Di dunia yang dikuasai oleh kultivasi dan roh pelindung, seorang putri lahir dengan kutukan mematikan—sentuhannya membawa kehancuran. Dibuang oleh keluarganya dan dikhianati tunangannya yang memilih saudara perempuannya, ia hidup dalam keterasingan, tanpa harapan.
Hingga suatu hari, ia bertemu dengan pria misterius yang tidak terpengaruh oleh kutukannya. Dengan bantuannya, ia mulai membangkitkan kekuatan sejatinya, menyempurnakan kultivasi yang selama ini terhalang, dan membangkitkan roh pelindungnya, **Serigala Bulan Biru**.
Namun, dunia tidak akan membiarkannya bangkit begitu saja. Penghinaan, kecemburuan, dan konspirasi semakin menjeratnya. Tunangan yang dulu membuangnya mulai menyesali keputusannya, sementara sekte-sekte kuat melihatnya sebagai ancaman.
Di tengah pengkhianatan dan perang antar kekuatan besar, hanya satu hal yang pasti: **Pria itu akan selalu berada di sisinya, bahkan jika ia harus menghancurkan dunia hanya untuknya**.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon `AzizahNur`, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 : Rahasia antara tanda dan cincin
Xiaolin melangkah dengan langkah cepat menuju desa, perasaan yang campur aduk menguasai dirinya. Di satu sisi, dia merasa lega karena berhasil keluar dari bangunan misterius itu, tetapi di sisi lain, kecemasan tentang cincin yang baru saja muncul dan misteri di balik serangan serigala roh itu terus menghantuinya.
Begitu sampai di desa, Xiaolin disambut oleh pemandangan yang cukup mengejutkan. Di depan kuil, Xin Yu berdiri dengan khusyuk, kedua tangannya terangkat, berdoa dalam hening. Beberapa warga yang sebelumnya mengantarnya ke hutan terlihat duduk berjejer di depan kuil, sebagian dari mereka terlihat terbaring lemah dengan luka-luka yang tampaknya cukup parah. Ada yang mengenakan pembalut di bagian tubuh mereka, dan yang lainnya terlihat pucat, terbaring tak berdaya.
Xiaolin menahan napas. Beberapa dari mereka tampaknya tidak selamat dari serangan serigala roh itu. Dan yang lebih mengerikan, beberapa tubuh yang terluka kini tampak tak bergerak, seolah-olah mereka telah menghilang atau terjebak dalam keadaan aneh.
Xin Yu menoleh, mendengar langkah kaki Xiaolin yang terdengar mendekat. Mata mereka bertemu, dan ekspresi terkejut langsung muncul di wajahnya. Sepertinya Xin Yu tak menduga Xiaolin akan kembali begitu cepat—apalagi dalam keadaan yang tampaknya masih selamat.
"Wah, Xiaolin! Kau... kau kembali?" Xin Yu segera mendekat, langkahnya terburu-buru.
Xiaolin mengangguk, namun kata-kata terasa sulit untuk keluar. Rasa bingung dan kelelahan bercampur aduk, tetapi dia merasa perlu memberitahu Xin Yu tentang apa yang telah dia temui di dalam bangunan itu. Namun, sebelum dia bisa berkata apa-apa, beberapa warga yang melihatnya segera berlari menghampiri.
"Nona Xiaolin, kau kembali?! Bagaimana bisa?! Bukankah... bukankah kau di sana selama ini?" tanya seorang wanita dengan wajah cemas. Luka di lengannya tampak cukup parah, dan dia terbatuk-batuk, kesulitan berbicara.
"Nona Xiaolin, selamat datang kembali! Tapi... bagaimana kau bisa hidup? Kami pikir... kami pikir kau sudah..." pria bertubuh kekar itu menunduk, hampir tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena kekhawatiran yang begitu mendalam.
