NovelToon NovelToon
Time Travel Raja Perang Memburu Istrinya

Time Travel Raja Perang Memburu Istrinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Balas dendam pengganti
Popularitas:52.6k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Novi adalah seorang wanita seorang agen mata-mata profesional sekaligus dokter jenius yang sangat ahli pengobatan dan sangat ahli membuat racun.

Meninggal ketika sedang melakukan aktivitas olahraga sambil membaca novel online setelah melakukan misi nya tadi malam. Sayangnya ia malah mati ketika sedang berolahraga.

Tak lama ia terbangun, menjadi seorang wanita bangsawan anak dari jendral di kekaisaran Dongxin, yang dipaksa menikah oleh keluarga nya kepada raja perang Liang Si Wei. Liang sangat membenci keluarga Sun karena merasa mencari dukungan dengan gelar nya sebagai salah satu pangeran sekaligus raja perang yang disayang kaisar.

Tepat setelah menikah, Novi melakukan malam pertama, ia menuliskan surat cerai dan lari. Sayangnya Liang, selalu memburu nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tolong

Sang ibu menatap anak nya yang terbaring lemah, napasnya tersengal pelan. Tubuh mungil itu terus menggigil, dan warna merah kebiruan mulai tampak di bawah kulitnya.

Air mata sang ibu mengalir, suaranya gemetar. "Kalau aku hanya duduk diam, anakku mungkin tak akan selamat."

Ibu tua itu menatap Sun Yu Yuan, dalam hati ia berkata, "Penjelasan wanita ini begitu jelas. Bahkan menyebutkan gejala yang belum aku katakan. Tatapan nya juga tidak goyah sedikit pun, Aku yakin, dia bukan orang sembarangan."

"Tidak! Kami tak mau kau mencelakai warga kami!" pria lain mengangkat tangannya hendak mengusirnya.

Namun si ibu tua tadi menahan lengan pria itu. "Biarkan dia mencoba. Aku tak tahan lihat anakku mengerang terus. Bahkan air putih pun tak bisa masuk ke tenggorokannya. Lihatlah anakku, wajahnya mulai berubah. Tolonglah anakku, Nona!"

"Tapi.. Bagaimana jika anakmu mati setelah meminum obatnya?" tanya seorang ibu lainnya.

"Aku percaya pada Nona ini, silahkan Nona!" ucap Ibu Tua itu mempersilahkan Sun Yu Yuan.

Sun Yu Yuan mengangguk lembut. Ia berlutut, perlahan membuka botol kecil dan menuangkan beberapa tetes ramuan ke dalam mangkok yang telah di isi oleh air minum yang dibawa Sun Yu Yuan. Ia menunduk lalu berbisik di telinga gadis itu, "Minumlah, aku akan menyembuhkan mu, dan kau bisa kembali bermain!"

Ia membantu gadis kecil itu meminum perlahan. Anak itu tampak menggeliat, namun akhirnya menelan ramuan itu.

Beberapa warga menahan napas. Beberapa menit berlalu, anak itu mulai bernapas lebih stabil. Wajahnya yang semula merah menyala mulai memudar warnanya. Tubuhnya tak lagi menggigil parah, dan nafasnya mulai tenang.

"Suhu tubuhnya turun," gumam si ibu sambil meraba dahi anaknya. "Benar-benar turun!"

Warga lain mulai mendekat. Beberapa saling berbisik, dan tak lama warga yang semula ragu mulai maju satu per satu meminta ramuan yang sama.

"Tolong lihat anakku, Nona!"

"Aku juga! Aku juga mau mencoba ramuanmu!"

Namun pria kasar tadi tetap menatap tajam. "Aku tak percaya padamu. Ini mungkin kebetulan. Atau tipu muslihat. Jangan dekati keluargaku!"

Sun Yu Yuan berdiri dan menatap lurus ke arah pria itu. "Aku tak memaksa. Tapi jika gejala keluargamu memburuk, ingat wajahku."

Lalu ia duduk di tikar kering dan meminta pada warga yang lain untuk membantunya menyiapkan kayu bakar, panci besar, air untuk di panaskan, sementara dirinya mulai menyiapkan ramuan baru dengan daun kering, akar, dan cairan dari botol kecil yang ia bawa. Tangannya lincah dan cekatan, membuat beberapa warga terkagum-kagum.

