NovelToon NovelToon
PENGANTIN PENGGANTI TERNYATA HACKER

PENGANTIN PENGGANTI TERNYATA HACKER

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Pengantin Pengganti / Pengantin Pengganti Konglomerat / Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:9.5k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Rubiana Adams, seorang perempuan jenius teknologi dan hacker anonim dengan nama samaran Cipher, terjebak dalam pernikahan palsu setelah dipaksa menggantikan saudari kembarnya, Vivian Adams, di altar.

Pernikahan itu dijodohkan dengan Elias Spencer, CEO muda perusahaan teknologi terbesar di kota, pria berusia 34 tahun yang dikenal dingin, cerdas, dan tak kenal ampun. Vivian menolak menikah karena mengira Elias adalah pria tua dan membosankan, lalu kabur di hari pernikahan. Demi menyelamatkan reputasi keluarga, Rubiana dipaksa menggantikannya tanpa sepengetahuan Elias.

Namun Elias berniat menikahi Vivian Adams untuk membalas luka masa lalu karena Vivian telah menghancurkan hidup adik Elias saat kuliah. Tapi siapa sangka, pengantin yang ia nikahi bukan Vivian melainkan saudari kembarnya.

Dalam kehidupan nyata, Elias memandang istrinya dengan kebencian.
Namun dalam dunia maya, ia mempercayai Cipher sepenuhnya.

Apa yang terjadi jika Elias mengetahui kebenaran dari Rubiana sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6. SI JENIUS TEKNOLOGI

Boston, Amerika Serikat.

Langit di luar gedung kaca setinggi empat puluh lantai itu berwarna abu kebiruan, dilapisi lapisan tipis kabut musim dingin yang masih enggan pergi. Dari balik jendela besar di lantai tiga puluh tujuh, Elias Spencer berdiri menatap pemandangan kota yang bergerak lambat di bawah sana, mobil-mobil seperti semut yang berderet di jalan, lampu lalu lintas berganti warna, dan kepulan asap putih dari atap-atap gedung yang menandakan suhu di luar masih menusuk tulang.

Tangannya menggenggam secangkir kopi hitam yang mulai kehilangan hangatnya, tapi pikirannya terlalu berat untuk memedulikan rasa pahit yang kian menua di lidah. Sejak pagi, ia duduk di kursi kerja kulit hitam yang menghadap layar-layar monitor besar yang memenuhi satu sisi dinding ruangannya. Grafik, laporan, kode, dan peta data dunia maya silih berganti. Namun matanya nyaris tak fokus pada satu pun dari itu.

Ada satu hal yang mengganjal di kepalanya: Chiper.

Hacker pribadi yang sudah tiga tahun bekerja untuk Elias, atau lebih tepatnya untuk perusahaan teknologi miliknya, Spencer Dynamics. Hacker itu tiba-tiba hilang begitu saja. Tidak dapat dihubungi. Tanpa pesan, tanpa jejak, tanpa satu pun tanda digital yang bisa ia lacak.

Padahal Chiper bukan hacker sembarangan. Orang itu adalah bayangan yang bekerja di balik layar, otak yang menutupi semua celah sistem, yang membuat proyek-proyek rahasia Spencer Dynamics tetap tersembunyi dari pesaing mana pun.

Elias sudah terbiasa dengan dunia ketidakpastian, ia membangun karier di atasnya. Tapi kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Sebuah kekosongan yang menimbulkan rasa curiga dan ancaman.

Ia menekan ujung jarinya ke meja, menatap layar utama yang menampilkan laporan internal sistem keamanan perusahaan. Tidak ada tanda pelanggaran. Tidak ada percobaan peretasan. Semuanya tampak normal, terlalu normal, sampai membuatnya semakin curiga.

Di sisi ruangan, pintu otomatis terbuka dengan bunyi beep lembut. Seorang pria masuk membawa tablet dan berkas, mengenakan setelan abu muda yang rapi.

"Pagi yang panjang, seperti biasa," suara itu terdengar ringan tapi hati-hati dari pria tinggi dengan tampilan rapi dan kacamata hitamnya.

Raven Holt, asisten pribadi sekaligus teman lama Elias, menatap Elias dengan tatapan mencampur antara kagum dan kekhawatiran. Ia sudah terbiasa melihat Elias seperti ini, diam, tajam, dan sibuk memikirkan sesuatu yang tak pernah sederhana.