"Bagaimana mungkin kau kembali dari sana? Kami... kami terjebak begitu lama. Banyak dari kami yang tewas... dan yang lainnya menghilang," kata seorang pria yang duduk di dekat kuil, suaranya gemetar. Dia menggenggam perban di tubuhnya, darah yang masih mengalir pelan dari lukanya.
Xiaolin merasa serangkaian pertanyaan itu semakin mengguncangnya. "Aku... aku tidak tahu bagaimana aku bisa kembali," katanya akhirnya, suara yang terasa serak. "Ada sesuatu di dalam hutan... di bangunan itu. Tapi aku sempat bertemu pria misterius yang membimbingku keluar." Matanya menatap cincin di jari manisnya, masih merasa bingung tentang kehadiran cincin itu. "Aku... tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya."
"Apa yang kau katakan?" tanya seorang pria yang terbaring di atas selimut, menatap Xiaolin dengan ragu. "Pria itu? Kau tidak merasa ada yang aneh tentangnya? Sejak serigala roh menyerang, semua yang kita alami... terasa tidak nyata."
Xin Yu ikut mendekat, wajahnya semakin cemas. "Xiaolin, ada sesuatu yang lebih besar terjadi di sini, bukan? Apa yang sebenarnya kau temui di sana? Dan apa maksudnya dengan cincin itu?"
Xiaolin terdiam, menyadari bahwa lebih banyak yang perlu dia ceritakan, namun kata-kata terasa sulit keluar. Di hadapannya, warga desa itu tampak semakin cemas dan bingung. Mereka semua menatapnya dengan penuh harapan akan jawaban, namun Xiaolin tahu bahwa jawabannya belum ada.
Sementara itu, pendeta yang sebelumnya mengobati Xiaolin kini mendekat, wajahnya tampak lebih serius dari biasanya. "Xiaolin, ada banyak yang harus kita bicarakan. Tetapi sebelum itu, biarkan aku merawat luka mereka terlebih dahulu. Keadaan ini lebih rumit dari yang kita kira."
Warga desa kembali duduk dengan sabar, sementara pendeta mulai mengobati mereka satu per satu. Xiaolin merasa bingung dengan banyaknya pertanyaan yang tak bisa dia jawab, namun satu hal yang pasti—desanya kini berada dalam bahaya yang lebih besar dari sebelumnya.
*****
Setelah beberapa saat berbicara dengan para warga yang bertanya dengan penuh kecemasan, Xiaolin merasakan kepalanya semakin berat. Setiap kata yang diucapkan warga hanya menambah kegelisahan dalam dirinya. Mereka jelas khawatir, dan rasa ketidakpastian itu menular pada dirinya. Semua yang mereka alami di hutan—serangan serigala roh, hilangnya beberapa teman mereka, dan yang lebih mengerikan lagi, mereka yang tewas atau menghilang tanpa jejak—semuanya berputar di pikirannya. Xiaolin merasa seperti bagian dari dunia yang semakin terperangkap dalam pusaran misteri yang semakin gelap.
Di tengah keramaian itu, dia merasa perlu untuk menarik diri sejenak. Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Xiaolin perlahan berjalan mundur dan duduk di depan kuil, tempat yang tenang di luar hiruk-pikuk desa. Angin dingin menyapu wajahnya, tetapi ada semacam ketenangan yang dia cari dalam kesunyian ini. Dia menatap langit yang kini mulai gelap, merenung dalam kesendirian.
Di jarinya, cincin dengan permata merah berkilau di bawah cahaya yang redup. Xiaolin memandang cincin itu dengan penuh kebingungan, seperti benda itu mengandung rahasia yang lebih besar dari yang bisa dia pahami. "Bagaimana bisa... cincin ini ada di sini?" gumamnya pelan. Dia tidak pernah mengenakannya sebelumnya, dan perasaan aneh yang mengalir dalam dirinya membuat jantungnya berdegup cepat.