"Bukankah ia terlihat sangat ahli?" bisik seorang pria muda. "Lihat gerakan tangannya. Seperti tabib kerajaan yang pernah lewat dulu."

"Apakah itu daun pahit liar?" tanya seorang nenek pelan.

Sun Yu Yuan tersenyum tipis. "Daun itu untuk mengusir panas dalam tubuh. Tapi dosis dan campurannya yang penting."

Sun Yu Yuan tak berhenti bekerja dibantu oleh beberapa warga yang masih sehat Ia memeriksa, memberi ramuan, memberikan beberapa catatan untuk keluarga nya.

Hari mulai senja. Sekitar beberapa orang sudah meminum ramuannya. Banyak di antara mereka menunjukkan perbaikan, sementara sedikit yang tadi menggigil, sekarang tak separah sebelumnya.

Beberapa warga yang tadi menolak mulai gelisah. Beberapa bahkan menunjukkan gejala lebih parah. Ada yang mulai muntah, ada yang kesadarannya menurun.

Salah satunya, seorang ibu yang anak lelakinya sempat kejang, datang menghampiri. "Tabib... jika kau memang tabib... tolong anakku. Aku tak mau kehilangan anakku dan menyesal."

Sun Yu Yuan mengangguk. Ia tak menyindir, tak mencibir. Ia datang kearah anak ibu itu, memeriksanya dan kembali mengambil ramuan di panci, dan memberikannya pada anak itu. Setelah sepuluh menit, anak itu berhenti menggigil.

"Aku rasa... demamnya mulai turun," gumam si ibu sambil berlinang air mata.

"Terima kasih, Nona!"

Sun Yu Yuan mengangguk dan tersenyum dibalik cadarnya.

Pria kasar tadi kini mematung. Matanya menatap warga satu per satu, lalu istrinya yang juga mulai menunjukkan gejala bintik merah.

Ia menelan ludah dan melangkah pelan ke arah Sun Yu Yuan. "Maafkan aku, aku salah sangka. Tolong aku, tolong keluargaku. Dapatkah kau menyelamatkan istriku?"

Sun Yu Yuan menatapnya datar, lalu mengangguk. "Aku bukan dewi belas kasih. Tapi aku bukan pembunuh juga. Ramuanku tak melihat siapa yang mencaci atau memuji. Siapkan air bersih dan kain. Aku akan membantumu. Tapi kali ini kau harus berjanji, jangan menyebar ketakutan sebelum kau paham apa yang terjadi."

Pria itu menunduk malu. "Aku berjanji. Maafkan aku, Nona!"

Sun Yu Yuan mengangguk, lalu mendekat kearah istrinya, Setelah memeriksa dan emmeberikan arahan, Sun Yu Yuan memberikan ramuan itu.

Hari itu, hingga matahari hampir tenggelam, Sun Yu Yuan bekerja tanpa henti. Memeriksa para warga yang berdatangan.

Seorang anak kecil menarik lengan jubahnya sambil tersenyum malu-malu. "Bibi cantik, kamu penyelamat kami."

Sun Yu Yuan tersenyum tipis di balik cadarnya. "Bibi hanya orang biasa. Tapi bibi benci melihat orang menderita."

"Terima kasih, Bibi!" ucap anak itu sambil membungkuk sopan.

Sun Yu Yuan tersenyum senang.

Malam perlahan turun, menggantikan cahaya keemasan senja dengan kelam yang menenangkan. Desa kecil itu yang tadInya sunyi, kini mulai hidup. Api unggun di tengah lapangan menyala hangat, memantulkan cahaya merah ke wajah-wajah lelah para penduduk yang duduk melingkar.

Terdengar suara tawa kecil, sesekali diiringi alunan petikan alat musik bambu sederhana. Udara malam yang sejuk membawa aroma kayu terbakar dan sup hangat yang dibuat warga desa di tempat itu.

Di bawah pohon besar, Sun Yu Yuan memejamkan matanya setelah bekerja tanpa henti memeriksa dan merawat warga yang sakit. Tak satu pun keluhan terucap dari bibirnya sepanjang hari, hanya senyum lembut dan tangan yang cekatan.

