"Jika ada kesempatan kedua, maka aku akan mencintai mu dengan sepenuh hatiku." Kezia Laurenza Hermansyah.
"Jika aku punya kesempatan kedua, aku akan melepaskan dirimu, Zia. Aku akan membebaskan dirimu dari belengu cinta yang ku buat." Yunanda Masahi Leir.
Zia. Cintanya di tolak oleh pria yang dia sukai. Malam penolakan itu, dia malah melakukan kesalahan yang fatal bersama pria cacat yang duduk di atas kursi roda. Malangnya, kesalahan itu membuat Zia terjebak bersama pria yang tidak dia sukai. Sampai-sampai, dia harus melahirkan anak si pria gara-gara kesalahan satu malam tersebut.
Lalu, kesempatan kedua itu datang. Bagaimana akhirnya? Apakah kisah Zia akan berubah? Akankah kesalahan yang sama Zia lakukan? Atau malah sebaliknya.
Yuk! Ikuti kisah Zia di sini. Di I Love You my husband. Masih banyak kejutan yang akan terjadi dengan kehidupan Zia. Sayang jika dilewatkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#19
Yunan terus menjalankan kursi roda meninggalkan lantai satu. Sedangkan mamanya, tetap diam bersama Ratu di dalam ruangan tersebut.
"Ratu. Terima kasih banyak ya."
"Untuk apa, tante?"
"Untuk perhatian yang selama ini telah kamu berikan pada Yunan. Tante sangat berterima kasih atas semua yang kamu lakukan untuk anak tante, Ratu."
"Tante ngomong apa sih? Aku gak ngelakuin apa-apa kok buat Yunan."
Mama Yunan tersenyum lebar. Satu tangannya meraih tangan Ratu. "Kamu anak baik. Kamu terlalu merendahkan dirimu sendiri, Nak. Mm ... sebenarnya, kami selaku keluarga Yunan sempat punya rencana buat ngejodohin kalian berdua."
Wajah Ratu langsung berubah. "Tante."
"Ah, jangan takut. Kami hanya berencana saja. Jika kamu tidak setuju, kami juga tidak akan memaksa. Kami maklum, Yunan itu-- "
"Aku tidak pernah mempermasalahkan apapun kekurangan yang ada pada diri Yunan, tante. Selama ini, aku selalu berusaha agar bisa dilihat oleh Yunan. Tapi .... "
"Iya. Tante tahu kalau anak tante itu sangat sulit untuk membuka hati. Tepatnya, setelah kecelakaan itu, Yunan selalu menutup diri. Bukan hanya dari dunia luar. Dia juga menjaga jarak dari keluarganya. Tidak, bukan menjaga jarak. Melainkan, memisahkan diri. Dia malah lebih memilih tinggal di vila dari pada di rumah besar keluarga Leir. Yunan benar-benar sulit untuk di atur."
Mama Yunan dan Ratu pun terus bicara banyak hal. Bagaimanapun, mereka sudah dekat sejak lama. Jadi, tidak perlu pendekatan lagi, mereka sudah dangat akrab. Bicara banyaj juga sudah tidak lagi jadi masalah.
Sementara itu, Yunan yang tadinya pergi meninggalkan ruangannya, sudah pun tiba ke lantai dasar bangunan kantor megah tersebut. Pria itu turun sendirian di jam istirahat. Ini adalah hal yang cukup langka.
"Pak Yunan. Ada apa, pak?" Salah satu karyawan memberanikan diri menyapa atasan dinginnya dengan hati yang gugup.
Saat itulah Yunan baru sadar di mana dia berada saat ini. "Ah, gak papa. Bukan masalah. Hanya .... " Ucapannya tertahan saat matanya menyapu bagian meja karyawan yang di salah satu dari beberapa meja adalah milik Zia.
Matanya tertuju pada meja yang sedang kosong di ujung sana. "Di mana karyawan yang duduk di sana?"
"Duduk, di sana? Maksud bapak, Kezia?"
Yunan mendongak. Sejujurnya dia tidak ingin bertanya. Tapi bibirnya malah tidak bisa ia ajak kerja sama. Bisa-bisanya pertanyaan itu lolos tanpa bisa dia tahan. Terpaksa, dia menjawab iya atas pertanyaan yang karyawan itu lontarkan.
"Iya." Suara pelan Yunan hampir tidak terdengar.
"Ah, itu. Zia pergi beberapa saat yang lalu, pak. Kek nya, dia di ajak makan siang oleh pacarnya deh." Salah satu karyawan malah menjawab dengan enteng.
Jawaban yang langsung membuat wajah Yunan berubah. Seketika, rekan dari karyawan itu langsung menyenggol bahu temannya.
"Ngomong apa sih kamu? Jangan ngomong sembarangan," bisik karyawan itu pada si rekan.
Mereka semua terdiam. Menunggu jawaban Yunan dengan sangat cemas. Akhirnya, jawaban itu muncul setelah beberapa saat hening.
"Baiklah. Lanjutkan pekerjaan kalian."
