seorang gadis yang berniat kabur dari rencana perjodohan yang dilakukan oleh ibu dan ayah tirinya, berniat ingin meninggalkan negaranya, namun saat di bandara ia berpapasan dengan seorang laki-laki yang begitu tampan, pendiam dan berwibawa, berjalan dengan wajah dinginnya keluar dari bandara,
"jangan kan di dunia, ke akhirat pun akan aku kejar " ucap seorang gadis yang begitu terpesona pada pandangan pertama.
Assalamualaikum.wr.wb
Yuh, author datang lagi, kali ini bertema di desa aja ya, .... cari udara segar.
selamat menikmati, jangan lupa tinggalkan jejak.
terimakasih...
wassalamualaikum,wr.wb.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Marina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kepulangan Zora
Pagi yang seharusnya menjadi awal baru bagi Yusuf justru menjadi hari paling menyakitkan. Setelah menemukan rumah Bu Suci terkunci dan kosong, Yusuf kembali ke rumahnya dengan langkah gontai. Ia mencari ibunya, yang sedang berbincang serius dengan Kyai Rahman mengenai rencana perjodohan Ridwan dan ayudia.
Yusuf masuk ke ruangan, wajahnya penuh air mata, dan ia langsung terduduk lesu di lantai, di depan ibundanya. Ibunda Yusuf terkejut melihat putranya, seorang Ustadz yang biasanya tegar, kini menangis tersedu-sedu seperti anak kecil.
Ibunda Yusuf Segera mendekat, memeluk putranya dengan cemas "Yusuf! Ya Allah, Nak! Ada apa? Kenapa kamu menangis seperti ini? Katakan pada Ummi!"
Yusuf Bicaranya terputus-putus oleh isakan "Ummi... Zora... Zora pergi, Ummi! Dia... dia meninggalkan desa! Dia membawa Bu Suci Rumah itu kosong! Dia pergi tanpa pamit, tanpa pesan!"
Yusuf melepaskan pelukan ibunya, wajahnya menengadah memohon penjelasan.
"Kenapa, Ummi? Kenapa? Padahal aku sudah mantap untuk memperjuangkannya! Aku sudah mendapatkan izin Abah dan Ummi untuk membatalkan perjodohan. Kenapa dia pergi, Ummi? Aku... aku bahkan tidak tahu alasannya!" Yusuf masih terisak... Disaat dia sudah membayangkan akan melamar Zora dan segera menikahi nya kini pupus.
Ibunda Yusuf memeluknya lagi, membiarkan Yusuf meluapkan kesedihannya. Kyai Rahman hanya mengangguk pelan, memahami kepedihan yang dirasakan putranya.
Ibunda Yusuf Mengusap kepala Yusuf dengan lembut "Sabar, Nak. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Tenang, Yusuf. Mari kita berpikir jernih. Kita cari tahu dulu."
Ibunda Yusuf teringat akan sifat Bibi Lasmi yang sinis.
Ibunda Yusuf "Menurut Ummi, ada kemungkinan besar Zora pergi karena salah paham, Nak. Dia pergi tepat saat kita sedang mengurus perjodohan Kak Ridwan dan Ayudia. Dia pasti mengira..."
Yusuf Mengangkat wajahnya "Mengira apa, Ummi?"
Ibunda Yusuf mengatakan "Dia mengira kamu akan segera menikahi Ayudia. Atau, lebih mungkin, ada yang sengaja memberinya informasi yang salah untuk mematahkan semangatnya." Mata Ibunda Yusuf menyiratkan kecurigaan pada Bibi Lasmi.
"Lalu apa yang harus aku lakukan, Ummi? Haruskah aku mencarinya? Haruskah aku menyerah pada takdir yang seperti ini?" tanya Yusuf dengan tatapan sendu nya
"Nak, Ummi tidak akan menyuruhmu menyerah. Tapi kamu harus ingat satu hal Cinta yang tulus tidak akan pernah hilang karena jarak. Sekarang ini adalah ujianmu, Yusuf. Ujian keikhlasanmu." tutur ibunda
"Kamu sudah bertekad untuk menikahi Zora, bukan? Kamu sudah yakin dia adalah jodohmu. Kalau begitu, buktikan. Beri dia waktu untuk melanjutkan hirah-nya di sana. Tugasmu sekarang adalah menyusulnya, tapi dengan cara yang benar. Carilah ibu Suci dulu, tanyakan alamatnya. Lalu, Abah dan Ummi akan menemanimu melamarnya di Jsana, jika dia sudah siap."
Mendengar janji dan kepastian dari ibundanya, Yusuf merasa sedikit lebih kuat. Ia menyeka air matanya. Ia tahu, tangisan ini harus diubah menjadi tindakan.
Setelah perjalanan yang panjang dan sunyi, mobil mewah Papa Zora memasuki gerbang tinggi kediaman mereka yang megah di kota. Kontras antara rumah Bu Suci yang sederhana dan istana ini sungguh mencolok.
Zora turun dari mobil. Meskipun hatinya membawa luka, ia merasakan sedikit kesenangan dan kelegaan saat kakinya menginjak lantai marmer yang dingin dan bersih, kembali ke lingkungan yang ia kenal sejak lahir.
