Sebuah cerita tentang perjuangan hidup Erina, yang terpaksa menandatangani kontrak pernikahan 1 tahun dengan seorang Presdir kaya raya. Demi membebaskan sang ayah dari penjara. Bagaikan mimpi paling buruk dalam hidup Erina. Dia memasuki dunia pernikahan tanpa membawa cinta ataupun berharap akan dicintai.
Akankah dia bisa menguasai hatinya untuk tidak terjatuh dalam jurang cinta? ataukah dia akan terperosok lebih dalam setelah mengetahui bahwa suaminya ternyata ada orang paling baik yang pernah ada di hidupnya?
Jika batas waktu pernikahan telah datang, mampukan Erina melepaskan suaminya dan kembali pada kehidupan lamanya? Atau malah cinta yang lama dia pendam malah berbuah manis dengan terbukanya hati sang suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eilha rahmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perang Dingin
Cukup lama Arga mencium bibir Erina, dia mulai menyadari kesalahannya saat nafasnya mulai tersengal. Untuk beberapa saat yang lalu dia mengakui jika dirinya lepas kontrol. Entahlah, karena biasanya dia tidak pernah seperti ini.
Kenapa aku bertindak sampai sejauh ini, aku tidak mungkin benar-benar menyukai wanita kampungan ini kan.
Keduanya terdiam dalam situasi canggung. Arga harus menarik nafas beberapa kali hanya untuk meredam hasrat yang tiba-tiba muncul dalam dirinya. Dia menatap Erina, gadis itu masih tertunduk malu, sekaligus kesal.
Apa dia menangis?
Arga membungkukkan badannya, berusaha mengintip wajah Erina mencari tahu apakah dia benar-benar menangis atau tidak.
“Hei, apa kau menangis?”
Erina tetap tidak bergeming, dia merasa malu jika harus mengangkat wajahnya. Ingin rasanya dia berteriak sambil mencakar-cakar wajah laki-laki yang ada di sampingnya itu.
Tega sekali dia mengambil ciuman pertamaku.
“Jangan salah paham, itu hanya hadiah untukmu karena sudah merawat Kakek dengan baik.” Arga berucap santai sambil menyandarkan kepalanya di sofa, dia bisa bernafas lega saat tahu Erina tidak benar-benar menangis.
Hadiah dia bilang? Hadiah macam apa ini? Dasar laki-laki gila.
“Baiklah, kau boleh menunduk seperti itu sampai besok pagi.” Arga tergelak, kemudian beranjak dari tempatnya duduk melepaskan jasnya dan melemparkannya sembarangan di atas sofa. Dia kembali melirik Erina, masih juga menunduk. Dia mengulum senyumnya, entahlah hari ini dia benar-benar merasa senang.
Arga berlalu masuk kedalam kamar mandi sambil bersiul riang, Erina hanya mampu menatap kepergiannya dengan kebencian yang meluap-luap. Laki-laki itu terlihat sangat puas sudah mengerjainya.
Lihat saja nanti tuan muda, apa kau pikir aku tidak bisa balas dendam. Gerutu Erina dalam hati.
Selagi Arga mandi, Erina berfikir untuk melarikan diri sebelum dia habis dikerjai lagi oleh laki-laki gila itu. Dia mengendap-endap keluar dari kamar menuju ruangan bawah. Kebetulan sekali Bibi Sofia sedang menonton televisi bersama Kakek. Wajah Erina seketika berubah sumringah, dia seperti menemukan tameng yang tidak akan bisa di tembus oleh Arga.
“Erin sini.” Bibi Sofia melambaikan tangannya memanggil Erina.
“Iya Bi,” tentu saja Erina dengan senang hati berhambur duduk di tengah-tengah mereka. Berada di samping Kakek, Erina benar-benar merasa aman dan juga nyaman.
Untuk sementara aku akan berlindung di ketiak mereka berdua, laki-laki gila itu tidak mungkin bersikap aneh-aneh jika dihadapan Kakek kan, hehehe.
Mereka asyik menonton acara entertainment yang menampilkan gossip-gossip tentang dunia selebriti. Erina sebenarnya tidak terlalu suka, namun melihat ini seharian jauh lebih baik dibandingkan harus berada dikamar berdua dengan suami sintingnya itu.
