Tumbuh di lingkungan panti asuhan membuat gadis bernama Kafisha Angraeni memimpikan kehidupan bahagia setelah dewasa nanti, mendapatkan pendamping yang mencintai dan menerima keadaannya yang hanya dibesarkan di sebuah panti asuhan. namun semua mimpi Fisha begitu biasa di sapa, harus Kalam setelah seorang wanita berusia empat puluh tahun, Irin Trisnawati datang melamar dirinya untuk sang suami. sudah berbagai cara dan usaha dilakukan Kira untuk menolak lamaran tersebut, namun Irin tetap mencari cara hingga pada akhirnya Fisha tak dapat lagi menolaknya.
"Apa kamu sudah tidak waras, sayang???? bagaimana mungkin kamu meminta mas menikah lagi... sampai kapanpun mas tidak akan menikah lagi. mas tidak ingin menyakiti hati wanita yang sangat mas cintai." jawaban tegas tersebut terucap dari mulut pria bernama Ardian Baskoro ketika sang istri menyampaikan niatnya. penolakan keras di lakukan Ardi, hingga suatu hari dengan berat hati pria itu terpaksa mewujudkan keinginan sang istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19.
"Apa benar yang dikatakan mas Ardian, Irhan menyukaiku??? Jika benar begitu, apa itu yang menjadi alasan sikap Irhan berubah padaku?." batin Kafisha menduga-duga.
Obrolan Kafisha dan Ardian berakhir setelah Ardian meminta Kafisha untuk segera tidur, mengingat waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam, dan wanita hamil dianjurkan untuk tidur lebih awal oleh dokter.
Pagi menjelang.
Kafisha yang baru saja terjaga dari tidurnya menatap wajah Ardian dengan posisi yang cukup dekat. pria dewasa itu tetap terlihat tampan meski sedang terlelap seperti saat ini.
"Beruntung sekali mbak Irin dicintai sepenuh hati oleh mas Ardian." Kafisha bergumam lirih di depan wajah Ardian yang masih memejamkan mata. puas memandangi wajah Ardian, Kafisha pun beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Tanpa di sadari Kafisha setelah ia pergi Ardian lantas membuka mata. Ternyata pria itu sudah terjaga sejak lama, hanya kembali memejamkan mata saat menyadari pergerakan Kafisha yang hendak terjaga dari tidurnya.
"Benarkah hatiku masih sepenuhnya di milik oleh Irin, atau justru sudah terbagi??." Ardian masih bertanya-tanya akan perasaannya sendiri. Pasalnya selama ini ia bahkan hampir lupa menghubungi Irin karena terlalu sibuk pada istri keduanya itu. Bahkan tidur bersama Kafisha terasa begitu nyaman bagi Ardian.
Tok...tok....tok....
Ardian beranjak dari tempat tidur hendak membuka pintu.
"Ada apa, bi??."
"Maaf mengganggu waktu istirahat bapak" ujar bibi mengingat hari ini weekend.
"Di bawah ada dokter Wisnu, katanya mau memastikan kondisi bapak." sambung bibi menyampaikan kedatangan dokter Wisnu pagi ini.
Ardian berdecak kesal mendengar kedatangan dokter pribadi sekaligus sahabatnya itu.
"Katakan padanya untuk menunggu di ruang kerja saya, bi!!." perintah Ardian.
"Baik, pak." setelahnya, bibi pun pamit dan Ardian kembali menutup pintu kamar Kafisha.
Tak lama kemudian Kafisha keluar dari kamar mandi dengan berpakaian lengkap.
"Jangan keluar kamar, biar bibi yang akan mengantarkan sarapan untukmu!." kata Ardian sebelum meninggalkan kamar istri keduanya itu.
"Memangnya kenapa aku sampai tidak boleh keluar kamar? Apa aku berbuat salah lagi?." Kafisha dibuat bertanya-tanya akan sikap aneh Ardian, namun begitu Kafisha memilih mematuhi perintah suaminya itu.
Seusai mandi dan berganti pakaian barulah Ardian menemui dokter Wisnu di ruang kerjanya.
"Kata orang, Pesona istri muda memang memabukkan Ardian, tapi bukan berarti kau boleh seenaknya saja membiarkanku menunggumu hingga satu jam di sini." kesal dokter Wisnu.
Ardian berjalan menuju kursinya tanpa peduli dengan wajah kesal sahabatnya itu.
"Jangan bilang selama satu jam aku menunggu di sini, kau justru sedang bercinta dengan Nona Kafisha?." tebak Dokter Wisnu dengan tatapan curiga.
