NovelToon NovelToon
Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Anime / Reinkarnasi
Popularitas:509
Nilai: 5
Nama Author: Lidelse

Reni adalah pemuda pekerja keras yang merantau ke kota, dia mengalami insiden pencopetan, saat dia mengejar pencopetan, dia tertabrak truk. Saat dia membuka mata ia melihat dua orang asing dan dia menyadari, dia Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lidelse, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Konsekuensi Jika GAGAL

Lyra menggunakan Temporal Leap mikro untuk kedua kalinya, nyaris tidak terlihat, membuat tubuhnya berputar 90 derajat untuk menghindari tebasan horizontal yang mematikan dari Murad.

"Kau cepat, tapi tidak cukup cepat, Lyra!"

seru Murad, wajahnya dipenuhi adrenalin.

Tepat saat Lyra menyelesaikan putarannya dan bersiap merapal Mana Angin untuk serangan balasan, Murad melakukan manuver yang tak terduga. Dia menggunakan momentum dari anak panah ilusi terakhirnya, mendorong dirinya dengan kecepatan tinggi, dan menerjang dari belakang Lyra yang baru saja menstabilkan dirinya. Pedang Ragnazors-nya mengincar sisi Lyra yang tidak terlindungi.

Ini adalah serangan yang didorong oleh insting seorang Pendekar Sejati, bukan oleh sihir.

Lyra tidak punya waktu untuk Temporal Leap penuh. Ia hanya punya waktu untuk satu gerakan defensif yang harus bersifat ofensif.

Dengan refleks yang diwarisi dari Dewa Pedang, Lyra menarik Pedang Naga Hitamnya dan mengayunkan tebasan balik yang sangat tajam dan presisi. Dia tidak mengincar Murad, melainkan sumber kekuatan Ragnazors itu.

SRUUCK!

Suara tajam dan memekakkan telinga terdengar saat pedang hitam ramping Lyra beradu dengan bukan pedang Murad, tetapi dengan pangkal sayap Mana bersinar di punggung Murad.

Pedang Naga Hitam, yang dibuat dari sisik naga yang bisa menahan Mana dan Distorsi Spasial, dengan mudah menembus proyeksi Mana Ragnazors itu.

Sekali tebas, sayap Mana yang bersinar itu pecah berkeping-keping menjadi debu emas yang menghilang di udara.

Dampak dari Mana-nya yang terpotong secara fatal membuat Murad terhuyung-huyung. Matanya yang berwarna pelangi seketika kembali normal, menjadi cokelat polos. Aura kekuatan Archmage-nya lenyap, dan ia terjatuh ke lutut, terengah-engah dan kelelahan, seluruh Mana-nya terkuras.

Lyra berdiri tegak, Pedang Naga Hitamnya beristirahat di bahunya. Dia tidak melukai Murad secara fisik, tetapi dia telah memotong sumber kekuatannya, mengakhiri kualifikasi.

Di tribun, Lyra bisa merasakan tatapan Archmage Altera yang kini tidak lagi hanya terkesan. Tatapan itu dipenuhi oleh kekaguman dan kecurigaan yang jelas.

Di koridor Akademi Elorick, jauh dari arena yang gaduh, putra Pendragon—yang Lyra targetkan sebagai calon Sword Vanguard—berdiri di depan jendela kaca tebal. Ia telah menyaksikan pertarungan Lyra. Wajahnya yang tegap, yang biasanya tenang dan militer, kini menunjukkan sedikit keterkejutan.

"Kecepatan itu..."

gumam pemuda Pendragon itu, matanya menyipit.

"Itu bukan hanya kelincahan. Itu adalah manipulasi spasial. langkah Kuantum. Luar biasa."

Di arena, setelah keheningan yang lama, komentator akhirnya berhasil mengumpulkan Mana Anginnya.

"Perhatian! Perhatian! Pertarungan antara Lyra Astrea dan Murad Balg sudah berakhir! Nona Lyra Astrea menang dengan mengakhiri efek Ragnazors! Kualifikasi Lyra Astrea akan dicatat! Sungguh penampilan yang luar biasa dari seorang Mage!"

"Dan sekarang, kualifikasi berikutnya: Moreius Ariel melawan Noah!"

Lyra, masih memegang Pedang Naga Hitamnya, segera berbalik dan berjalan cepat keluar dari arena, mengabaikan tatapan mata Archmage Altera yang penuh analisis. Dia tidak ingin ada pertanyaan tentang mengapa seorang Mage bisa mengalahkan Archmage dengan keterampilan pedang seperti itu.

Ia kembali ke tribun dan duduk di sebelah Gilga.

