakan tubuhnya sebagai senjata. Ia juga dilatih untuk menyamar dan beradaptasi dengan berbagai macam situasi. Identitas baru Alika adalah "CAVA," seorang hacker seksi dan misterius yang memiliki reputasi di dunia maya. Cava dikenal karena kemampuannya meretas sistem keamanan apapun dan mendapatkan informasi yang paling rahasia.
Dengan identitas barunya, Alika mulai menyusup ke dunia Zero. Ia menggunakan keahliannya untuk mendapatkan perhatian Zero dan membuatnya terkesan. Ia berhasil menarik perhatian Zero dan diundang ke pesta pribadi di sebuah pulau terpencil. Di pesta itu, Alika bertemu langsung dengan Zero. Zero adalah pria yang tampan dan karismatik, tapi juga memiliki aura yang berbahaya. Alika tahu, ia harus berhati-hati.
Alika mulai memainkan perannya. Ia menggoda Zero dengan kecerdasannya, penampilannya, dan sentuhan-sentuhan halus yang membuat Zero semakin tertarik. Ia berpura-pura terpesona dengan Zero dan rencananya, sambil mencari celah untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan CIA. Zero, yang terbiasa mendapatkan apa yang diinginkannya, terpikat dengan Alika. Ia mulai membuka diri kepada Alika, menceritakan tentang rencananya untuk melumpuhkan sistem keuangan global. Ia bahkan mengajak Alika untuk bergabung dengannya dan menjadi bagian dari timnya.
Alika berpura-pura setuju. Ia tahu, ini adalah kesempatan emas untuk mendapatkan akses ke sistem keamanan Zero dan menghentikannya dari dalam. Namun, ia juga tahu, ia harus berhati-hati. Zero bukan orang bodoh. Ia akan curiga jika Alika terlalu cepat setuju atau terlalu banyak bertanya. Alika terus memainkan perannya dengan sempurna. Ia menjadi kekasih Zero, teman kepercayaannya, dan mata-matanya di dunia luar. Ia mendapatkan akses ke sistem keamanan Zero dan mulai mengirimkan informasi ke CIA.
CIA menggunakan informasi yang diberikan Alika untuk merencanakan serangan balik. Mereka menyiapkan tim khusus untuk menyusup ke markas Zero dan menghentikannya sebelum melancarkan serangannya. Namun, Zero tidak sebodoh yang mereka kira. Ia mulai mencurigai Alika. Ia merasa ada yang aneh dengan Alika. Ia merasa Alika menyembunyikan sesuatu. Suatu malam, Zero mengkonfrontasi Alika. "Siapa kau sebenarnya?" tanya Zero dengan nada dingin. "Aku tahu kau bukan Cava yang kukenal." Alika terkejut. Ia tahu, permainannya telah berakhir. Ia harus bertindak cepat.
"Aku adalah Alika," jawab Alika dengan tegas. "Aku di sini untuk menghentikan mu". Zero tertawa sinis. "Kau pikir kau bisa menghentikan ku? Kau tidak tahu apa yang kau hadapi". Zero memerintahkan anak buahnya untuk menangkap Alika. Ia dibawa ke sebuah ruangan gelap dan lembap. Tangannya diikat ke kursi, dan mulutnya dibungkam dengan kain. Ia tahu, Zero tidak akan membiarkannya lolos begitu saja. Zero masuk ke ruangan itu dengan senyum sinis. "Kau pikir kau bisa mengkhianati ku, Alika ? Kau pikir kau bisa menghentikan ku ?". Alika menatap Zero dengan tatapan tajam dan dingin. Ia tidak akan menunjukkan rasa takutnya. Zero mendekat dan mencengkeram dagu Alika dengan kasar. "Aku sangat menyukaimu, Alika. Aku pikir kau berbeda dari wanita lain. Tapi ternyata, kau sama saja. Kau hanya seorang mata-mata".
