Kisah ini bukanlah tentang perasaan yang timbul karena adanya ketertarikan pada seseorang, melainkan tentang adanya perasaan yang diawali dari kebencian, lebih tepatnya adalah balas dendam.
Semuanya dimulai dari Devano Alian Laxbara, seorang pemimpin geng motor besar sekaligus pengendali teknologi. Dia memiliki sikap dingin, tegas, dan wajah yang nyaris sempurna. Siapa sangka, seorang Vano yang tak ingin terjerumus ke dalam percintaan kini seketika berubah saat bertemu Azzura Hasnal Alexander, gadis yang dikenal ramah dan ceria, namun ternyata menyimpan banyak rahasia dalam dirinya. Ia sengaja mendekati Vano dengan alasan balas dendam melalui pembunuh bayaran. Seiring berjalannya waktu, ia malah terlanjur jatuh cinta berkali-kali sehingga ia lupa dengan rencana balas dendamnya, yang pada akhirnya ia masuk ke dalam perangkapnya sendiri.
Vano yang curiga akhirnya mengetahui bahwa Zura, yang selama ini ia prioritaskan, ternyata ingin menghancurkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LidaAlhasyim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERHATIAN VANO
_______________________________________
~ 𝔹𝔸𝕊𝕂𝔼𝕋𝔹𝔸𝕃𝕃 ~
ׅ𝚂𝙼𝙰 𝙶𝙰𝙻𝙰𝚇𝙰
𝚅𝚂
𝚂𝙼𝙰 𝚁𝙰𝚄𝙾𝙽𝙳𝙴𝙻
𝚂𝙼𝙰 𝙶𝙰𝚁𝚄𝙳𝙰
𝚂𝙼𝙰 𝙱𝙰𝙶𝙰𝚂𝙺𝙰𝚁𝙰
_________________________________________
Hari ini SMA Galaxa bertanding basket dengan tiga sekolah sekaligus. Vano dan kawan- kawan sudah lama menyiapkan diri di tempat.
Teriakan dari para penonton baik dari murid Galaxa maupun sekolah lain, kini membahana di lapangan yang begitu luas.
Bendera Albatros dengan lambang elang bermata biru, sudah terpampang di setiap penjuru, semua mata menatap takjub Albatross saat ini.
Untuk ronde pertama, tim Vano berhasil mengalahkan SMA Bagaskara dan Garuda, kini mereka bersiap-siap untuk ronde yang ke tiga.
Semua orang sontak penasaran dengan tim akhir ini, apakah Galaxa bisa mengalahkan Raondel?
Sudah terkenal bahwa tim basket dari SMA Roundel juga tak kalah hebatnya dalam bermain.
Dari kejauhan, Vano tak sengaja melihat Zura yang tersenyum kearahnya, entah mengapa ia ingin sekali membalas senyuman itu, tapi egonya lebih tinggi ketika di depan teman- temannya.
Vano pun memfokuskan kan diri saat melihat lawan terakhirnya.
"Anggap gue sebagai musuh!" ucap Vano kepada seseorang yang ingin mengambil bola dari tangannya, ia adalah Aska Albian Laxbara, sepupu Vano sendiri.
"Gimana pun, gue gak bisa lawan tim lo bang! "
Aska kemudian mengalihkan bola ke timnya. Namun, Vano berhasil merebutnya kembali.
Hingga detik-detik kemenangan pun hampir dekat, kedua tim ini tidak menyerah sama sekali, sejak tadi skornya selalu saja sama.
Tak lama dari itu, Vano pun berhasil memasukkan bola, dan skor mereka lah yang tertinggi saat ini.
"NJIR!, HEBAT BANGET MEREKA!"
"HUHUY, TIM VANO EMANG KEREN! "
"GANTENG BANGET YANG TADI MASUKIN BOLANYA!"
"BERDAMAGE BANGET, ASU!"
"UDAH KETEBAK, SIAPA PEMENANGNYA! "
Sorakan kembali terdengar dari penonton saat Vano dan timnya menerima penghargaan dari tiga sekolah sekaligus.
Ketiga tim ini pun berfoto, terlihat dari mereka sangat senang walaupun di antara tim mereka kalah.
◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦
"Van."
Vano menoleh saat Zura datang sembari memberikan air minum iso tonik untuknya.
Tanpa pikir panjang, Vano pun langsung menerimanya dan menegukknya sampai kandas, hal itu membuat Zura tersenyum.
"Makasih!"