"Memangnya tidak berbahaya baginya jika melakukannya di saat tengah hamil muda seperti saat ini??."
Kedua bola mata dokter Wisnu sampai membulat dengan sempurna. Ia yang awalnya hanya bergurau justru di respon oleh pertanyaan serius dari Ardian.
"Apa kau serius ingin kembali melakukannya bersama Kafisha, Bukankah kau mengaku membencinya?." pertanyaan telak yang di lontarkan sahabatnya itu mampu membungkam mulut Ardian.
"Aku bukan dokter kandungan jadi aku tidak bisa memastikan itu berbahaya atau tidak. Sebaiknya kau berkonsultasi pada dokter kandungan!." melihat keseriusan di wajah Ardian pada akhirnya dokter Wisnu pun menjawab dengan serius.
"Semoga nantinya kau tidak akan pernah menyesali tindakanmu yang telah meminta suamimu menikah lagi, Irin." batin Dokter Wisnu yang kini melihat adanya rasa dihati Ardian untuk Kafisha, namun pria itu saja yang belum menyadarinya.
Kurang lebih setengah jam mengobrol, dokter Wisnu pun pamit undur diri, dan Ardian pun mengantarkan sahabatnya itu hingga ke depan. Setelahnya, Ardian beranjak ke kamar Kafisha.
Sesampainya di kamar Kafisha, ia melihat wanita itu duduk di sofa sementara sarapannya belum tersentuh sama sekali.
"Kenapa kamu belum sarapan??." tanya Ardian dengan dahi berkerut halus. Ia pikir menu sarapan buatan bibi pagi ini tidak sesuai dengan selera Kafisha sehingga wanita itu tak kunjung menyentuhnya.
"Aku menunggu mas Ardian buat sarapan bersama. Mas pasti belum sarapan kan..."
Untuk kesekian kalinya wanita itu mampu membuat Ardian tertegun mendengar jawaban yang keluar dari mulutnya.
Ardian ikut mendaratkan bobotnya di samping Kafisha. "Lain kali tidak perlu menungguku! Kau sedang hamil, kasihan jika anak kita kelaparan karena ibunya menunda sarapan."
Deg
"Anak kita???." cicit Kafisha namun dalam hati. untuk pertama kalinya Ardian menyebut bayi di dalam kandungannya dengan sebutan anak kita, biasanya ia selalu menyebutnya anak saya.
Ardian mulai meraih mangkok berisi bubur ayam dari dalam nampan kemudian menyuapinya ke mulut Kafisha. Entah sadar atau tidak yang jelas Ardian melakukannya begitu saja.
"Di ganti dulu sendoknya mas, ini kan bekas aku." Kafisha hendak meraih sendok berisi bubur yang akan di suap Ardian ke dalam mulutnya.
"Memangnya kenapa kalau bekas kamu?? kamu kan istriku, lalu di mana salahnya?." dengan entengnya Ardian menjawab dan tanpa rasa jijik melanjutkan pergerakannya yang sempat tertunda, menyuap sendok berisi bubur ayam ke dalam mulutnya.
*
Di negara berbeda, Irin baru saja tiba disebuah restoran. Wanita itu mengedarkan pandangan ke sekitar, mencari keberadaan seseorang. Seseorang yang beberapa saat lalu menghubungi dirinya, meminta dirinya untuk datang ke restoran tersebut.
"Siapa dia, apa tujuannya memintaku datang ke sini???." Irin bertanya-tanya dalam hati akan sosok pria misterius yang beberapa saat lalu berbicara dengannya melalui sambungan telepon.
Meskipun dilanda rasa penasaran, Irin tetap berusaha tenang, menarik sebuah kursi kemudian mendaratkan bobotnya di sana.
Tap...Tap...Tap....suara pantofel pria yang berasal dari belakang tubuhnya mampu mengalihkan atensi Irin, wanita itu menolehkan pandangan ke sumber suara.
Deg.
Irin nyaris kehilangan keseimbangan, tubuhnya hampir terhuyung saking terkejutnya. "Mas Handi."
Pria itu menyeringai mendengar nama yang baru saja disebutkan oleh Irin, kemudian kembali mengayunkan langkah, menarik kursi tepat dihadapan Irin dan menempatinya. "Akhirnya saya bisa menemukan keberadaan anda, nyonya Irin."
