Liburan Berunjung Dapat Jodoh

"Halo semuanya, apa kabar kalian? Kembali lagi di channel Tiffany... hehe, aku tidak menyangka akan begitu banyak pengikut setelah aku mengunggah fotoku bersama Pangeran Ashan. Banyak yang mengatakan bahwa itu edit? Kalian salah besar!!! Aku benar-benar mengambil foto bersamanya!" ucap Tiffany dengan tegas di layar kamera hpnya.

"Ternyata banyak yang mengenalnya? Ah, betapa bodohnya aku dulu mengira dirinya seorang pekerja biasa. Inilah mengapa kita harus banyak-banyak aktif di sosial media, betapa tampan dan viralnya Ashan di situs website," ucap Tiffany merasa menyesal tidak mengenal Ashan saat pertama kali melihatnya. Pangeran Mahkota dari negara timur memang sangat terkenal dari kunjungannya ke beberapa negara besar.

Akun sosial media Tiffany langsung heboh saat Tiffany tanpa mengetahui bahwa Ashan terkenal, ia langsung mengunggahnya, dan mendapatkan banyak sekali like, pengikut, dan juga komentar.

Dan saat ini, ia sedang membuat video penjelasan atau klarifikasi atas gambar yang ia unggah di sosial medianya di dalam kamar.

Sampai saat ia kembali mengunggah video klarifikasi tersebut, ia malah kedatangan tamu yang tak diundang, yaitu Cindy.

"Tiffany?" sapa Cindy yang berdiri di depan pintu kamarnya.

"Kamu?" ucapnya sambil menunjukkan wajah kebingungan. "Apa yang kamu mau sampai masuk ke dalam kamarku tanpa permisi?" tanya Tiffany, mulai turun dari atas kasurnya dengan cepat.

"Ah, maaf, saya melihat pintu kamarmu terbuka, jadi saya pikir saya bisa masuk untuk menyapamu, karena kamar kita sebelahan," seru Cindy, berjalan perlahan mendekati Tiffany.

"What!? Kok bisa? Dan bagaimana caranya kita sebelahan, dan bagaimana kamu tahu ini kamarku?" tanya Tiffany sedikit merasa kesal.

"Hahaha, jangan marah, Tiffany. Tentu saja bisa, karena aku merupakan calon istri Pangeran Ashan yang langsung direstui oleh Ratu. Ratu tentu memberiku kamar yang harus berhadapan dengan kamar Pangeran. Dan tentu saja saya mengenal kamarmu, kamarmu merupakan kamar impianku," ucap Cindy dengan tersenyum sombong di hadapan Tiffany.

"Bagaimana jika kita bertukar kamar? Kamu di kamarku dan aku di kamarmu?" sarankan Cindy dengan acuh tak acuh.

Mendengar hal itu, tentu Tiffany merasa kesal, tapi ia tidak ingin menampakan nya kepada Cindy. Jika Cindy tahu ia merasa kesal, bisa saja Cindy merasa senang karena ucapannya berhasil menganggu Tiffany.

"Haha? Tidak terima kasih, aku sudah sangat menyukai kamar ini, dan aku rasa Ashan tidak akan suka jika ia tahu kamar ini ditempati wanita lain selain aku, secara aku merupakan wanita pilihan yang disukai Ashan langsung," ucap Tiffany sambil tersenyum tipis kepada Cindy.

Wajah Cindy langsung berubah menjadi marah saat ia mendengar jawaban datar Tiffany. Ia hanya berdengus kesal dan langsung meninggalkan Tiffany begitu saja.

"Lah...? Udah pergi nih? Lemah!!!" ketus Tiffany merasa kesal saat sudah tidak melihat Cindy lagi. Tapi saat itu juga, Ashan malah datang dengan wajah keheranan.

"Sayang? Siapa yang lemah?" tanya Ashan yang baru masuk dan langsung dikatai lemah oleh Tiffany.

"Eh? Ashan...? Ada apa? Apa yang membuatmu datang ke kamarku?" seru Tiffany langsung berlari menghampiri Ashan. Saat Ashan melihat Tiffany menyapanya dengan manis, ia mengecilkan kedua matanya dan sambil tersenyum miring.