Zero melepaskan cengkeramannya dan berjalan mondar-mandir di depan Alika. "Aku punya rencana untukmu, Alika. Aku akan membuatmu menyesal telah mengkhianati ku. Aku akan membuatmu menjadi contoh bagi semua orang yang berani melawanku". Zero memerintahkan anak buahnya untuk menyiksa Alika. Mereka memukuli Alika, menyetrumnya, dan melakukan berbagai macam penyiksaan lainnya. Alika menahan rasa sakitnya dengan sekuat tenaga. Ia tidak akan memberikan Zero kepuasan melihatnya menderita. Di tengah penyiksaan itu, Alika teringat akan pesan Uncle Hamilton: "Kekuatan tanpa moralitas sama dengan kehancuran." Ia tahu, ia harus tetap berpegang pada prinsipnya, meskipun dalam situasi yang paling sulit sekalipun.
Saat Alika hampir menyerah, ia mendengar suara ledakan di luar ruangan. Tiba-tiba, pintu ruangan itu terbuka dan tim CIA menyerbu masuk. Mereka menembaki anak buah Zero dan membebaskan Alika. Zero berhasil melarikan diri, tetapi rencananya untuk melumpuhkan sistem keuangan global gagal. CIA berhasil mengamankan sistem dan mencegah terjadinya kekacauan. Alika dibawa kembali ke markas CIA. Ia dirawat dan dipulihkan dari luka-lukanya. Ia merasa bersalah karena telah gagal menghentikan Zero, tetapi ia juga bangga karena telah membantu menyelamatkan dunia.
Direktur Thompson memuji keberanian dan dedikasi Alika. "Kau telah melakukan tugas yang luar biasa, Alika. Kau telah menghentikan Zero dan menyelamatkan dunia dari kehancuran. Kau adalah aset berharga bagi CIA". Namun, Alika merasa tidak puas. Ia merasa gagal karena Zero berhasil melarikan diri. Ia tahu, Zero akan kembali dan melakukan kejahatan yang lebih besar. Ia bertekad untuk menangkap Zero dan membawanya ke pengadilan.
Direktur Thompson memahami perasaan Alika. Ia menawarkan Alika kesempatan untuk bergabung dengan CIA secara penuh waktu dan mengejar Zero. Namun, ia juga menyarankan Alika untuk melanjutkan pendidikannya. "Alika, kau memiliki potensi yang luar biasa," kata Direktur Thompson. "Kau cerdas, berbakat, dan memiliki kemampuan yang langka. Aku ingin kau melanjutkan kuliahmu di MIT. Di sana, kau akan mendapatkan pendidikan yang terbaik dan bertemu dengan orang-orang yang bisa membantumu mengembangkan kemampuanmu."
Alika setuju dengan saran Direktur Thompson. Ia tahu, ia membutuhkan pendidikan yang lebih tinggi untuk menjadi agen yang lebih baik. Ia mendaftar di MIT dan diterima di jurusan ilmu komputer. Sebagai mahasiswi baru di MIT, Alika menjalani kehidupan ganda. Di siang hari, ia belajar dan bergaul dengan teman-temannya. Di malam hari, ia bekerja untuk CIA, menyelidiki kasus-kasus kejahatan lainnya, melacak Zero dan mempelajari pola kejahatan klan Camorra.
MIT adalah tempat yang penuh dengan orang-orang cerdas dan berbakat. Alika bertemu dengan banyak mahasiswa dan profesor yang menginspirasinya. Ia belajar banyak hal baru dan mengembangkan kemampuan komputernya. Namun, kehidupan Alika tidak selalu mudah. Ia harus berjuang untuk menyeimbangkan antara kuliah dan pekerjaannya sebagai agen. Ia juga harus berhati-hati agar identitasnya sebagai agen tidak terbongkar.
Suatu hari, Alika menerima sebuah misi baru dari CIA. Misi itu adalah untuk menyelidiki sebuah perusahaan teknologi yang dicurigai melakukan kegiatan ilegal. Perusahaan itu bernama "Cyberdyne Systems," dan mereka mengembangkan teknologi kecerdasan buatan yang sangat canggih.
***