Terpaksa menggantikan sang kakak untuk menikahi pria yang tidak diinginkan kakaknya. Menjalani pernikahan lebih dari 3 tahun, pernikahan yang terasa hambar, tidak pernah disentuh dan selalu mendapatkan perlakuan yang sangat dingin.
Bagaimana mungkin pasangan suami istri yang hidup satu atap dan tidak pernah berkomunikasi satu sama lain. Berbicara hanya sekedar saja dan bahkan tidak saling menyapa
Pada akhirnya Vanisa menyerah dalam pernikahannya yang merasa diabaikan yang membuatnya mengajukan permohonan perceraian.
Tetapi justru menjelang perceraian, keduanya malah semakin dekat.
Apakah setelah bertahun-tahun menikah dan pada akhirnya pasangan itu memutuskan untuk berpisah atau justru saling memperbaiki satu sama lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19 Ada Saja.
Vanisa yang melihat tongkat itu dan memang mengingat bagaimana dia meminta kepada Suster dan tidak disangka ternyata Arvin langsung membelikan.
"Apa ini cocok untukmu atau kamu mau yang lain?" tanya Arvin.
Vanisa menggelengkan kepala yang memang tidak membutuhkan apapun. Dia sudah sangat bersyukur dengan adanya tongkat itu.
"Baiklah! semoga ini dapat membantumu dan makanlah dengan cepat. Setelah itu kamu lakukan terapi mandiri. Karena aku melihat kamu tidak ada jadwal terapi hari ini," ucap Arvin. Lagi-lagi Vanisa hanya menganggukkan kepala.
"Lalu dia mau sampai kapan berada di sini dan apa benar dia tidak akan ke kantor. Masa iya dia benar-benar akan menemaniku seharian, bukankah dia orang yang paling sibuk yang paling banyak pekerjaan," batin Vanisa yang masih bertanya-tanya.
Dia justru sangat gelisah dengan keberadaan Arvin yang memang tidak biasanya sering membuat dirinya sedikit kurang nyaman. Bagi Anindya ini suatu hal yang aneh.
Vanisa yang tengah melamun tiba-tiba saja dia tidak fokus makan dan sampai membuat tangannya terjatuh ke ujung piring dan akhirnya piring itu pecah ke lantai dan cukup membuat Arvin kaget.
Vanisa yang melakukan sendiri juga sangat kaget yang tidak menyangka jika dia bisa melakukan hal itu.
Arvin dengan cepat-cepat yang langsung menghampiri Vanisa dan Arvin yang berjongkok yang langsung membereskan pecahan kaca itu.
"Astaga Vanisa apa yang kau lakukan? kenapa kau bisa bertindak ceroboh sekali," batinnya dengan wajah yang tampak begitu khawatir dengan padanya.
"Tidak apa-apa. Pelan-pelan saja kalau makan. Tidak ada yang perlu kamu buru," ucap Arvin yang terus membersihkan kaca-kaca itu. Mungkin dia juga takut jika Vanisa belajar berjalan dan akhirnya terinjak.
"Aku yang akan membersihkannya, kamu lanjutkan makan," ucap Arvin.
Vanisa yang hanya diam saja melihat bagaimana Arvin memegang pecahan kaca itu. Dia mengambil sapu dan memasukkan pecahan beling ke dalam sekop dan langsung membuang ke tong sampah.
"Tangan kamu terluka?" tanya Arvin.
Vanisa menggelengkan kepala.
"Ya sudah kamu lanjutkan makan lagi," ucap Arvin.
Terlihat mengambil tong sampah dan terlihat keluar dari rumah.
Arvin mungkin sangat takut pecahan kaca itu dapat membahayakan Vanisa walau sudah dibuang ke tong sampah.
Ekspresi wajah Vanisa tampak tidak terbaca yang melihat suaminya itu, semenjak dirinya sakit tampak Arvin yang begitu sangat memperhatikannya. Vanisa hanya menghela nafas dan sudah tidak selera lagi untuk makan karena perbuatannya sendiri.
Wajah Vanisa jadi tampak begitu lesu yang menatap makanan tanpa mengetahui apa yang harus dia lakukan.
Arvin benar-benar tidak pergi ke kantor hari ini dan padahal ini adalah hari-hari kesibukan Arvin sebagai pengusaha muda yang sebentar lagi akan dinobatkan. Tetapi dia memilih berada di rumah yang merawat istrinya.
Apa yang di lakukan Arvin bukanlah dirinya yang biasa di lihat Vanisa. Tetapi Arvin sudah bertindak seperti itu. Jadi mau bagaimana lagi.
Arvin yang duduk di sofa tampak membaca buku menggunakan kacamata dengan satu kakinya diletakkan di pahanya. Sementara sejak tadi Vanisa selalu saja mondar-mandir lewat di hadapannya yang sekarang belajar berjalan menggunakan tongkat yang baru saja dia belikan.
Kegigihan Vanisa yang penuh dengan semangat dan dia ingin sembuh secepat mungkin. Sesekali Arvin melirik ke arah Vanisa yang melihat bagaimana perjuangan istrinya itu.
Drattt-drattt-dratt-drattt.