Elias tidak menoleh. "Kau terlambat tiga menit."

Raven tersenyum masam. "Aku harus menenangkan tim IT yang panik karena kau mengunci sistem utama semalam tanpa peringatan. Mereka pikir perusahaan diserang."

"Lebih baik mereka panik daripada lengah," jawab Elias datar, akhirnya menurunkan cangkirnya ke meja. Nada suaranya seperti besi dingin.

Raven berjalan mendekat, meletakkan tablet di meja dan menyandarkan diri santai di sisi kursi Elias. "Kau masih belum mendapat kabar dari Chiper, ya?" tanyanya hati-hati, meski ia tahu jawabannya.

Elias hanya diam. Tangannya menggulir tampilan pada layar besar, sederetan pesan terenkripsi yang ia kirimkan dua minggu terakhir, semuanya tanpa balasan. Di layar terakhir, baris waktu berhenti pada tanggal 22 September, pukul 03:17 pagi.

Setelah itu: hening total.

"Tidak ada tanda aktivitas login, tidak ada sinyal dari server pribadi miliknya," gumam Elias. "Dia benar-benar menghilang seperti hantu. Bahkan aku tak bisa menemukan satu hash code pun yang tersisa."

Raven terdiam sejenak. Ia tahu betul: jika Elias sampai tak bisa melacak seseorang, maka orang itu pasti sangat berbahaya, atau sudah tidak hidup lagi.

"Apa menurutmu dia kabur?" tanya Raven akhirnya.

Elias mendengus, lirih tapi sinis. "Chiper tidak punya alasan untuk kabur. Aku memberinya lebih dari cukup uang untuk hidup sepuluh tahun tanpa menyentuh komputer lagi. Aku hanya takut sesuatu terjadi padanya di luar sana." Ia menatap layar dengan tatapan kosong.

Suasana ruangan kembali hening, hanya terdengar bunyi lembut dari sistem pendingin ruangan dan desau samar dari jalan raya jauh di bawah sana.

Raven menatap Elias dari samping, garis rahangnya menegang, matanya redup tapi menyala seperti bara yang disembunyikan. Ia tahu bosnya itu tidak mudah memercayai orang, dan kehilangan satu sosok seperti Chiper sama artinya kehilangan satu mata di dalam kegelapan.

"Apakah ini ada hubungannya dengan proyek Neural Sync?" tanya Raven.

Elias menoleh pelan. "Kau juga mendengarnya?"

"Rumor di luar mulai beredar," ujar Raven sambil menarik napas panjang. "Ada perusahaan baru di Silicon Valley, Valkyrion Tech. Mereka mengklaim sedang mengembangkan sistem sinkronisasi otak dengan mesin, dengan arsitektur yang hampir sama dengan rancanganmu."

"Hampir?" Elias menatapnya dengan senyum miring yang dingin. "Atau identik?"

Raven mengangkat bahu. "Belum bisa dipastikan. Tapi data mereka dirilis terlalu cepat untuk ukuran perusahaan baru. Terlalu cepat dan terlalu mirip."

Elias bersandar di kursinya, menautkan jari-jari di depan dada. Tatapannya tajam, penuh kalkulasi. "Jika benar mereka meniru Neural Sync, berarti ada kebocoran di dalam. Dan satu-satunya orang yang memegang akses penuh selain aku adalah-"

"Chiper," potong Raven pelan.

Elias mengangguk lambat, matanya kembali ke layar yang kini menampilkan foto satelit dari markas Valkyrion Tech. "Kau tahu betapa ironisnya? Aku menciptakan teknologi yang bisa membaca pikiran manusia, tapi aku bahkan tak bisa menebak motif seorang hacker yang kupelihara sendiri."

Nada getir itu membuat Raven terdiam. Ia tahu Elias bukan sekadar marah. Ia merasa dikhianati.

Setelah beberapa lama, Raven mencondongkan tubuh, mencoba memecah udara yang kian berat.

"Sudah kubilang, kau harus berhenti merekrut orang-orang yang tak kau kenal wajahnya," kata Raven.