Benda itu terasa hangat, seakan-akan hidup. Xiaolin menarik napas panjang, berusaha menenangkan pikirannya. Lalu, wajah pria itu muncul kembali di ingatannya—pria misterius yang menuntunnya keluar dari bangunan tua itu. Pria yang mengaku sebagai seseorang yang tak dapat dikenali dengan pasti, yang menyarankan agar dia tidak menceritakan lebih lanjut tentang pertemuan mereka.
Xiaolin mengerutkan dahi. “Iblis pemikat wanita,” pikirnya.
Itu adalah prasangka yang sempat melintas di benaknya, sebuah anggapan yang dia dengar dari warga desa yang khawatir. Mereka mengatakan pria seperti itu sering datang untuk merayu dan menipu wanita, memanfaatkan kelemahan mereka. Namun, Xiaolin merasa ada yang tidak cocok. Jika pria itu benar-benar seorang iblis pemikat wanita, kenapa ia bersikap begitu baik kepadanya? Kenapa ia membantunya keluar dari hutan, bahkan membawanya kembali ke desa ini? Bahkan lebih aneh lagi, kenapa dia menunjukkannya bangunan tua yang mengerikan itu?
Xiaolin menggigit bibir, pikirannya semakin kalut. "Apa yang sebenarnya terjadi di sana? Kenapa aku merasa ada sesuatu yang aneh, tapi juga ada yang baik tentang dirinya?" Ia kembali menatap cincin di jarinya, merasa ketegangan semakin merayap di tubuhnya.
Sesuatu yang tidak beres terjadi, dan ia merasa bingung apakah pria itu memang hanya seorang pemikat atau jika ada sesuatu yang lebih dalam lagi.
Dia mengingat bagaimana pria itu hanya mengarahkannya ke pintu keluar dari bangunan tua itu, kemudian menghilang begitu saja tanpa banyak bicara. Xiaolin merasa, entah kenapa, dia tidak bisa benar-benar mempercayai firasatnya sendiri. Jika pria itu memang seorang iblis pemikat wanita, maka kenapa dia tidak mencoba menggoda atau memanfaatkan dirinya? Kenapa justru dia menunjukkan bangunan itu, memberikan petunjuk-petunjuk yang tampaknya lebih membawa Xiaolin pada kebenaran yang lebih besar, meski itu sangat berbahaya?
Dia menunduk, menggenggam cincin itu lebih erat. “Mungkin aku terlalu cepat menilai... mungkin aku hanya merasa cemas karena semuanya terlalu aneh.” Xiaolin berbisik pada dirinya sendiri, mencoba menenangkan pikiran yang kacau.
Namun, sesuatu di dalam dirinya menuntut agar dia berhati-hati. Selama ini, dia telah terbiasa mendengarkan suara hati yang mengatakan mana yang benar dan mana yang tidak. Dan sekarang, meskipun ada ketegangan dan keraguan, suara itu semakin keras.
“Aku tidak bisa menceritakan ini pada siapa pun di desa,” Xiaolin berpikir, meremas cincin di jarinya. "Ada banyak hal yang belum aku mengerti, dan aku harus mencari tahu sendiri."
Saat itulah, ia merasakan pandangan Xin Yu yang mengarah padanya dari kejauhan. Xiaolin menarik napas dalam-dalam, berdiri perlahan, dan menatap cincin itu sekali lagi. Rasa cemas yang menempel di dirinya semakin kuat. Tapi satu hal yang pasti—dia tidak bisa berbagi semuanya dengan warga desa, atau dengan Xin Yu, sebelum dia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di balik misteri ini.
Saat langkah Xiaolin bergeser menuju kuil, angin malam berhembus lebih kencang, seolah mengirimkan bisikan yang mengingatkan bahwa perjalanan ini masih jauh dari selesai. Cincin merah di jarinya bersinar dalam cahaya rembulan yang redup, menyimpan rahasia yang tak bisa ia ungkapkan kepada siapapun.