(Maaf, Erina jadi kebanyakan mengumpat karena masih kesal ciuman pertamanya dirampas paksa, hehe)
Erina hanya pura-pura menikmati acara televisi sambil nyemil potongan buah yang sudah ada di atas meja sejak tadi. Sesekali dia terlihat menyuapi Kakek yang serius menonton, sejauh ini wajah kakek terlihat sangat happy. Sampai saat acara itu beralih berita, menyorot kedatangan seorang artis terkenal yang baru pulang dari luar negeri. Tatapan wajah Kakek dan Bibi Sofia terlihat berubah 180 derajat.
“Eh, itukan Clarissa Clara,” Celetuk Erina spontan “Wah, dia benar-benar sempurna.” Erina sampai menepuk kedua tangannya, menatap kagum sosok wanita cantik yang sedang melambaikan tangannya ke kamera. Kakek dan Bibi Sofia seketika saling bertatapan, tidak senang.
“Kakek sepertinya ingin mengganti channel televisinya, iya kan Kek?” Tiba-tiba saja Bibi Sofia mengganti channel tv nya menjadi serial kartun.
“Iya, iya, melihat ini saja lebih bagus.” Ucap Kakek sambil tertawa di buat-buat, Erina memandang Kakek dan Bibi Sofia bergantian.
Mereka kenapa sih?
Berbagai pertanyaan muncul di benak Erina, menurutnya Bibi Sofia dan Kakek bersikap sedikit aneh. Padahal kan tadi Erina sudah mulai tertarik dengan berita selebritinya. Tapi malah diganti jadi serial kartun. Jadi bosan lagi.
Keadaan jadi sunyi, hanya suara televisi yang terdengar, menampilkan gambar seorang anak kecil bersama beruang hutan. Bahasa mereka juga aneh, bukan bahasa Indonesia, Erina tidak mengerti. Tapi mau bagaimana lagi, tujuannya duduk di sana kan untuk mencari perlindungan.
Setelah beberapa saat Arga turun dari lantai atas, dia mencebik saat melihat Erina duduk di tengah-tengah Kakek dan Bibi Sofia.
Baru segitu sudah mengadu, dasar cengeng.
Arga ikutan duduk di tengah-tengah mereka. Dia menatap layar televisi dengan heran.
“Kalian melihat film kartun?” Arga bertanya penuh keheranan. Erina melengos cuek, pura-pura tidak mendengar.
“Sudah, lihat saja! Jangan banyak tanya.” Jawab Kakek sedikit ketus, Erina hampir tergelak melihat muka masam Arga.
Rasain, aku sekarang sudah tahu kelemahanmu. Jangan macam-macam padaku! Hati Erina sekita jadi jumawa.
Arga menatap tajam Erina, namun Erina juga tak mau kalah dia membalas tatapan Arga. Seperti ada aliran listrik yang menyala-nyala dari kedua bola mata mereka. Perang dingin diantara mereka baru saja di mulai.
Keadaan kembali sunyi, Arga muak. Dia bahkan tidak mengerti dengan bahasa yang di ucapkan anak kecil di dalam televisi itu. Bahasa Spanyolnya masih kalah jauh dari Noah, bagaimana tidak, dia selalu saja menyuruh Noah pergi jika itu berurusan dengan perusahaan mereka yang berada di luar negeri.
Arga beranjak dari duduknya, hendak pergi ke ruang kerjanya. Lebih baik memeriksa hasil meeting tadi siang dari pada harus terjebak bersama orang-orang aneh disini. Begitu pikirnya. Namun sayangnya sepertinya Kakek tidak suka dengan sikap Arga.
“Mau kemana?” Tanya Kakek dengan tatapan penuh intimidasi.
“Mau keruang kerja.” Jawab Arga cuek.
“Duduk! sebentar lagi makan malam. Kau tidak mau menonton televisi dengan Kakekmu, anak kurang ajar!”
Lagi-lagi Erina hampir tergelak melihat muka pasrah Arga. Dia tersenyum sambil mengejek, puas sekali rasanya melihat suaminya itu di maki-maki oleh orang lain. Apalagi itu terjadi langsung dihadapan Erina. Arga mau tidak mau akhirnya kembali duduk. Dia memelototi Erina.
Lihat saja Nona Muda nanti malam akan ku habisi kau.
.
.
(BERSAMBUNG)
mau gak mau harus nunggu 7 hari lagi, itupun kalau Erina masih mau 🤣🤣🤣
sayang dong kalau dianggurin 😆😜
di balik kekayaannya yang berlimpah, dia juga tidak melupakan sesamanya...
aku jadi jatuh cinta sama sosok arga 😍😍😍