NovelToon NovelToon
Last Chance

Last Chance

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Teen Angst / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: CutyprincesSs

Daniel Ferondika Abraham adalah cucu pertama pemilik sekolah menengah atas, Garuda High School.
Wajahnya yang tampan membuatnya menjadi idaman siswi sekolahnya bahkan di luar Garuda juga. Namun tidak ada satupun yang berani mengungkapkan rasa sukanya karena sikap tempramen yang di miliki laki-laki itu.
Hal itu tak menyurutkan niat Dara Aprilia, gadis yang berada di bawah satu tingkat Daniel itu sudah terang-terangan mengungkapkan rasa sukanya, namun selalu di tolak.
Mampukah Dara meluluhkan hati Daniel? dan apa sebenarnya penyebab Daniel menjadi laki-laki seperti itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CutyprincesSs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18

Selamat sore...

DANIEL

(rumah Sam)

"Lo bego banget sih Dan??

Mau-maunya di pukuli sama abangnya Dara???" Revan melihat gue yang lagi ngompres memar di pelipis.

"gak usah banyak bacot!"

"Bang Davin serem juga ya kalau marah-marah" imbuh Zahra sambil berpangku tangan.

"Bang Davin???" gue mengulang nama yang di sebut Zahra barusan.

"Iya, bang Davin itu abangnya Dara.

Dia itu sayang banget sama dia, orang pertama yang gak tega liat adeknya sakit hati sama kaya yang lo lakuin ke Dara," Zahra menegakkan badannya. "Tapi gue heran kenapa kak Davin bisa tahu masalah lo sama Dara ya?? Terus kapan si udang songong itu nglabrak Dara? Kok gue gak tau??"

"Kemarin siang, waktu dia keluar perpus.

Gue juga gak tau kenapa tuh cewek segitu bencinya sama Dara." gue menjawab sambil melanjutkan mengompres lebam.

"Ya gara-gara Dara itu selalu perhatiin lo Daniel. Nih kulkas masih gak ngerti ngerti juga ya?? Heran gue!!"Jawab Samudra garuk-garuk kepala, dia ketularan cewenya nyebut gue kulkas.

Aldrian yang duduk di samping samudra memajukan badannya, "Tapi kok lo tahu Ebie ngelabrak Dara???"

"Gua denger percakapan Ebie sama temen-temennya waktu di kantin. Sebenernya gua mau ngasih tahu kalau Ebie mau labrak dia, tapi gua gak tau Dara ada dimana.

Pas udah keliling sekolah buat nyari, gua inget kalau dia suka baca buku di perpus, gua lari kesana. Sampai depan perpus ternyata Dara udah kena tampar sama Ebie.

Temen Ebie ngasih air mineral buat nyiram muka Dara, tapi udah keduluan sama gua,

Alhasil gua yang kena airnya."

"Gila ya tuh cewek! Gue juga goblok banget sih kenapa juga kemaren jalan sama lo?

Gue sama sekali nggak kepikiran kalau Ebie bakal nekat." Zahra frustasi, menarik rambutnya sendiri.

"Lah,kita kan yang janjian kemaren sayang,

Kok malah uring-uringan sih???" Samudra menenangkan Zahra dengan sedikit bucin.

"Alay." gue memutar malas kedua mata dan membereskan kotak p3k milik Sam, lalu Zahra menatap gue tajam. "Heh Daniel, gue gak mau tau ya, jauhin udang itu dari sahabat gue,

Titik..!!!"

"Gampang. Yaudah gua pergi dulu,

Ada urusan!" gua mengangguk dan buru-buru karna gua mau meminta maaf atas semua kesalahan dan juga kesalahan Ebie ke keluarga Dara, terutama Dara dan bang Davin.

"Aduh,kok semakin kesini hubungan mereka semakin buruk ya ???"tanya Zahra melihat punggung gue yang melangkah menuju mobil

"Biarin aja dulu.

Kita doain aja yang terbaik buat hubungan mereka." jawab Al meminum teh botolnya.

"Kapan ya si Daniel itu matanya melek??

