IG : embunpagi544
Kematian istri yang paling ia cintai beberapa saat setelah melahirkan kedua buah hatinya, membuat hati seorang laki-laki bernama Bara seolah membeku, dan dunianya menjadi gelap. Cintanya ikut ia kubur bersama mending sang istri. Alasan kenapa Bara masih mau bernapas sampai detik ini adalah karena kedua buah hatinya, si kembar Nathan dan Nala. Bara tak pernah sedikitpun berniat untuk menggantikan posisi almarhumah istrinya, namun demi sang buah hati Bara terpaksa menikah lagi dengan perempuan pilihan sang anak.
SYAFIRA seorang gadis berusia 20 tahun yang menjadi pilihan kedua buah hatinya tersebut. Syafira yang sedang membutuhkan uang untuk pengobatan adik satu-satunya dan juga untuk mempertahankan rumah dan toko kue kecil peninggalan mendiang ayahnya dari seorang rentenir, bersedia menikah dengan BARATA KEN OSMARO, seorang duda beranak dua. Mungkinkah hati seorang Bara yang sudah terlanjur membeku, akan mencair dengan hadirnya Syafira? Akankah cinta yang sudah lama ia kubur bersama mendiang sang istri muncul kembali?
"Aku menikahimu untuk menjadi ibu dari anak-anakku, bukan untuk menjadi istriku..." Bara.
"Lebih baik aku menikah dengan om duda itu dari pada harus menjadi istri keempat rentenir bangkotan dan bulat itu..." Syafira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 (Bukan tanpa syarat)
Syafira dan tuan Aji menoleh ke arah sumber suara.
Syafira terkejut melihat siapa yang datang. Ia tak percaya dengan apa yang di lihatnya. Bara berjalan mendekat ke arah Syafira dan tuan Aji.
"Siapa kamu? Dan apa urusan kamu? Hutang ayahnya tidak sedikit, kalau tak sanggup bayar mending diam dan pulang. Jangan sok jadi pahlawan kesiangan!" ucap tuan Aji dengan lantang dan arrogan.
"Jaga ucapan Anda dengan bos kami," ucap om Jhon tak terima Bara di bentak.
Anak buah tuan Aji juga tidak terima, mereka maju dan siap untuk melawan. Namun, para bodyguard Bara langsung memasang badan bersiap untuk melindungi Bara dan melawan anak buah tuan Aji. Melihat jumlah bodyguard Bara yang lebih banyak, anak buah tuan Aji langsung menciut nyalinya.
Bodyguard Bara juga mundur setelah Bara mengangkat satu tangannya, mengisyaratkan mereka untuk mundur.
Bara mengulurkan tangannya kepada om Jhon dan om Jhon menyerahkan cek berisi uang sebanyak 300 juta Rupiah.
"Ini, saya rasa cukup untuk melunasi hutang beserta bunganya. Jika masih kurang tinggal sebutkan berapa kurangnya," ucap Bara memberikan cek tersebut kepada tuan Aji dengan melemparnya ke meja depan tuan Aji duduk.
Tuan Aji mengambil cek tersebut dan tersenyum.
"Ya, ini lebih dari cukup. Gini dong, kalau dari duku begini kan jadi gampang urusannya. Saya tidak menyangka kamu mempunyai pelindung orang kaya. Atau kamu jadi simpanannya Fira?" tersenyum meledek ke arah Syafira.
"Tutup mulutmu dan pergi sekarang!" bentak Bara yang tidak suka mendengar ucapan tuan Aji.
"Ck dasar! Syafira Syafira, dari pada menjadi simpanan pemuda kaya ini, mending menjadi istri saya, yang jelas statusnya," ucap tuan Aji tanpa mengindahkan gertakan Bara.
"Jaga bicara Anda tuan, jangan asal menuduh," sahut Syafira kesal.
"Tuan, sebaiknya Anda pergi sekarang jika masih menyayangi nyawa Anda," ucap Om Jhon tegas.