Elias menoleh singkat, lalu tersenyum hambar. "Jika aku hanya merekrut orang yang kutahu wajahnya, aku tidak akan pernah menemukan jenius seperti Chiper."

Raven terkekeh pendek, lalu mendesah. "Kau tahu, terkadang aku tidak tahu siapa di dunia ini yang benar-benar bisa kau percaya."

Elias terdiam. Dalam sekejap, pandangannya berubah sedikit sayu, lalu kembali tajam. "Kepercayaan bukan hal yang kuminta, Raven. Aku hanya menuntut hasil."

Raven hanya mengangguk. Ia mengenal betul sisi itu dari Elias: logis, dingin, nyaris mekanis dalam berpikir. Tapi di balik semua itu, Raven tahu ... ada bagian dalam diri Elias yang pernah terluka, dan luka itu membuatnya berhenti mempercayai siapa pun.

Pukul sebelas siang.

Ruang kerja Elias mulai diterangi cahaya putih alami yang menembus kaca besar. Bayangan pohon di taman bawah gedung menari-nari di permukaan lantai marmer, sementara di luar sana, Boston terus bergerak seperti jam raksasa.

Raven berdiri di dekat meja, menatap daftar jadwal di tabletnya. "Rapat dengan tim riset dijadwalkan pukul dua belas, makan siang dengan investor pukul dua, dan-"

"Tunda semuanya," potong Elias tanpa menatap.

Raven mengangkat alis. "Tunda semuanya? Kau baru saja mengatur ulang jadwal pekan ini."

"Aku tidak bisa fokus sebelum menemukan celah ini," Elias berdiri, memutar kursinya sedikit dan berjalan menuju jendela. Tangannya menyentuh kaca dingin, dan matanya mengikuti alur jalan raya di bawah yang berliku seperti kabel panjang. "Setiap proyek yang bocor berarti tahun-tahun kerja keras sia-sia. Aku tidak akan biarkan itu terjadi," sambungnya.

Raven menarik napas. "Baik. Tapi Elias ...," suaranya menurun sedikit, berhati-hati. "Aku ingin bertanya sesuatu. Soal Rubiana."

Tubuh Elias menegang sejenak. Ia tidak langsung menjawab, hanya menatap keluar. Dari refleksi kaca, Raven bisa melihat mata Elias berubah, bukan marah, tapi seperti menyimpan sesuatu yang rumit.

"Dia baik-baik saja," jawab Elias akhirnya, datar. "Setidaknya sampai pagi tadi."

"Pagi tadi?" Raven memiringkan kepala. "Kau masih memantau dia?"

Elias menatap Raven, seolah bertanya balik: Apakah itu terdengar aneh bagimu?

"Dia memintaku izin untuk pulang ke rumah orang tuanya hari ini," ujar Elias pelan. "Kupikir menarik untuk melihat apakah yang dia katakan tentang 'paksaan pernikahan' itu benar atau tidak."

Raven menautkan alis. "Kau tidak mempercayainya?"

Elias tertawa kecil, getir. "Kau tahu siapa dia, Raven. Dia bukan perempuan yang seharusnya menikah denganku. Dan sampai aku tahu pasti alasannya, aku tidak akan percaya satu kata pun darinya. Karena bisa saj iru permainan keluarganya."

"Lalu kenapa kau biarkan dia pergi?" tanya Raven.

Elias menatap meja, lalu menarik satu laci kecil. Ia mengeluarkan sesuatu, sebuah botol parfum kecil berwarna kaca bening, dengan tutup berukir huruf "R".

"Karena aku sudah menyiapkan caraku sendiri untuk mengetahui kebenaran," kata Elias.

Raven memandang benda itu, matanya menyipit penasaran. "Apa itu?" tanya Raven.

"Hadiah kecil," jawab Elias datar, sambil memutar botol itu di antara jari-jarinya. "Di bawah lapisan tutupnya, ada mikrofon sensitif dengan chip pemancar suara. Sinyalnya langsung terhubung ke server pribadiku"

Raven mendecak pelan. "Kau memasang alat penyadap di parfum istrimu?"

Elias hanya menatapnya sekilas. "Kau menyebutnya penyadap, aku menyebutnya tindakan pengamanan."

"Dan dia tidak tahu?" konfirmasi Raven.

"Tentu saja tidak," jawab Elias.