Oneng banget dia masalah cewek." Sam ikut heran dan berdiri untuk memasukkan kotak p3k nya di laci.

"Namanya juga gak pernah pacaran Sam.

Gue aja yang selalu di sakitin sama cewek nggak gitu amat." Revan menyandarkan badannya ke sofa.

"Beda kondisi koplak!" Al menyaut sambil melempar permen ke muka Revan setelahnya gelak tawa mereka mengisi ruang tamu Sam sore itu.

.

(Rumah)

"Daniel,muka kamu kenapa sayang?" tanya mama yang terkejut melihat muka gue.

"gak papa ma.

Yaudah Daniel mau ke kamar dulu.

Ngomong-ngomong Daniel lulus dengan nilai tertinggi di antara semua kelas 3." gue menggelengkan kepala dan berlalu gitu aja buat langsung ke kamar.

Gua harus ke tempat Dara malam ini juga, masalah ini harus cepat selesai.

Gua juga bakal marahin Ebie sama kelakuannya kemarin.

Mau apa lagi sih dia? gua udah ngalah buat dia, gua udah nahan perasaan ini,

Tapi tingkahnya beneran kekanakan.

"Bang, kok mukanya lebam semua???" Nicko berpapasan sama gua di tangga.

"Bukan urusan lo!" gua terus menaiki tangga menuju kamar.

"Gua kan care sama lo abang!" Nicko cemberut dan sedikit ngomel.

Sorry Nick,abang lo ini lagi galau. Jadi gak usah respon apa-apa.

Gua nyoba telepon Dara tapi gak di respon,

"Dara, tolong angkat telepon gua.

Gua mau ngomong suatu hal yang penting."

Begitulah pesan yang gua kirim lewat wa, tapi Dara cuma ngeread dan gak ada tanda-tanda buat membalas pesan gue juga.

"Dara, please."

"Gua benar-benar minta maaf.."

Gak di balas sama dia.

Ya Tuhan tolong beri jalan keluar buat masalah ini.

Gua buru-buru mandi dan bersiap ke rumah Dara. Saat lewat ruang keluarga yang ada mama, papa, Nicko, dan Cacha, gue lewat gitu aja tanpa merespon pertanyaan mereka.

DARA

"Kamu mau kan nak nerusin pendidikan di inggris???"Tanya mama mengambil duduk di kursi meja rias dan liat gue, gue lagi belajar.

Namun gue diem, karna pikiran gue lagi nano-nano. gue bingung ke depannya gimana. Apa gue harus pergi ke Inggris dan kuliah disana, atau tetep stay di Indonesia dengan kemungkinan hati gue bakal lebih sakit nantinya kalau lihat Ebie makin mesra sama kak Daniel terus.

"Dara butuh waktu buat mikirin ini semua mah. Dara bingung, Dara pengen stay di Indonesia, tapi hati Dara nggak bisa terima kemesraan mereka." gue menunduk, hati gue rasanya sesak.

"Sayang..

Jika dia jodohmu, sejauh apapun kalian berpisah,suatu saat nanti kalian pasti akan bersama lagi. Percayalah." mama menarik badan gue ke pelukannya.

"Terima kasih ya ma udah support Dara di kondisi kaya gini." gue membalas pelukan Mama sambil menyandarkan kepala di bahu nya.

"Sama-sama sayang.

Anak mama nggak boleh lemah,

Dara anak yang kuat kan???" tanya mama menatap kedua mata gue, tapi....

'Mau apa lo kesini hah???'

"Suara siapa itu ma?" gue melepas pelukan mama dan mengintip lewat jendela, begitupun mama yang ikutan penasaran dan berdiri di belakang gue.

"Nggak tau sayang.

Sepertinya suara abangmu."

"Ya ampun mah,itu kak Daniel.

Jangan kak Davine!!!!" terkejut, gue langsung keluar kamar sambil berlari buat ketemu mereka berdua

Mama ikut mengekori ku dari belakang.

"Abang stop!" teriakku memeluk kak Daniel, melindungi dia dari bang Davin. Loh kok gue peluk sih? Harusnya kan gak gini.