"Kamu kenapa, sayang? Tidak biasanya kamu bersikap manis denganku," tanya Ashan merasa senang. Semua masalah tentang kerajaannya langsung hilang saat melihat wajah dan tingkah Tiffany.

"Emangnya tidak boleh, yah?" tanya Tiffany sambil menekukkan mulutnya, merasa sedih.

"Eh? Boleh, boleh, sayang. Kemari, biarkan saya memelukmu sebentar saja. Kamu merupakan harta paling berharga yang saya temui. Kenapa kamu baru datang di hidup saya, Nona Tiffany?" gumam Ashan sambil membuka kedua tangannya lebar dan memeluk erat tubuh kecil Tiffany dengan penuh hikmat. "Terima kasih telah lahir. Akan saya jaga dirimu dengan baik."

"Ashan...? Apa kamu sedang dalam masalah? Kamu boleh menceritakan semuanya kepadaku," tanya Tiffany, merasa peka dengan sikap Ashan yang ingin memeluknya.

"Hm? Tentu saja, masalahnya kamu masih belum mencintai saya. Itu adalah masalah terbesar dalam hidup saya," balas Ashan yang masih memeluk tubuh Tiffany.

Mendengar hal itu, Tiffany dengan cepat melepaskan pelukan dari Ashan dan menatapnya tajam.

"Apa? Apa saya salah, sayang? Kenapa? Apa kamu ingin mengatakan sesuatu?" tanya Ashan, mencoba untuk tidak tertawa.

"Kamu mencoba memancingku untuk mengatakan hal yang belum aku ingin katakan..." ketus Tiffany, menatap lebih tajam ke arah Ashan yang ingin tertawa.

"Tidak..." seru Ashan dengan cepat menggelengkan kepalanya.

"Jangan marah, sayang. Kemarilah, saya masih ingin memelukmu," sambung Ashan, menarik lengan Tiffany dengan lembut.

"Sebentar, Ashan... Kamu belum menjawabku, kenapa kamu datang ke kamarku? Kenapa kamu tidak mengunjungi wanita lain di sebelah kamarku?" ketus Tiffany, mendorong tubuh Ashan lagi untuk menjauh.

"Apa? Wanita lain? Hahahaha, sayang...? Kamu merupakan satu-satunya wanita ku. Jika pun ada wanita lain, itu merupakan putri kita nanti. Tapi siapa yang kamu maksud?"

Mendengar hal itu, Tiffany terdiam sejenak. Ashan pun menatapnya dengan serius. "Kemari duduklah di sini, dan katakan apa yang ingin kamu katakan kepada saya. Jangan diam, saya mohon," pinta Ashan sambil membawa Tiffany ke sebuah tempat duduk di dalam kamar.

Pelan-pelan, Tiffany mulai tenang dan mulai menatap wajah Ashan. "Kamu...? Apa kamu tidak akan pernah mencari wanita lain saat kamu mengatakan mencintai aku?" tanya Tiffany, ragu akan dirinya karena trauma akan masa lalu.

Ashan, yang sama sekali tidak tahu menahu tentang masa lalu Tiffany, tentu tidak mengambil serius atas pertanyaan tersebut. Yang hanya ia tahu, ia jatuh cinta dengan Tiffany. "Tidak akan, saya mencintai mu, Tiffany. Tidak akan ada wanita lain yang kamu maksud itu," ucap tegas Ashan.

"Baiklah. Aku sedikit merasa tenang, tapi tidak akan lama, karena sekarang Cindy tinggal tepat di sebelah kamarku," ucap Tiffany, mulai mengadu.

Mendengar pengakuan tersebut, Ashan terdiam. Sebenarnya, ia menahan diri untuk tidak marah di depan Tiffany. Ia hanya menunjukkan wajah datar tanpa ekspresi.

"Tunggu di sini, saya akan kembali. Ada juga yang ingin saya katakan kepada mu, sayang. Saya mencintai mu, jangan terlalu memikirkan Cindy. Dia hanya orang asing bagi saya," pungkas Ashan sambil mengelus lembut pangkal kepala Tiffany dan berlalu pergi. Entah ke mana.

...*******BERSAMBUNG*********...