Tuan Aji hanya melirik om Jhon dan berdecak sinis. Kemudian, ia bangkit dari duduknya dan mengajak anak buahnya pergi dari sana.
🌼🌼🌼
"Terima kasih om sudah membantu saya," ucap Syafira kepada Bara yang kini duduk didepannya.
"Kamu tahu kan di dunia ini tidak ada yang gratis?" ujar Bara.
"Ya saya tahu om, saya akan bekerja keras untuk membayar uang yang sudah om keluarkan tadi," jawab Syafira.
"Sampai kapan?"
Syafira diam, ia tak bisa menjawab pertanyaan Bara.
"Saya tidak akan mempersoalkan uang yang tadi, bahkan saya akan membayar seluruh biaya rumah sakit adik kamu sampai sembuh dengan syarat," ucap Bara.
"Apa syaratnya?" tanya Syafira. Ia tahu, tidak mungkin laki-laki di depannya ini akan memberikan uangnya secara cuma-cuma untuk dia yang bukan siapa-siapanya. Ia sedikit terkejut karena Bara tahu jika adiknya sedang dirawat di rumah sakit, diam-diam laki-laki tersebut telah menyelidiki kehidupan pribadinya rupanya, pikir Syafira. Namun, itu bukan poin utamanya sekarang.
"Menikahlah dengan saya," ucap Bara serius.
Netra Syafira membulat sempurna, ia tak percaya dengan syarat yang di ajukan oleh duda beranak dua tersebut.
"Om bercanda? Saya masih muda om, belum memikirkan soal menikah," ucap Syafira.
"Apa saya kelihatan sedang bercanda?" tanya Bara.
"Tidak sih, saya juga tidak tahu ekspresi om seperti apa jika bercanda," jawab Syafira.
"Kamu jangan GR dulu, saya akan menikahi kamu bukan karena saya tertarik dengan kamu lalu ingin menjadikan kamu sebagai istri, tapi untuk menjadi ibu dari anak-anak saya," ucap Bara.
"Kalau begitu, kenapa tidak jadikan saya babby sitter mereka saja om? Saya akan merawat dan menjaga mereka seperti anak saya sendiri, saya janji," nego Syafira.
Bara mengernyit, bagaimana bisa gadis di depannya ini lebih memilih menadi pembantu dari pada istrinya, yang jelas-jelas kedudukannya jauh lebih tinggi.
"Gadis bodoh," gumam Bara.
"Saya dengar om,"
"Tidak ada penawaran lain, jika kamu terima syarat dari saya, dua minggu lagi kita menikah. Jika menolak, dalam waktu seminggu kamu harus mengganti uang saya, jika tidak saya akan melaporkan ke polisi," ucap Bara pura-pura mengancam. Setelah ia memikirkan matang-matang setelah kejadian si kembar menghilang waktu itu, Bara mantab untuk menjadikan Syafira sebagai ibu mereka, dan juga untuk menghentikan omelan bu Lidya soal menikah lagi yang membuat Bara jengah.
"Astaga, lelucon macam apa ini. Baru saja terlepas dari rentenir tua itu, dan sekarang harus terjebak dengan om duda dingin ini? keluar kandan buaya, masuk kandang macan ini mah," gumam Syafira.
Om Jhon yang mendengar gumaman Syafira hampir tak bisa menahan tawanya. Bukannya ia tak kasihan dengan Syafira, ia tahu kehidupan Syafira secara detail karena ia telah menyelidikinya. Tapi, om Jhon yakin jika gadis baik dan periang di depannya ini akan bahagia dan terjamin kehidupannya jika menikah dengan tuannya. Dan hanya Syafira yang cocok untuk menjadi istri dan ibu dari si kembar. Semua hanya masalah waktu, menurutnya.
"Baiklah jika masih menolak, tunggu saja polisi datang, dan pikirkan nasib adik kamu yang masih terbaring di rumah sakit," ucap Bara sambil beranjak dari duduknya. Ketika Bara hampir masuk ke dalam mobilnya, Syafira menyusulnya.
