NovelToon NovelToon
KETIKA SUAMIKU BERUBAH HALUAN

KETIKA SUAMIKU BERUBAH HALUAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Tamat / Selingkuh / Mengubah Takdir / Keluarga / Penyesalan Suami / Chicklit
Popularitas:38.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Jalan berliku telah Nina lalui selama bertahun-tahun, semakin lama semakin terjal. Nyaris tak ada jalan untuk keluar dari belenggu yang menjerat tangan dan kakinya. Entah sampai kapan

Nina mencoba bersabar dan bertahan.
Tetapi sayangnya, kesabarannya tak berbuah manis.

Suami yang ditemani dari nol,
yang demi dia Nina rela meninggalkan keluarganya, suaminya itu tidak sanggup melewati segala uji.

Dengan alasan agar bisa melunasi hutang, sang suami memilih mencari kebahagiaannya sendiri. Berselingkuh dengan seorang janda yang bisa memberinya uang sekaligus kenikmatan.

Lalu apa yang bisa Nina lakukan untuk bertahan. Apakah dia harus merelakan perselingkuhan sang suami, agar dia bisa ikut menikmati uang milik janda itu? Ataukah memilih berpisah untuk tetap menjaga kewarasan dan harga dirinya?

ikuti kelanjutannya dalam

KETIKA SUAMIKU BERUBAH HALUAN

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34

Waktu terus berlalu, hingga tanpa terasa dua minggu telah terlewati. Kini tiba saatnya hari persidangan. Detik-detik menegangkan. Di ruang sidang yang sunyi, hanya terdengar detak jam yang berdetak nyaring, seakan ikut menghitung mundur kejutan yang akan datang.

Nina duduk tegang di kursi, tersisihkan dari kerumunan orang yang memenuhi ruang sidang. Di sampingnya, Hamdan, pengacaranya, tampak tenang..

Kursi tergugat nampak kosong melompong. Wito, sang tergugat, tak nampak batang hidungnya.

Nina mengerutkan keningnya, perasaan cemas mulai menggerogoti hatinya. Ia melirik Hamdan, mata keduanya bertemu, seolah menanyakan pertanyaan yang sama. Di mana Wito? Mengapa ia tidak hadir? Nina merasa khawatir, bagaimana jika ketidakhadiran Wito ini nanti menggantung nasib persidangan.

Nina juga tidak tahu di mana Wito berada. Sudah sejak sidang pertama mereka tak pernah lagi bertemu. Pernah sekali Wito pulang, tapi Nina tak mengijinkannya masuk ke dalam rumah. Mereka sudah pasti akan bercerai. Untuk apa lagi tinggal serumah. Lagi pula, rumah itu milik Nina. Jadi Nina merasa berhak menolak kedatangan Wito.

Hamdan mencondongkan tubuhnya, berbisik pelan ke telinga Nina, "Jangan cemas, Mbak Nina. Ketidakhadiran saudara Wito ini justru menguntungkan kita. Secara hukum, ketidakhadirannya dapat diartikan sebagai bentuk persetujuan atas permohonan cerai. Hakim bisa saja memutuskan perkara ini secara verstek, dan kemungkinan besar akan mengabulkan permohonan Mbak Nina."

Kata-kata Hamdan sedikit meredakan kecemasan Nina. Meskipun hatinya masih diliputi kekhawatiran, setidaknya ada secercah harapan yang mulai menyinari hatinya. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri.

Pandangannya kini fokus ke depan. Peduli amat dengan Wito. Ia takkan membiarkan bayangan wajah Wito muncul dalam benaknya. Lebih penting bagi nya memikirkan masa depan dirinya dan Agus.

Beberapa saat kemudian, sidang pun dimulai. Hamdan menyampaikan pembelaannya kepada hakim. Sebagai bentuk formalitas sidang, Ia kembali menjelaskan secara rinci alasan Nina mengajukan gugatan cerai, serta mengungkap perilaku Wito yang menyimpang.

Suara Hamdan berwibawa dan meyakinkan, kata-katanya runtut dan jelas, menciptakan suasana yang penuh keyakinan. Ia meyakinkan hakim bahwa persetujuan Wito yang tersirat melalui ketidakhadirannya seharusnya dianggap sebagai persetujuan atas keputusan hakim.

Setelah Hamdan selesai menyampaikan pembelaannya, hakim memberi kesempatan kepada pihak yang lain untuk memberikan tanggapan. Namun, karena ketidakhadiran Wito, tidak ada pihak yang memberikan tanggapan. Hati Nina berdebar kencang, menunggu putusan hakim.

