zahratunnisa, gadis berparas ayu yang sedang menempuh pendidikan di Dubai sebuah musibah menimpanya, hingga akhirnya terdampar di amerika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ewie_srt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua
Perkuliahan siang yang di isi oleh pangeran ommar berjalan cukup riuh, sebab pria itu wajahnya terlalu tampan untuk diabaikan. Materi dan motivasi yang ia sampaikan, sebenarnya sangat klise.
'berjuanglah untuk cita-citamu, setinggi apapun cita-citamu, jika kamu berusaha meraihnya, insyaAllah akan tercapai' motivasi yang cukup klise, mengingat pria itu seorang mentri dan juga lulusan terbaik kampus ini.
Beberapa kali, mata pangeran ommar terlihat terpaku ke arah zahra, yang memberikan pertanyaan cukup kritis, zahra menanyakan bagaimana pendapat ommar tentang seberapa penting pendidikan untuk perempuan, menurut pria tampan itu.
Pria itu menjawab dengan penuh diplomasi, entah karena mahasiswa yang berada di kelas itu 80 persen adalah orang asing, sehingga pria itu mencari jawaban yang relatif aman.
"Boleh saya tahu, siapa nama anda?" tanya ommar dengan raut wajah penasaran.
"Dan darimana asal anda?"
"Nama saya Zahratunnisa, saya berasal dari Indonesia"
Pria itu manggut-manggut, tangannya mengetuk-ngetuk meja, rasa penasaran masih terlihat dari wajah tampannya yang terlihat sedikit terganggu.
"saudari zahra!, apakah di negaramu, pendidikan terhadap kaum wanita dibatasi?"
"tidak prof.." geleng zahra cepat mengibaskan tangannya,
"Di negara saya, pendidikan itu merupakan hak azasi bagi seluruh rakyat, baik pria, wanita, tua ataupun muda"
"Lantas untuk apa anda menanyakan hal itu tadi pada saya?" tanya pria itu dengan sorot mata menyelidik, zahra merasa tersudut. Tatapan pria itu seakan mengintimidasinya.
"baiklah.." seru pria tampan itu mengalihkan perhatiannya dari zahra yang terlihat terpojok, menatap seluruh mahasiswa di kelas.
"saya sangat senang dengan kesempatan yang di berikan kepada saya hari ini. Berkenalan dengan anda semua membuat saya bangga, bahwa kampus saya menjadi pilihan bagi orang-orang pintar dan jenius seperti anda sekalian" wajah tampan itu tersenyum penuh pesona, ucapannya mendapatkan applause yang cukup meriah, namun tidak dengan zahra, entah mengapa gadis itu merasa pangeran ommar seakan menyindirnya.
"saya harap, mahasiswa yang hadir di kelas hari ini, dapat menyelesaikan study anda dengan baik, karena saya tahu, negara darimana anda berasal, pasti bangga akan pencapaian anda semua" sambung ommar lagi, dan kali ini matanya yang mengitari seluruh ruangan berhenti tepat menatap zahra yang juga menatapnya.
Senyum pria tampan itu, mengembang indah kembali, ia masih tersenyum, ketika profesor khalid terlihat memasuki kelas dengan pria yang terlihat cukup kaku. Pria yang baru masuk itu, mengangguk hormat dan membisikkan sesuatu kepada pangeran ommar. Terlihat pangeran itu mengangguk, kemudian menatap ke seluruh ruangan kembali.
"sebenarnya saya masih betah memberikan motivasi kepada anda semua, tapi maafkan saya, tugas negara memanggil saya" pamit ommar dengan merapatkan kedua tangannya di depan dada.
Terdengar suara-suara keberatan, namun ommar dengan senyum manis melambaikan tangan meninggalkan kelas mereka, diiringi profesor khalid dari belakang. Namun sebelum tubuh pria itu hilang di balik pintu, ia sempat menoleh, menatap zahra cukup lama dengan tatapan penasarannya.
Ruangan mendadak ramai, terdengar teriakan histeris dari vivienne, mahasiswi yang berasal dari perancis itu, ia berseru, mengatakan betapa tampannya pangeran ommar, suara tawa centil dari gadis-gadis yang lain membuat ruangan sedikit riuh.
Zahra menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya, ternyata pesona pria itu berhasil menghipnotis dan membuat kelasnya mendadak ribut dan berisik.
"hei..." tepuk adiba mengagetkan zahra yang masih menatap penuh keheranan kearah vivienne and the genk.