Raven menghela napas, lalu bersandar di meja dengan ekspresi yang campur antara takjub dan cemas. "Elias, kadang aku lupa bahwa kau tidak sekadar jenius teknologi. Kau juga berbahaya."

Elias hanya tersenyum tipis. "Aku hanya tidak ingin dikhianati dua kali oleh keluarga yang sama."

Kata-kata itu membuat Raven menatapnya lama. Ia tidak perlu bertanya siapa yang dimaksud, Vivian. Saudari kembar Rubiana. Perempuan yang seharusnya menjadi istri Elias, tapi menghilang sehari sebelum pernikahan dan meninggalkan kekacauan besar yang kini menjerat semua pihak.

Raven menatap sahabatnya itu dengan perasaan aneh. Kadang ia berpikir Elias tidak lagi marah pada Rubiana, ia hanya tidak tahu bagaimana caranya berhenti marah.

"Dan apa rencanamu sekarang?" tanya Raven pelan.

Elias memutar kursinya kembali ke arah layar. "Menunggu."

"Menunggu?" Raven bingung.

"Menunggu apakah dia akan berbohong, atau apakah dia akan menunjukkan wajah aslinya," jawab Elias.

Raven mendesah panjang. "Kau tahu, aku mulai kasihan pada Rubiana. Gadis itu tidak tahu dengan siapa dia hidup."

Elias tidak menjawab. Tapi sudut matanya menajam. Entah mengapa, nama Rubiana yang diucapkan dengan nada lembut oleh Raven itu meninggalkan jejak aneh di dadanya, semacam sensasi asing, samar, yang tidak ingin ia akui.

Elias mencoba mengabaikannya, kembali fokus ke layar, tapi pikirannya justru melayang pada wajah gadis itu pagi tadi: tatapan matanya yang canggung, caranya menggenggam ujung gaun seolah takut mengotori lantai, dan suara lembutnya ketika meminta izin untuk pulang.

Dia terlalu berbeda dengan Vivian.

Terlalu lembut, terlalu rapuh, tapi entah kenapa, ada ketulusan yang sulit dipalsukan di sana.

Elias menggelengkan kepala cepat, menepis pikirannya sendiri. Ia tidak boleh terjebak.

"Kau ingin aku menelusuri kemungkinan keterlibatan Valkyrion Tech dalam menghilangnya Chiper?" tanya Raven, memecah lamunannya.

Elias menatap layar, lalu mengangguk. "Ya. Gunakan semua koneksi yang kita punya. Aku ingin tahu siapa pendiri mereka, siapa investor utama mereka, bahkan siapa yang membersihkan lantai di sana. Semuanya.”

"Baik," jawab Raven sambil mengetik cepat di tabletnya. "Akan kuurus siang ini."

Elias berjalan kembali ke meja, duduk, dan menatap kembali pada botol parfum di tangannya.

"Dan sementara itu," gumamnya, "kita dengarkan apa yang sedang dilakukan oleh sang pengantin pengganti."

Raven menatapnya, sedikit kaget. "Sekarang?"

Elias mengangguk, bibirnya membentuk garis tipis. "Sekarang."

Ia membuka aplikasi di laptop pribadinya, antarmuka hitam dengan simbol lingkaran biru berdenyut. Di tengah layar, muncul nama file: R-Rose_Bottle_Active.

Dengan satu klik, ruangan itu pun diselimuti oleh hening baru, hanya digantikan oleh suara samar yang mulai mengalir dari speaker:

detik jam, langkah kaki, dan suara lembut Rubiana yang berbicara pelan pada seseorang.

Elias mencondongkan tubuh, mendengarkan dengan cermat, sementara Raven berdiri di belakangnya. Suara itu terdengar jernih. Terlalu jernih.

Dan pada saat itulah, sesuatu yang tak mereka duga akan terjadi.

Jerit kesakitan Rubiana yang memohon ampun pada ayahnya.