"Dara, lo apa-apaan sih??

Ngapain juga lo bela dia Dara?!" tanya bang Davin berteriak, membuat gue melepas pelukannya.

"Abang, gue mohon berhenti bertengkar." ucap gue berlutut sambil memeluk pinggang bang Davin.

"Dara, minggir. Jangan ganggu abang!

Dan lo, ada urusan apa lagi lo kemari? masih kurang bogeman gua?" tanya kak Davin membuat papa dan Julian keluar rumah.

"Ada apa ini ribut-ribut???" tanya papa mendekat.

Daniel menatap papa dan mama bergantian dengan mata penuh penyesalan, "Om, tante saya ingin meminta maaf sebesar-besarnya karna telah menyakiti Dara.

Tapi jujur saya sangat mencintai anak om dan tante," lalu beralih menatap bang Davin.

"Kak aku mohon tolong maafin aku." lanjutnya menyatukan tangannya, suaranya pernah harapan agar pintu maaf terbuka.

"Rumah ini gak terima kedatangan lo.

Lo bilang cinta sama adek gua tapi lo malah jadian sama cewek lain itu namanya apa brengsek!!!" tanya bang Davin mencengkeram baju kak Daniel.

"Davin hentikan!!" mama akhirnya marah sambil menarik badan gue buat berdiri dan meluk gue.

"Davin, sudah cukup. Bukan begini caranya menyelesaikan masalah nak.

Kamu itu anak tertua di keluarga ini.

Kamu yang paling tenang dalam menyelesaikan masalah, tapi kenapa sekarang kamu kaya gini?" tanya papa ikut menegur bang Davin.

"Kondisinya beda pa, Davin nggak terima Dara dapat perlakuan kaya gitu dari cowok ini!" Davin sedikit menurunkan nada bicaranya.

Papa menghela napas, mendekati kak Daniel sambil mengusap bahunya.

"Sudah, begini saja...nak Daniel, om dan tante sudah memaafkan kamu.

Tapi maaf, om juga kasihan liat Dara terus-terusan murung seperti ini.

Kalian memang cocok satu sama lain,

Tapi om belum bisa percaya bahwa kamu bisa menjaga Dara.

Jadi om putuskan untuk mengirim Dara ke Inggris setelah lulus sekolah nanti.

Agar emosi Dara bisa kembali normal dan bisa kembali ceria seperti dulu lagi.

Dara itu permata di keluarga kami, jadi om minta tolong, kamu lepaskan Dara untuk kebahagiaan nya."

Baik kak Daniel maupun gue sendiri terkejut mendengarnya, "Apa pa?! Tapi-"

"Nggak bisa nak, keputusan papah sudah bulat. Setelah lulus, kamu akan berangkat ke Inggris dan tinggal dengan Om Erik dan Tante Ratna."

Kak Daniel mau gak mau mencerna penjelasan dari papa. Wajahnya terlihat frustasi.

"Rasain lo!"Ucap kak Davin dengan penuh kemenangan dan meninggalkan kak Daniel.

"Om, saya mohon.

Apa keputusan om tidak bisa di ubah lagi??"

"Keputusan om sudah mutlak nak..

Maaf, menurut om itu yang terbaik buat kalian berdua." jawaban papa sudah tidak bisa di protes, jadi....gue... Beneran pindah? Ini nyata?

kak Daniel hanya menatap gue dalam diam. Sorot matanya penuh kesedihan, gue bisa liat air matanya memupuk di sudut matanya.

Memang, proses hidup terus berjalan, semua ada masanya. Dan tak selamanya hati Dara tersakiti, Roda kehidupan terus berputar. Yang menyakiti akan tersakiti, dan yang tersakiti akan mencoba bangkit dari keterpurukan.

Mungkin itulah yang sedang di alami oleh Dara dan Daniel.

***

Sepertinya konflik masih terus berjalan gaes,😱😱

Betewe minta comment nya dong,😀😀

Tambah seru apa tambah greget nih ceritanya???

Maaf typo bertebaran gess✌✌

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!