"Ba-- baik, pak." Mereka berucap hampir serentak dengan nada agak gugup.
Yunan pun beranjak. Meninggalkan lantai dasar dengan hati yang sedikit gundah. Bagaimana tidak? Apapun yang berhubungan dengan Zia, semuanya selalu membuat hati Yunan merasa tidak nyaman.
Sepanjang perjalanan Yunan, ucapan karyawan itu terus menganggu. Mengulang di benak Yunan bagai kaset lama yang tidak beraturan lagi.
Yunan menahan napas sejenak ketika kursi roda telah berhasil memasuki lift. Setelah pintu tertutup, Yunan menyentuh dadanya dengan satu tangan. Rasanya cukup sesak. Walau selama beberapa waktu terakhir dia sudah berusaha keras untuk berdamai dengan keadaan. Tapi nyatanya, melepaskan Zia adalah pilihan yang sama sekali tidak bisa ia lakukan.
"Zia! Kenapa?"
Perasaan Yunan pun terus bercampur aduk.
"Kenapa kamu terus mendekati aku akhir-akhir ini? Tapi pada akhirnya, kamu juga dekat dengan laki-laki lain. Kenapa, Zia? Kenapa?"
Di sisi lain. Para karyawan yang Yunan tinggalkan malah terus bergosip. "Kamu kok malah ngomong gitu barusan?"
"Ngomong apa?"
"Ya bilang Zia pergi dengan pacarnya?"
"Lah. Emang dia pergi dengan pacarnya, kan?"
"Tahu dari mana kamu?"
"Ya aku lihatlah. Zia pergi dengan cowok tadi. Terus, cowok itu juga sering datang ke kantor ini buat nyari Zia."
"Cek-cek-cek. Anak baru itu memang luar biasa ya. Kelihatannya aja kalem, lembut, manis. Tapi kenyataannya malah menakutkan."
Begitulah omongan para karyawan tentang Zia. Mereka tidak tahu apa-apa. Tapi bicara seenaknya. Entah apa yang membuat mereka iri pada gadis itu. Tapi yang jelas, pandangan mereka terhadap Zia masih tidak berubah.
*
Malam acara amal akhirnya tiba. Pada akhirnya, Yunan memutuskan untuk pergi. Karena pikirannya tentang Zia, juga karena tekanan dan paksaan dari sang mama. Dia memilih untuk menghadiri pesta tersebut.
"Yu. Terima kasih."
"Untuk apa?"
"Kamu yang sudah bersedia hadir. Terima kasih karena mau mendengarkan apa yang aku katakan."
Yunan tidak lagi menjawab. Dia malah sibuk dengan pikirannya sendiri. Ratu yang melihat hal tersebut, sedikit terganggu. Tapi, pikiran lain malah muncul. Dia keluarkan ponselnya, lalu mengambil foto secara diam-diam.
Foto itu ia kirim ke forum kantor. Tak lupa, dia tuliskan beberapa kata sebagai pelengkap. Forum itupun langsung heboh dibanjiri dengan komentar para karyawan yang sudah sejak lama mendukung Ratu bersama bos mereka untuk bersama.
*Makan malam amal. Doakan lancar ya semuanya.* Begitulah tulisan yang Ratu sertakan sebagai pelengkap foto yang dia ambil secara sembunyi-sembunyi di dalam perjalanan menuju ke tempat pesta.
*Wah. Mbak Ratu menghadiri makan malam amal bersama pak Yunan?*
*Wow. Mbak Ratu cantik banget dengan gaun indahnya. Cocok banget hadir di samping pak Yunan.*
*Mereka cocok banget dijadikan pasangan.*
*Ngomong apa kamu? Bukannya mereka memang pasangan?*
"Benarkah?*
*Tentu saja. Aku dengar nih ya. Ada rumor yang mengatakan bahwa mbak Ratu memang sudah dijodohkan dengan pak Yunan oleh keluarga mereka.*
*Wah. General manager kita gak lama lagi akan jadi nyonya bos. Uhu ... memang sangat cocok.*
Begitulah komentar para karyawan yang ada di forum tersebut terus berdatangan. Mereka benar-benar mendukung kedekatan Yunan dengan Ratu.
Ketika Zia melihat komentar-komentar tersebut. Hatinya tentu saja langsung terusik. Perih, kesal, sedih, juga marah. Semuanya menyatu menjadi satu. Zia ingin sekali muncul di depan Yunan lalu bilang. "Kamu kok tega banget sih? Kehidupan yang lalu, kamu mengejar aku dengan segala cara. Tapi kehidupan kali ini, aku sudah berusaha, tapi kamu malah mengabaikan aku. Kamu sungguh sangat jahat. Kamu buat aku terluka. Apa ini balas dendam dari kamu untuk aku?"
Tapi sayangnya, kata itu masih terlalu banyak pertimbangan yang membuat benak Zia memikir ulang lagi sebelum berucap. Ya. Karena ini adalah kehidupan kedua. Kehidupan yang sebagian besar orang tidak akan mempercayainya.