1
Jelita S
akhirnya ketahuan jga,,,tpi GK PP lh
Deyuni12
hahaha
antara kasian n seneng liat ekspresi Rubi.
kasian karena d bohongin kondisi Elias,seneng karena akhirnya Elias tau siapa Rubi sebenarnya.
😄
Mineaa
wuaaaahhh.... Ruby......hayo lho ketauan....
hemmmm....kira kira Ruby mo di kasih
" HADIAH ' apa ya sama Elias....😁🔥
Archiemorarty: Hadiah nggak tuh /Facepalm/
total 1 replies
Miss Typo
sudah ku dugong, Ruby hanya di bohongin karna mau membongkar, kalau dia dah ketahuan seorang Chiper, dari bolak balik Revan dan Elies tlpn ke dua kontak Ruby, sebagai Ruby dan Chiper 😁.
tapi tak kirain tadi Elies pura² terluka ternyata enggak 😁
Miss Typo: eh setelah aku buka ig, ternyata udah follow 😁
total 5 replies
Ma Em
Akhirnya Elias dan Raven tau bahwa Ruby adalah Chiper yg selalu membantu Elias .
Pawon Ana
aku jadi ingat novel pertamamu Thor (Lily dan Rion) tapi yang paling menguras emosi tentang novel Rosetta ( chapter2 akhir tentang pembalasan Rion) 😍
Pawon Ana: iya aku bacanya juga lebih banyak nangisnya, tapi keren banget novelnya
dulu aku bacanya di apk noveltoon💪
total 2 replies
Miss Typo
akhirnya Elias tau kalau Ruby tuh Chiper orang yg selama ini membantunya
PengGeng EN SifHa
PECAH GENTONG juga akhirnya...ELIAS mengetahui siapa CHIPER...POINT PENTING yang q tunggu dr awal cerita.
Archiemorarty: Ehmm...gimana ya /Chuckle/
total 3 replies
Pawon Ana
wes selanjutnya kutunggu 😍💪
Archiemorarty: Update selanjutnya udah ready di jam 6 nanti ya kak 🥰
total 1 replies
Pawon Ana
narasi terakhir,apa mungkin Elias sudah curiga tentang Rubiana si chiper
Archiemorarty: Nah...bisa jadi itu /Slight/
total 1 replies
Deyuni12
huaaa
Elias tau Rubi adalah chiper,,hm
apa yg akan Rubi katakan setelah ini semua
Miss Typo
gmn ekspresi Elias dgn Raven dan apa yg akan mereka lakukan setelah tau Chiper itu ternyata Ruby
Miss Typo: waaah jadi penasaran 😁
total 4 replies
Deyuni12
haaa
Rubiiii tolong jujurlah sama Elias,apa susahnya sh.
biar xan jadi punya planning lebih untuk menghadapi si adams family itu,,hadeeeh
syusah banget sh Rubi 🥺
Jelita S
dasar si adonan anak sendiri mau dihancurkan
Archiemorarty: Adonan itu siapa lagi? Edward? bisanya jadi adonan /Facepalm/
total 1 replies
Ir
kediaman Spencer kak Archie sayang dan Elias Spencer, move on dulu dari bapak Rion, dirimu mau di jadiin manusia geprek sama Rosetta
Archiemorarty: astaghfirullah ya Allah maapkan othor gagal move on ini dari bapak Rion, mana kalau ngetik pas ngantuk /Sob/
total 1 replies
Ir
seorang anak ga boleh durhaka sama orang tua, kaga bisa!! apalagi modelan ortu nya kaya Edward ini, rasanya pengen aku maki² bila perlu aku seret aku tenggelamkan ke laut Selatan biar di caplok sama nyi blorong sekalian
Archiemorarty: Bener, sampai iblis aja sungkem sama kelakuan manusia sekarang ini/Smug/
total 3 replies
Miss Typo
semoga Ruby,Elias,Raven gak akan ada yg terluka.
makin penasaran dgn lanjutannya
Archiemorarty: Sabar yah menunggu update othor /Slight/
total 1 replies
Ariany Sudjana
ruby, Ayo kamu jujur sama Elias dan raven, siapa kamu sebenarnya, sehingga kalian bisa kerja dalam satu tim. kasihan Elias dan raven tidak bisa fokus, karena harus menjaga kamu juga
Deyuni12
tolong jaga Rubi y Elias,jangan biarkan dia terluka untuk yg k sekian xnya
Deyuni12: waaah
terima kasih y bapak Elias gak pake Pical tapi y 🤭🤭🤭🤣
total 2 replies
Miss Typo
makin menegangkan tapi makin seru dan makin penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!