"Tunggu om, saya setuju," seru Syafira.
Bara tersenyum, tidak ada yang bisa menolak apa yang menjadi keinginannya. Lalu ia menoleh.
"Baiklah, dua minggu lagi kita menikah," ucap Bara dan langsung masuk ke dalam mobil.
Om Jhon melihat ke arah Syafira,
" Tuan dan nona muda kecil pasti akan sangat senang mendengarnya. Nyonya besar akan menyiapkan semuanya nona, Nona tinggal terima beres," ucap om Jhon, ia tersenyum dan menunduk memberi hormat sebelum akhirnya ia ikut masuk ke dalam mobil.
Syafira membuang napasnya seraya melihat mobil Bara melaju.
" Mungkin ini jalan yang Allah berikan, lebih baik aku menikah dengan om duda yang statusnya jelas dan keluarganya menerimaku, daripada menjadi istri keempat rentenir tua itu," Ucap Syafira dalam hati.
🌼🌼🌼
Begitu sampai di rumah, Bara sudah di sambut heboh oleh hu Lidya dan kedua Anaknya. Mereka sangat senang sekali akhirnya Bara mau menikah dan perempuan yang akan Bara nikahi adalah kandidat terkuat yang mereka pilih.
Bara menoleh dan menatap tajam ke arah om Jhon, meminta jawaban atas tatapan matanya.
"Maaf tuan, saya tidak sabar menyampaikan berita bahagia ini kepada tuan dan nona muda kecil. Tapi, kalau urusan nyonya besar saya tidak tahu kenapa Beliau bisa secepat ini datang kemari," ucap om Jhon.
"Hehehe kalian jangan lupa, mata dan telinga mama ada di mana-mana," ucap bu Lidya terkekeh.
"Mama akan menyiapkan semuanya dengan baik, kamu jangan khawatir. Semua pasti beres, mau adat apa kalian menikah? Sunda, jawa, atau internasional? Tinggal pilih!" lanjut bu Lidya terlalu senang karena akhirnya kedua cucunya akan mendapatkan seorang ibu, dan terlebih lagi sosok ibu yang tepat yang akan mereka dapatkan.
"Terserah mama! Bara capek, mau istirahat," sahut Bara sambil melepaskan dasinya. Pikirannya saat ini tidak karuan. Entahlah, bagaimana ia harus menyikapi keputusannya untuk menikah lagi.
"Ya, istirahatlah. Calon pengantin harus banyak istirahat!" seru bu Lidya. Sementara si kembar mendekati om Jhon dan memintanya untuk bercerita secara detail dan tidak mempedulikan kehebohan ma mereka.
🌼🌼🌼
💠Selamat membaca...jangan lupa like, komen dan votenya, terima kasih 🙏🙏
Salam hangat author 🤗❤️❤️💠
gak salah memang bara, kamu tuh gak perlu melupakan almarhumah istrimu karena bagaimana pun kisah kalian itu nyata. dia orang yang kau cintai.
tapi kan sekarang kau dah menikah, maka cobalah buka perasaan mu buat istri mu.
jangan lupakan almarhumah istrimu, namun jangan juga terus membayangi pernikahan mu yang baru dengan almarhumah istri mu
cukup dihati dan di ingatan aja.
gak mudah memang tapi bagaimana pun, istri mu yang sekarang berhak untuk dapat cintamu.
saya relate sih, mungkin bukan dalam hubungan suami istri lebih tepatnya ke ibu.
Ibu saya meninggal 2 tahun lalu dan ayah saya menikah lagi.
saya awalnya gak senang dengan dia, tapi ibu sambung saya itu baik.
dulu awal, saya selalu bilang Mak lah, Mak lah ( maksudnya ibu kandung saya)
tapi perlahan saya tidak ungkit2 Mak kandung saya di depan ibu tiri saya untuk menjaga perasaannya.
cukup saya ingat dalam hati saya aja.