"Lo mau gak, nanti kekantin bareng gue? "ajak Zura sambil menunggu jawaban dari cowok itu.
"Sorry, gue nanti ada urusan," Vano sebenarnya ingin mengiyakan ajakan gadis itu, tapi karena mengingat ia harus membicarakan sesuatu hal penting bersama Akmal.
"Yaudah, gak papa!"
Zura tidak memaksa cowok itu, mungkin saat ini ano sedang sibuk, lain kali ia akan mengajak Vano kembali.
gue gak boleh egois!
◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦
"Baksonya dua, yang satu pedes, yang satunya sedang-sedang aja kang! "
Sasya lantas kembali ke tempat duduknya setelah memesan bakso .
"Lo kayak udah kurusan Sya," ucap Zura, sembari memperhatikan tubuh Sasya yang tidak seberisi dulu.
"Gue diet Ra!"
Sebenarnya, Sasya akhir- akhir ini sedang galau karena Bara. Cowok itu berhasil masuk ke pikirannya setelah Rangga bercerita tentang Bara yang rela putus dengan jejeran pacarnya hanya demi Sasya.
Zura hanya menganggukkan kepalanya, memang terlihat beberapa hari ini Sasya tidak makan atau ngemil sebanyak biasanya, biasanya, gadis itu akan membawa bekal dari rumah, dan di tambah lagi makan di kantin.
Bakso yang di pesan pun datang, dan keduanya mulai memakannya. Namun, tak lama dari itu, Zura langsung tersentak oleh kelakuan seseorang.
BLURR!!
Orang itu menuangkan air tepat di seragam Zura, sontak ia menatap tajam sang pelaku.
"Maksud lo apa?" Zura membentak gadis jahat itu, ia tak terima dengan kelakuan Syailen yang sudah keterlaluan.
Seisi kantin pun hanya diam, ketika memperhatikan keributan di depan mereka saat ini, tidak mau ikut campur urusan keduanya.
" Ko beraninya ya, deket- deket Vano lagi! "
"Trus, kenapa kalo zura deket sama Vano! " Sasya juga tak terima dengan sikap Syailen yang menurutnya sangat memalukan .
"Bukan urusan lo! " ucap Syailen sambil menunjuk Sasya, kemudian ia beralih ke pada Zura yang menutup bagian seragamnya yang basah.
Syailen dengan otak liciknya menarik rambut Zura dan menyiramnya kembali tanpa memperdulikan gadis itu merasakan kesakitan. Zura tidak bisa melawan karena teman- teman Syailen yang lainya ikut membantu.
Sasya juga berusaha memisahkan keduanya dengan sekuat tenaganya, tapi ia tetap tidak boleh menunjukkan identitasnya sebagai inti albatros.
"LO UDAH PERNAH GUE PERINGETIN BUAT GAK DEKAT SAMA VA-----"
"Dasar bajingan!"
Sasya terdiam di tempat saat mengenal pemilik suara tegas itu.
"Sejak kapan lo selicik ini?" Vano menatap Syailen dengan tatapan tajam dan tidak percaya.
Saat ini Syailen merasa sakit sekaligus malu karena sikap Vano barusan, apalagi Vano tidak sendiri, melainkan ada Bara, Ariyan, Akmal dan Rangga juga ada di sana.
Vano bergegas kearah Zura yang berdiri di belakang Sasya karena tubuhnya yang sudah basah kuyup, tanpa aba- aba, cowok itu langsung menutupi tubuh Zura dengan jaket kebesaranya .
Cowok itu pun membawa Zura pergi tanpa memperdulikan orang-orang memperhatikan nya, yang terpenting menurutnya adalah , Zura harus di bawa pergi, rasanya tak nyaman bila memakai seragam yang basah apalagi jika tembus pandang.
Saat sudah jauh dari kantin, Vano pun menyuruh Zura menggantikan seragamnya menuju loker, ketika Vano ingin melangkahkan kakinya untuk pergi, tiba-tiba ia berhenti saat Zura mengatakan sesuatu.
"Makasih ya! "
"Gue nolong lo, hanya sekedar kasihan, bukan lebih! "
Cowok itu pun melanjutkan kan langkahnya menuju kantin, yang mana teman- temannya masih berada di sana. Sedangkan Zura, gadis itu memandangi punggung Vano yang semakin menjauh. 𝘵𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢 𝘴𝘢𝘪𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘨𝘶𝘦 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘵, 𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘱𝘦𝘵𝘪𝘯 𝘭𝘰!
◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