"kamu aneh tahu nggak?"
zahra mengerutkan keningnya, heran dengan pertanyaan adiba.
"aneh kenapa?"
"itu ekspresi normal, dari para wanita.." ujar adiba menunjuk dengan dagunya vivienne yang masih kasak kusuk heboh.
"ekspresi kamu yang aneh zahra!, bisa-bisanya kamu seperti nggak menyadari ketampanan pangeran ommar"
Mata adiba menatap penuh selidik, seakan ingin menyelami isi hati zahra,
"kamu masih normalkan ra?"
"ehhh...buset" gerutu zahra kaget, namun tak urung ia tertawa.
"normal, adiba. Normal banget malah, cuman pangeran ommar bukan tipe aku, terlalu tampan menurutku. Dan aku kurang menyukai sesuatu yang berlebihan seperti itu"
Mata adiba membola sempurna, bibir seksinya sampai terperangah tak percaya.
Adiba mengeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir, mendengar jawaban zahra.
"kamu memang aneh ra.."
"enak aja.." pukul zahra lembut, ke lengan adiba yang masih menggeleng keheranan.
"zahra..." panggil profesor khalid yang masuk ke kelas mereka, mengambil laptopnya dari atas meja, pria tua dengan perut tambun itu, terlihat menatap zahra serius.
"ya prof" sahut zahra yang tersentak sedikit terkejut, sebab masuknya beliau tanpa salam dan aba-aba, jadi zahra tak menyadari kehadiran beliau barusan.
"nanti, setelah kelas kamu berakhir, tolong ke ruangan saya sebentar yah"
"saya prof?" tanya zahra dengan kerutan di keningnya, tangannya menunjuk ke arah dada.
"iya.." sahut profesor khalid mengangguk singkat dan keluar dari ruangan tanpa salam.
Zahra terpaku, benaknya sibuk bertanya mengapa profesornya itu ingin bertemu dengannya.
"kenapa ra?, kamu ada tugas tersangkut dengan beliaukah?" mata adiba menatap zahra penuh tanya.
"setahu aku, tidak ada" geleng zahra lemah, matanya berputar, seakan sibuk mencari alasan profesor khalid memanggilnya.
"yah udah, pergi saja sekarang!, hari ini kan kuliah kita hanya dengan beliau, aku tunggu kamu di kantin yah" adiba menyentuh lengan zahra, menarik tangan zahra untuk berdiri.
Zahra berjalan terburu-buru ke ruangan profesor khalid, setelah ia berpisah dengan adiba di persimpangan ruangan kelas dan kantin tadi.
Dengan sedikit tremor, zahra mengetuk pintu ruangan profesor khalid.
"masuk" suara berat profesor khalid terdengar dari dalam. Zahra membuka pintu dengan hati-hati, di dalam profesor khalid terlihat tenang duduk di kursinya.
"assalamualaikum prof"
"waalaikumussalam, duduk" perintahnya lembut, wajah tuanya terlihat tersenyum ramah. Zahra duduk dengan hati yang masih penasaran, matanya tak luput dari memandang pria tua itu, yang berjalan perlahan menghampiri sofa tempat zahra duduk.
"apakah kamu sibuk?, apakah panggilan saya ini mengganggu kamu?"
"tidak prof.." jawab zahra cepat, menggelengkan kepalanya.
"saya hanya penasaran heheh"
"hahahha, maaf yah" tawa profesor khalid terdengar ramah.
"saya langsung saja yah, pangeran ommar tadi menawarkan beasiswa untuk kamu, tapi beliau ingin bicara langsung padamu, jadi saya hanya ingin menyampaikan pesan beliau tadi, karena kementrian yang beliau pimpin sedang mencari beberapa orang untuk diberikan beasiswa, dan beliau meminta kamu salah satunya"
Mata zahra membola sempurna, binar bahagia terlihat dari matanya yang indah,
"saya sudah memberikan data-datamu kepada ajudan beliau tadi, tapi saya takut datanya tidak lengkap atau salah, jadi tadi saya berikan kontak kamu sebagai jalan untuk kamu dan kementerian bisa saling terhubung, tidak apa-apakan?" tanya profesor khalid menutup penjelasannya yang cukup panjang.
"nggak apa-apa prof, malahan saya mengucapkan terima kasih banyak, atas kebaikan profesor" jawab zahra dengan senyum manis dan sorot matanya yang penuh terima kasih.
Bersambung...