Setelah hakim utama berunding dengan tim kehakiman lainnya, keputusan dijatuhkan. Hak asuh Agus jatuh ke tangan Nina. Tidak ada pembicaraan terkait pembagian harta gono-gini, karena memang itu tidak masuk dalam gugatan. Semua harta sudah pasti menjadi milik Nina dan Agus.

Nina merasa lega mendengar keputusan tersebut. Beban berat di pundaknya seakan terangkat. Ia mengucapkan syukur dalam hati. Semua perjuangannya, dukungan dari sahabat dan keluarganya, tidak sia-sia. Ia menjabat tangan Hamdan, mengucapkan terima kasih atas kerja kerasnya.

Pak Sukadi dan Pak Lik Bayan yang setia mendampingi pun turut merasa lega, mengucapkan selamat dan memberikan pelukan hangat. Bahkan, Hani, yang awalnya hanya khawatir dengan sahabatnya, ikut merasakan kebahagiaan yang tak terkira.

Di luar gedung pengadilan, Susilo berdiri menunggu. Pria itu tersenyum membaca pesan singkat dari Hani. Beberapa saat kemudian Ia menyaksikan Nina keluar dari ruang sidang dengan senyum yang merekah.

Hati Susilo berbunga, kegembiraannya meluap. Kali ini, ia tidak ragu. Ia menghampiri Nina. Ia sadar, Nina masih harus melewati masa iddah. Tak apa. Pertama-tama ia akan mendekatkan diri dengan ayah Nina dulu.

“Nina,” sapa Susilo.

“Mas susilo..?” Nina kaget melihat kedatangan kakaknya Hani.

“Aku nganter Hani tadi. Terus nunggu di luar.” Susilo menjelaskan.

“Pripun kabare (bagaimana kabarnya), Pak Lik?” Susilo mengulurkan tangannya pada Pak Sukadi.

“Alhamdulillah sehat, Lee. Suwe ora tahu pethuk kok mundhak tuwek. Anakmu wis piro?” (lama tidak jumpa, ternyata makin tua juga. Berapa anakmu)?” Pak Sukadi berkelakar sambil menerima uluran tangan Susilo.

“Dereng rabi, Pak Lik. Tasik ngentosi Nina. (Belum menikah. Masih menunggu Nina)” Ups. Susilo refleks membungkam mulutnya sendiri yang lancang hingga keceplosan. Yang lain terbelalak, sementara Hani menepuk keningnya.

“Ah, maaf. Bercanda. Bagaimana hasil sidangnya?” Susilo pura-pura bertanya. Untuk mengalihkan perhatian. Bersikap cool, meskipun dadanya sedang bertalu-talu.

Nina tertegun sejenak. Otaknya masih nge-Lag akibat ucapan Susilo barusan. Tapi segera menggelengkan kepala. Mengingat itu hanya candaan saja. Ia menatap wajah Susilo, lalu tersenyum.

“Alhamdulillah semua sudah selesai, Mas. Terima kasih, semua ini tak lepas dari bantuan Mas Sus,” ucap Nina. Tanpa dia sadari, senyumnya membuat hati Susilo semakin porak-poranda.

“Syukur deh. Aku senang dengar kamu sudah cerai. Ahh, itu maksudku, aku ikut senang kamu terbebas dari laki-laki seperti Wito.” Susilo memperbaiki ucapannya.

“Matur nuwun ya, Sus. Kamu sudah mau susah-susah bantu Nina ngumpulkan bukti.” Pak Sukadi menepuk pundak Susilo.

“Ahh, itu cuma karena kebetulan saya sama Hani lihat saja, Pak Lik. Saya dan Hani ikut gak terima, Nina dikhianati seperti itu.”

“Yo wes. Pokoke matur suwun. Ayo kita pulang. Keburu panas.” Pak Sukadi mengajak mereka bubar.

“Kalau boleh, biar saya sama Hani yang antar, Pak Lik.” Tanpa menunggu jawaban, susilo sudah berjalan lebih dulu ke mobilnya.

“Sampean karo Susilo ora popo, Kang. Aku tak karo sopirku. Soale aku jik ono perlu.” Pak Lik Bayan tidak ikut. Ia hanya mengantar kakaknya sampai ke tempat mobil susilo diparkir.

“Ya sudah kalau begitu. Aku pulang dulu sama Nina ya. Nanti gak usah jemput ke rumah Nina. Biar aku pulang pake motornya Nina saja.”

“Yo wis, ati-ati! (Ya sudah, hati-hati)”

“Monggo, Pak Lik.” Susilo membuka pintu depan, dan menuntun pak Sukadi untuk duduk di sebelah kemudi. Nina duduk di tengah beraama dengan Hani.