“Penatua, itu Nona Tabib, dia tertidur,” bisik salah seorang warga.

Penatua desa yang berjanggut putih mengangguk pelan. “Dia terlalu mulia untuk tidur di bawah pohon. Mari kita bangunkan dan antarkan ke rumah kosong di ujung utara. Masih layak huni dan bersih.”

Beberapa warga menghampiri dengan hati-hati. Seorang wanita paruh baya menyentuh lengan Sun Yu Yuan dengan lembut.

“Nona, bangunlah sebentar.”

Mata Sun Yu Yuan perlahan terbuka. Ia mengerjap, tampak sedikit bingung sebelum duduk dan membungkuk sopan.

“Maaf, saya tertidur tanpa izin.”

“Tidak apa-apa, Nona,” kata Penatua sambil tersenyum. “Kami tidak bisa membiarkan Anda tidur di sini. Anda telah menolong banyak orang hari ini. Sebagai ucapan terima kasih, izinkan kami memberikan satu rumah kosong untuk Anda tinggali selama berada di desa ini.”

Sun Yu Yuan terlihat ragu. “Apakah kalian yakin? Bukankah sangat merepotkan?”

“Tidak ada yang direpotkan jika dibandingkan dengan nyawa-nyawa yang Anda selamatkan hari ini,” sambung seorang lelaki tua.

Akhirnya, ia mengangguk pelan. “Baiklah, terima kasih atas kemurahan hati kalian.”

Dengan obor di tangan, beberapa warga berjalan mengiringi Sun Yu Yuan menuju rumah di ujung desa. Rumah itu besar namun sederhana, berdinding kayu kokoh. Pintu rumah dibuka perlahan, memperlihatkan ruangan bersih dan kasur yang sudah dirapikan.

Penatua tersenyum, lalu menepuk pundaknya lembut. “Tidurlah dengan tenang malam ini. Besok, desa ini mungkin kembali membutuhkan cahaya dari tanganmu.”

Sun Yu Yuan melangkah masuk dengan hati-hati. Ia membalikkan badan dan membungkuk dalam-dalam. “Terima Kasih!”

1
@haerani-d
ya ampun daku kira ada apa thor, ternyata ayam lepas pertanda perwakilan dari pasukan quartet yang ngisengin sang ayah karena keegoisannya g ketulungan padahal dah cinta /CoolGuy/
Sribundanya Gifran
lanjit up lagi thor
syee..16
semangat thor
Maria Lina
outhor ni ud nmls up ya thor kadang kadang 2 kn kurang 😩😩
Viona Syafazea
aa otor yg satu ini ceritanya bikin aku candu terus... please dahhh crazy up thor.. /Sob//Sob/
Viona Syafazea
terjatuh dr kudanya sudah tinggal di injak sapinya belum.. 🤪🤪
Viona Syafazea
emangnya ikan pake alat pancing.. hadeuuhhh ada ada aja mahluk satu ini.. /Facepalm//Facepalm/
Warni
Astaga,bener2 jatuh dari kuda🤪
Viona Syafazea
/Joyful//Joyful//Curse//Curse/
Viona Syafazea
weeeehhhh bener-bener bibit unggul ya langsung jd empat sekaligus.. /Facepalm/
Viona Syafazea
aduhhhh macam mana otak si pm ni... /Facepalm//Facepalm/
月亮星星 ( yueliang xingxing )🌟🌙
😂😂😂😂😂😂😂😂😂
Viona Syafazea
kasiann seorang jendral perang yang gagah harus ngalamin kehamilan simpatik.. /Facepalm/
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut
🍒⃞⃟🦅EsTehPanas SENJA
isterimu lah! saat melahirkan ke empat anakmu 😶😑
🍒⃞⃟🦅EsTehPanas SENJA
wwwih 3 laki2 dan 1 perempuan! mantabs 👍🏻👍🏻👍🏻
Lala Kusumah
wow kereeeeeennn quartet 😍😍😍❤️❤️❤️🥰🥰🥰
Murni Dewita
💪💪💪💪
🍒⃞⃟🦅EsTehPanas SENJA
hah?!? buset kembar 4 😳🤭
🍒⃞⃟🦅EsTehPanas SENJA
hebat! dalam hitungan bulan lho ini 👍🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!