"Kau melanggar aturan,"

bisik Gilga, tetapi senyum bangga tersungging di bibirnya.

"Kau menunjukkan terlalu banyak."

"Aku harus mengakhiri pertarungan itu dengan cepat, atau aku akan dipaksa menggunakan Mana Ruang-Waktu penuh,"

balas Lyra.

"Sekarang, fokus pada Moreius Ariel—dia dari faksi Marquess yang kuat..."

Tepat saat Lyra mulai menganalisis, tiba-tiba Lyra merasakan rasa sakit yang tajam dan menusuk di jantungnya. Rasa sakit ini tidak bersifat fisik, tetapi emosional dan mental—rasa sakit yang sama seperti saat ia mengalami krisis identitas di kamar penginapan.

Lingkungan Lyra seketika terasa kabur. Ia segera menutup matanya, menenggelamkan dirinya ke dalam alam bawah sadarnya, mencoba menghadapi entitas kegelapan yang ia temui pagi itu.

Namun, di dalam mental Lyra, sosok misterius itu tidak ada. Sebagai gantinya, Lyra berada di dalam ruang kosong, dan di tengah kehampaan itu, ada sebuah pintu kayu tua yang melayang. Pintu itu tampak tidak pada tempatnya, tetapi menarik perhatian Lyra.

Lyra, yang dikuasai rasa sakit dan penasaran, berjalan ke arah pintu itu. Ini adalah bagian dari pikirannya sendiri, jadi dia tidak takut.

Lyra mengulurkan tangan dan membuka pintu itu.

Seketika, Lyra disambut oleh pemandangan yang paling mengerikan.

Ia melihat sebuah gudang yang suram, penuh dengan alat-alat tumpul dan debu. Dan di tengah gudang itu, tergantung terbalik dari langit-langit, adalah... Kepalanya sendiri. Lyra melihat kepalanya yang terputus, rambut pinknya tergantung ke bawah, mata hijau zamrudnya terbuka dan kosong. Di sekelilingnya, terdapat beberapa gulungan sihir—gulungan yang tampak seperti Gulungan Sihir Jiwa yang dicuri Valerius.

Lyra merasakan perutnya mual. Lyra hampir muntah, rasa sakit menjalar di seluruh tubuh mentalnya.

Tiba-tiba, pandangannya berganti.

Gudang itu menghilang. Lyra kini berada di lapangan terbuka yang luas. Ia melihat Racel dan Erin yang ditimbun di tanah hingga sebatas leher, menyisakan kepalanya saja. Mereka tampak ketakutan, tetapi mata mereka masih mempertahankan kesetiaan dan cinta pada Lyra. Di sekeliling mereka, ia melihat orang-orang—para Archmage dan Bangsawan—yang seperti sujud kepada Erin dan Racel, tetapi dengan ekspresi sinis dan ejekan.

Kekejian ini membuat Lyra bergetar. Dia berbalik, ingin lari.

Saat ia berbalik, pemandangan ketiga muncul: Kastil Astrea yang megah telah hancur berkeping-keping. Lyra melihat Merbrit dan Mia—para pelayan setia dan penjaganya—yang sedang dimutilasi oleh bayangan-bayangan gelap. Mereka berteriak, memanggil nama Lyra, tetapi Lyra tidak bisa menjangkau mereka.

Pemandangan itu terlalu berat, terlalu nyata, terlalu kejam.

Lyra berlutut di dalam mentalnya, rasa sakit di jantungnya tidak tertahankan. Visi ini adalah teror murni, perwujudan ketakutan terbesarnya.

Lyra menangis tak kuasa melihat semua ini. Dia menjerit tanpa suara, air mata mengalir di wajah mentalnya. Ini adalah harga dari ambisinya, harga dari kebohongan dan bahaya yang ia seret ke dalam hidupnya.

Lyra tersentak. Dia kembali ke tribun, jantungnya berdebar kencang, napasnya tersengal-sengal. Gilga segera menyangga tubuhnya.

"Lyra! Apa yang terjadi? Kau pingsan sejenak!" seru Gilga.

Lyra memeluk Gilga erat-erat, gemetar hebat. Visi itu terlalu jelas. Itu bukan ilusi. Itu adalah ramalan dari konsekuensi jika dia gagal.

"Valerius,"

bisik Lyra, suaranya dipenuhi ketakutan.

"Kita harus menemukannya, Gilga. Secepatnya."

1
Anonymous
ceritanya wahhh, sih. cuma kayaknya penulisan nya bisa lebih emosional lagi
Anonymous
gila plot twist nya
Moge
episode 4 udah mulai seru jir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!