“Kok malah ngerepotin Kamu lagi, Sus.” Pak Sukadi merasa tak enak hati.

“Mboten (tidak) repot, Pak Lik.” Susilo menutup pintu mobil setelah memasang sabuk pengaman untuk pak Sukadi.

“Kulo riyen nggih, Pak Lik. (Saya duluan, ya?)” Susilo mencium punggung tangan Pak Lik Bayan sebelum kemudian masuk ke mobil.

“Ati-ati…!”

***

Di tempat lain, Wito yang saat ini tinggal di rumah reot peninggalan almarhum ayahnya, pria itu baru bangun tidur. Semalam dia membeli dua botol bir untuk menghilangkan stress. Meskipun dia membiarkan dirinya bercerai, nyatanya tetap ada sisi hatinya yang yak rela. Rasa sesal yang mendalam kini ia rasakan. Namun bukan sesal karena telah melakukan kesalahan, melainkan sesal karena kini ia telah kehilangan segalanya.

Kini hanya motor butut yang menemaninya. Mobil pick up sudah diambil Nina karena dulu dibeli dengan menggunakan nama Nina. Ingin melawan juga tak bisa, karena dia sudah kalah dengan surat perjanjian. Rumah ayahnya ini, untung dulu Nina tidak mau menerimanya, karena jika pun mau dipindah, terlalu banyak biaya untuk perbaikan. Karena tanah tempat berdirinya rumah itu adalah hak Kang Damin. Hanya saja Damin sudah tidak lagi bisa mengelolanya.

Merasa perutnya keroncongan, Wito segera bangkit dari tempat tidurnya. Memijat pelipisnya yang terasa pening akibat banyaknya bir yang dia minum. Berjalan ke sumur yang ada di belakang rumah untuk mencuci muka. Enggan rasanya untuk mandi. Air di sumur tua lebih dingin dari air di kamar mandi rumah Nina.

***

“Sarapan satu sama kopi satu, Mbak.” Wito memesan makanan di warung Mbak Ratih. Untung dia masih memiliki simpanan uang, yang dia ambil secara sembunyi-sembunyi dari hasil panen. Kalau tidak entah mau makan apa dia.

“Welehhh, ono dudo anyaran. (Ada duda baru)” celetuk Lik Lamidi yang melihat kedatangan Wito.

“Enak ya Wit jadi duda? Jam segini baru bangun pun nggak ada yang ngomel,” sambung Mbah Karso.

Wito diam, enggan untuk menanggapi. Ia tahu mereka semua hanya menyindir dan mengejeknya. Tidak peduli, toh Dia tidak minta makan dari mereka.

Selesai mengganjal perut, Wito segera pulang daripada mendengar ocehan yang membuat telinganya panas. Duduk di kursi usang, membuang nafas kesal. Bangkit lagi memakai jaket, lalu menyambar ponsel dan kunci sepeda motor bututnya. Daripada suntuk di rumah, lebih baik dia pergi menemui Anton.

1
Patrick Khan
wito wito tobat lah tobat
Nar Sih
ahir nya nina jdi janda dan wito ...duda anyaran sipp kak lanjutt
Asyatun 1
lanjut
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
oooo oh kamu ketauan😅😅
Sunaryati
Si Anton sudah pergi, dia hanya mempermainkan kamu Wito. Mungkin Balas dendam padamu. Tebakan ini semoga benar
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
dia or dua
tak or yak?
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
untuk apa untung
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
calon mantu itu loh, pak sukadi /Facepalm/
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
aduh,, mas Sus ini orangya cablak ternyata /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
morat marit gak tuh atimu suuusss??
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
janya???
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
bang bayiiikkk, zuzur amat sih pak,e?/Facepalm/
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
bukannya klo wito tidak datang justru, cepat keyok palu?
tse
tapi sayang sampai di rumah anton ga ada siapa2..wkwkwkwkwkwk....rasakan kau wit...hidup sendirian.........
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: wkwkwk 😂🤣🤣
total 1 replies
FT. Zira
ya taruh ditempatnya lah.. mau taruh dimana lagi emang/Smug/
Nar Sih
cerita antara wito dan nina bnran bagus lho moms 👍
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: terima kasih, semoga betah lanjut sampai akhir 🙏🙏
total 1 replies
Asyatun 1
lanjut
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
apa mungkin anton menyimpan dendam karena ditinggal wito nikah sm nina? jd sekarang dia mau bls dendam
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
tapi aku suka sayur terong, apalagi klo di balado.../Sweat/
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
sepele ndasmu wit, pemyakitmu rk mari kok . snjtamu perlu d ketok memang wis tau kr janbol romlah saiki jeruk makan jeruk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!