"Nyonya Irin...?." cicit Irin. dari panggilan pria itu sudah jelas jika dia bukan Handi. Tapi mengapa wajahnya sangat mirip dengan wajah mendiang Handi?? Irin dibuat bertanya-tanya.
"Siapa anda sebenarnya? Kenapa wajah anda sangat mirip dengan mas Handi??." cecar Irin dengan jantung berdegup kencang.
"Apa sebenarnya tujuan anda mejadikan putrinya mas Handi madu anda, Nyonya Irin Trisnawati?." bukannya menjawab, pria misterius yang tak lain adalah Gandi tersebut balik melontarkan pertanyaan yang mampu membuat Irin menelan ludah mendengarnya.
"Apapun alasan saya melakukannya, Itu tidak ada urusannya dengan anda."
Gandi kembali tersenyum miring mendengarnya. "Jangan berpura-pura bodoh nyonya Irin. Tanpa menjawab pertanyaan anda sekalipun, saya rasa anda cukup pandai menebak siapa saya sebenarnya, dan apa hubungan saya dengan anaknya mas Handi." Dari paras wajahnya yang sangat mirip dengan mendiang Handi, Gandi yakin Irin cukup pandai untuk menebak siapa sebenarnya dirinya.
"Apa dia saudara kembarnya mas Handi? Tapi selama hidupnya, mas Handi tidak pernah cerita jika dia punya saudara kembar." dalam hati Irin dengan perasaan yang semakin tak menentu.
"Ayo jawab!." suara pria itu yang sudah naik satu Oktaf menyadarkan Irin dari lamunannya.
"Sa_saya, sebenarnya saya_." Irin tak sempat melanjutkan kata-katanya ketika suara yang sangat familiar ditelinganya terdengar dari arah belakang tubuhnya.
"Jadi selama ini kamu tidak mati...kamu sengaja menipu kami semua dengan kematian palsumu itu." suara Mommy terdengar lantang tanpa peduli dengan keberadaan pengunjung resto yang lainnya. Untungnya mereka menggunakan bahasa Indonesia sehingga para pengunjung yang hampir semua bule tak mengerti apa yang dikatakan oleh wanita itu.
"Mommy..." wajah Irin terlihat memelas. Sedangkan Gandi, pria itu hanya diam saja seraya menatap ke arah wanita paru baya yang kini tengah dikuasai emosinya tersebut.
"Berhenti membelanya, Irin!."
Jantung Irin semakin berdegup kencang saat mommy tak mengindahkan permintaannya untuk berhenti berbicara. Mommy menatap sengit pada Gandi, menuding pria itu dengan telunjuknya, seolah ingin menunjukkan ketidaksukaannya pada pria itu. "Kau dengar baik-baik, sekalipun kalian memiliki seorang putra, keluarga kami tetap tidak akan menerima pria seperti dirimu."
Duar.....
Irin merasa seperti tersambar petir disiang bolong. Ia tidak menyangka mommy nya akan membeberkan Fakta tersebut dihadapan orang asing.
"Cukup mom, dia bukan mas Handi." Irin sampai menangis, berharap mommy berhenti.
"Apa maksud kamu, Irin?." Mommy kalang kabut mendengarnya.
"Ya, pria ini bukan mas Handi, Mom."
Satu Fakta baru yang kini diketahui oleh Gandi Yakni saudara kembarnya memiliki seorang anak bersama mantan kekasihnya, Irin.
disini siapa yang licik ???
disini siapa gak tamak???
gak usah sok playing victim gtu donk...
nggak semua orang bisa kamu jadikan boneka,yang hidupnya bisa kamu mainkan
ingin mengendalikan Ardian,tapi dia menyakiti Kafisha...
krᥒ ⍴ᥱᥒ᥆k᥆һᥲᥒ ᥒᥲmᥲᥒᥡᥲ һᥲm⍴іr mіrі⍴
sᥱmᥲᥒgᥲ𝗍 ᥡᥲ kᥲk ✍️
Ternyata Irin tak sebaik yang di kira...
aneh
jadi susah bedainnya kk Thor 😆🙏
seharusnya Ardian pindah ke kamar Kafisha ...
Ini kamar Ardian dan Irin gak pantes rasanya mereka tidur diranjang ini, apalagi Irin masih hidup.masih istri Ardian juga...
Kafisha dilamar sm irin untuk jadi madunya, karna anak lakinya suka sama kafisha
Gitu gak yaaa ?
Semakin seruuu ceritanyaaa, semangat terus thor 💪🏼
malang bener nasib mu Fisha....
kenak kehamilan simpatik ini si Adrian😆😆😆😆