Arvin mengangkat ponselnya yang berdiri di atas meja.
"Ada apa. Mah?" tanya Arvin.
"Bagaimana istrimu?"
"Apa dia sudah bisa berjalan?" tanya Lara.
"Vanisa sedang berusaha," jawab Arvin.
Mendengar namanya dipanggil membuat Vanisa menoleh.
"Minggu depan ada makan malam keluarga besar. Jika kau hanya membawa wanita lumpuh untuk acara makan malam. Sebaiknya jangan datang!" tegas Sarah.
"Mah. Vanisa sedang menghadapi masalah pada kesehatan tubuhnya dan semua itu juga karena mentalnya. Kenapa Mama seolah ingin mendesak dia untuk sembuh. Biarkan dia berproses sendiri," ucap Arvin yang sekarang mencoba untuk tegas kepada ibunya agar tidak terlalu menekan Vanisa.
"Arvin jangan terlalu berpihak kepadanya. Ingat dia bukan pengantin dan kau yang menginginkan dia untuk tidak dipublish dan orang-orang masih tetap berpikir jika Angela adalah istrimu," tegas Lara.
Arvin tidak bicara lagi, dia hanya menghela nafas dan melihat ke arah Vanisa dan Vanisa mengalihkan pandangannya.
Dia kembali melanjutkan langkahnya dan walau sepertinya ada sesuatu yang tergores di hatinya. Mungkin dia mendengar pembicaraan Arvin dan ibunya.
"Baiklah," sahut Arvin yang sepertinya sangat malas untuk bertengkar dan pasti seperti biasa Lara tidak pernah mau kalah.
Arvin mematikan telepon tersebut dan melihat ke arah Vanisa kembali. Arvin menghela nafas dan menghampiri Vanisa yang secara tiba-tiba Arvin sudah berada di hadapan Vanisa membuat langkah Vanisa terhenti dengan melihat pria itu.
"Minggu depan ada acara makan malam. Mama mengundang kita berdua. Jangan memaksakan apapun dan jika belum bisa berjalan dengan lancar maka jangan diburu-buru," ucap Arvin.
Tidak ada yang dikatakan Vanisa dia hanya diam saja, namun terlihat rasa lelah dari matanya.
"Vanisa aku tahu ini adalah hal-hal yang terberat untuk kamu. Aku tahu kamu juga berusaha untuk bisa kembali berjalan, mendengar dan berbicara dengan normal. Tapi kamu juga tidak perlu memaksakan segala sesuatu dan lakukan jika itu membuat kamu nyaman. Jangan pikirkan makan malam itu. Waktunya juga masih lama," ucap Arvin
Vanisa tetap tidak merespon apapun. Arvin yang tidak mengatakan apa-apa lagi terlalu dari hadapan Vanisa.
Arvin yang berjalan menuju meja makan yang mengambil gelas bekas minum Vanisa yang memang belum dicuci sejak tadi. Tetapi Arvin salah fokus pada benda kecil yang ada di atas meja dan ternyata itu alat pendengar Vanisa. Arvin melihat kembali ke arah Vanisa yang melakukan aktivitasnya kembali.
Vanisa terkejut saat tiba-tiba suaminya sudah kembali berada di depannya dan tiba-tiba sedikit menunduk dan memasangkan alat pendengar itu di telinganya.
"Aku sejak tadi berbicara hanya sia-sia saja. Kamu tidak tahu apa yang aku katakan," ucap Arvin yang spontan melakukan hal itu yang sempat membuat Vanisa kaget.
"Lain kali saja aku bicarakan," ucap Arvin yang kembali pergi dari hadapan istrinya.
Vanisa melihat Arvin yang mencuci piring.
"Kenapa kalian terus saja menginginkan aku melakukan hal yang tidak aku inginkan," batin Vanisa dengan wajahnya yang murung.
********
1. Minggu kemudian.
Vanisa yang ternyata sudah bisa berjalan, dia bahkan tidak membutuhkan suster lagi. Vanisa hanya tinggal menunggu kesembuhan pita suaranya dan juga pendengaran. Vanisa yang sekarang sedang mencuci piring.
Pintu terbuka.
Vanisa menoleh ke belakang dan ternyata tamu yang datang adalah Sarah. Sarah datang dengan lenggak-lenggok yang membawa paper bag cukup besar yang diletakkan di pergelangan tangannya.
Vanisa mematikan keran air dan melap tangannya.
"Jadi benar kata Arvin kamu sudah bisa berjalan," ucap Sarah.
Vanisa menghela nafas dan mengambil ponselnya yang terlihat mengetik.
"Kenapa semenjak aku sakit aku tidak pernah melihat Mama?" tanya Vanisa memperlihatkan layar tersebut.
"Mama pasti tahu bukan apa yang aku alami dan kenapa Mama tidak pernah datang menemui ku. Mama tidak peduli padaku?" Vanisa mengeluarkan semua isi hatinya yang terlihat begitu sangat kecewa kepada ibunya yang baru memunculkan diri saat ini.
Bersambung......
apa motifnya hingga vanisa yg di culik?
jd makin penasaran aku
ketegasan dari Vanisa 👍👍