Papa dan Mama Zora menyambutnya dengan pelukan hangat dan air mata bahagia. Mereka kagum melihat Zora yang kini mengenakan gamis panjang dan jilbab yang menutup dada. Mereka tidak bertanya tentang alasan kepergiannya yang mendadak, mereka hanya bersyukur Zora kembali dengan niat baik yang utuh.
"Ya Allah, Nak. Kamu terlihat lebih tenang. Mama dan Papa sangat senang kamu pulang." ucap mama Zora yang bernama Farida itu.
"u Suci , terima kasih banyak. Kami sudah siapkan kamar terbaik untuk Ibu. Terima kasih sudah menjaga putri kami."
Setelah pelukan singkat dan memastikan ibu Suci nyaman, Zora segera meminta izin.
"Pa, Ma, aku senang sekali melihat kalian....Zora minta maaf karena sudah kabur dari mama dan papa..." ucapnya merasa bersalah, apalagi melihat wajah sendu orang tuanya, dirinya merasa sakit.
" tidak apa-apa sayang, itu semua demi kebaikanmu" ucap papa Surya pada putrinya.
" kami sangat bangga padamu nak" ucapnya senang.
setelah mereka berbincang untuk melepas rindunya, Zora berniat untuk kembali ke kamarnya dulu, untuk beristirahat juga belajar.
Zora kemudian membawa ibu Suci dan mushaf Al-Qur'annya ke lantai atas, menuju kamarnya yang sangat besar , kamar yang berisi semua kemewahan yang dulu ia tinggalkan.
Kamar yang Bertransformasi , Di kamar itu, ia segera meminta Pak Budi untuk menyingkirkan semua majalah mode, tumpukan high heels, dan segala sesuatu yang mengingatkannya pada kehidupan lama. Ruangan itu kini terasa lebih bersih dan terfokus.
Zora duduk di kasurnya yang empuk berbanding terbalik dengan ranjang lipat di desa dan membuka mushafnya, meminta Bu Suci untuk segera memulai sesi setoran hafalan.
"Aku tidak boleh membiarkan rasa sakit ini menguasai. Aku tidak boleh membiarkan Yusuf menghancurkan istiqamah-ku." gumam Zora dalam hati
Zora menggunakan otak jeniusnya, memaksa dirinya fokus pada setiap huruf dan harakat. Suara ayat-ayat Al-Qur'an kini menjadi satu-satunya hal yang bisa mengisi kehampaan di hatinya. Itu adalah obat bius emosional yang bekerja secara spiritual.
Dengan cara itulah Zora mampu melupakan Ustadz Yusuf, walaupun hanya sementara , hanya selama ia berhasil tenggelam dalam keagungan firman Tuhan, hingga hafalan hari itu selesai dan malam kembali membangkitkan rasa rindunya yang menyakitkan....
Setelah Zora dan Bu Suci masuk ke kamar, Papa dan Mama Zora tidak bisa langsung pergi. Rasa penasaran bercampur dengan rasa takjub membuat mereka perlahan berjalan kembali ke lorong menuju kamar putri mereka.
Mereka berdiri di luar pintu kamar Zora, yang sedikit terbuka.
Dari celah pintu, Papa dan Mama Zora bisa melihat putrinya duduk di atas sajadah, berhadapan dengan Bu Suci , Di tangan Zora sudah ada mushaf Al-Qur'an.
Bu Suci memberi isyarat, dan Zora pun mulai melantunkan hafalan barunya.
Suara yang keluar dari mulut Zora bukan lagi suara cempreng saat ia berteriak pada pelayan, atau suara nyanyian klub malam yang disukainya. Itu adalah suara yang merdu, mengalir lancar, dan yang paling mengejutkan, sangat fasih . Zora tidak hanya membaca, ia melantunkan ayat-ayat suci dengan tajwid yang baik, seolah-olah ia telah melakukannya seumur hidupnya.
Papa Zora dan Mama Zora saling berpegangan tangan. Keduanya sama-sama tidak menyangka sama sekali.
Papa Surya , Pria yang tak pernah menunjukkan kelemahan di hadapan dewan direksi kini menundukkan kepalanya, tubuhnya bergetar. Ia teringat saat Zora kabur, saat Zora membantah, dan saat ia mengeluarkan jutaan rupiah untuk menutupi skandal putrinya. Semua kenangan buruk itu kini terasa terhapuskan oleh lantunan ayat suci yang begitu menyejukkan.
Mama Farida , Ia menyentuh bibirnya, air mata mengalir deras. Putrinya, yang ia khawatirkan tidak akan pernah menemukan jalan pulang, kini telah menemukan jalan terbaik, jalan yang langsung mengarah kepada Tuhan.
Mama Farida berbisik, sambil menangis "Papa... itu suara Zora... dia... dia benar-benar bisa, Pa. Dia fasih sekali. Allahu Akbar."
eh Thor semoga itu Zorra bisa mengatasi fitnahan dan bisa membongkar dan membalikkan fakta kasihan yang lg berhijrah di fitnah....
lanjut trimakasih Thor 👍 semangat 💪 salam