Cinta yang terhalang restu dan rasa cinta yang amat besar pada kekasihnya membuat Alea Queenara Pradipta mau menuruti ide gila dari sang kekasih, Xander Alvaro Bagaskara. Mereka sepakat untuk melakukan hubungan suami istri di luar nikah agar Alea hamil dan orangtua mereka mau merestui hubungan mereka.
Namun di saat Alea benar-benar hamil, tiba-tiba Xander menghilang begitu saja. Bertemu lagi lima tahun kemudian, tetapi Xander telah menikah.
Lalu bagaimana nasib Alea dan anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Tidak Menjual Anakku
"Anda siapa mau meminta anak saya?" Alea menunjukkan senyuman sinis pada David.
David tidak menjawab.
"Anda sangat lucu, Tuan. Tiba-tiba datang dan meminta anak saya? Menggelikan!" sambung Alea.
"Saya tidak ingin berbasa-basi." David mengulurkan selembar cek dengan nominal sepuluh miliyar ke hadapan Alea. "Berikan anak itu pada saya!"
Alea ingin marah pada saat itu juga, tetapi masih mencoba untuk tenang, tidak terpancing oleh semua tindakkan David.
Alea membungkuk, mengulurkan tangan untuk mengambil cek itu, gerakannya pelan penuh perhitungan, menatapnya sekilas cek itu, sebelum kembali melihat ke arah David.
"Sepuluh miliyar," ucap Alea. "Saya pikir keluarga Bagaskara itu keluarga yang kaya raya, tapi kau hanya menghargai cucumu dengan nominal yang tidak seberapa ini?" sindir Alea.
"Nominal itu lumayan banyak. Saya tahu kau perempuan seperti apa? Perempuan murahan yang hanya ingin mengejar harta!" hina David.
"Aku memiliki uang lebih dari ini dari bisnis saya sendiri," balas Alea.
David tidak membalas kata-kata Alea, pria paruh baya itu hanya menatap Alea dengan tatapan remeh.
"Kalau itu penilaian Anda tentang saya, kenapa Anda justru meminta anak dari wanita yang tidak benar seperti saya?" tanya Alea ada ejekkan di balik perkataannya. "Apakah menantu dan anak Anda tidak bisa memberikan Anda cucu? Sehingga Anda memintanya dari orang lain?"
Kata-kata Alea bak belati yang menusuk jantung David. Selama ini tidak ada yang berani bicara asal padanya. Namun wanita muda di hadapannya justru tanpa berpikir mengeluarkan kata-kata seolah menghina dirinya.
"Anakmu memiliki darah Bagaskara?" ucap David pelan, tetapi penuh penekanan.
"Lalu?" tanya Alea terkesan tidak peduli dengan David.
"Dia harus tinggal dalam lingkungan keluarga saya," jawab David. Nada bicaranya terdengar seperti menahan amarah.
"Anda juga harus ingat, Tuan Bagaskara!" Alea menekan kalimat terakhirnya. "Darah Pradipta juga mengalir dalam diri anak saya."
"Jangan main-main dengan saya!" ucap David geram. Tatapannya seperti sedang mengintimidasi perempuan itu.
"Bukan saya yang sedang bermain-main di sini, Tuan Bagaskara. Tapi Anda sendiri yang sedang bermain-main dengan saya!" balas Alea. "Lagi pula anak saya lahir sebelum saya dan Xander menikah. Anda tidak bisa menuntut apapun atas anak saya," tegas Alea.
"Kau!" Rahang David mengeras, telapak tangan yang ada di atas mereka mengepal kuat, terlihat oleh Alea, tetapi perempuan itu tidak gentar. Ia tetap akan mempertahankan Axelio.
"Jika tidak ada yang ingin Anda bicarakan lagi, saya permisi," ujar Alea. "Sebelum itu saya ingin berterima kasih Anda sudah membayar biaya pengobatan anak saya. Berapa yang harus saya ganti?" tanya Alea.
"Saya tidak mau menerima uang darimu," tolak David.
"Baiklah kalau begitu, saya permisi." Alea mendorong kursinya ke belakang lantas berdiri. Sebelum pergi, Alea mengambil cek yang David berikan kemudian merobeknya. "Saya tidak menjual anak saya." Alea membuang robekan kertas itu di depan David, setelahnya pergi dari tempat itu.
Alea keluar dari ruangan itu sembil menggerutu, tidak percaya dengan tindakan David. "Dia pikir dia siapa? Seenaknya saja mau membeli anak orang."
Beruntung niatnya untuk mengajak Axelio menemui David ia batalkan. Jika ia tetap membawa Axelio, entah apa yang akan dilakukan oleh David saat itu, kemungkinan laki-laki paruh baya itu akan membawa Axelio secara paksa.
"Dasar orang tua tidak tahu diri," gerutu Alea.
Tiba di parkiran Alea membawa langkah menuju mobil miliknya. Sampai di samping mobil, tangan Alea terulur untuk membuka pintu mobil, itupun masih dengan menggerutu kesal. Saat akan masuk, Bella meletakkan jari telunjuknya di depan bibir, mengisyaratkan pada Alea untuk diam.
Pandangan Alea turun, melihat Axelio tidur dengan menjadikan pangkuan Bella sebagian bantal. Alea mengangguk, kembali menutup pintu mobil, lantas berpindah duduk di bangku penumpang belakang, di samping Nino.
"Ke apart saja!" perintah Alea pada Nino. Nada bicaranya masih terdengar kesal.
"Baik, Nona," sahut Nino. Setelah itu, Nino melajukan mobilnya menuju apartemen Alea.
"Kau baik-baik saja Alea?" Kening Bella mengerut melihat Alea terlihat sangat kesal.
"Aku baik-baik saja. Aku hanya kesal, Bella," jawab Alea.
"Why?" tanya Bella. "Terjadi sesuatu di dalam tadi? Apa orang itu melakukan sesuatu yang buruk padamu?" tanya lagi Bella.
Alea merespon pertanyaan Bella dengan anggukkan kepala, lantas menceritakan apa saja yang dirinya bicarakan dengan David.
"Benarkah dia melakukan ini?" tanya Bella. "Aku sungguh tidak mempercayai ini."
"Aku juga tidak percaya, Bella. Jika dia ingin menemui Axel aku tidak masalah dan tidak akan menghalangi, Bella. Tapi jika sudah seperti ini, aku harus berpikir seribu kali untuk mempertemukan Axelio dengan dia," ucap Alea. "Beruntung tadi aku tidak membawa Axel bersamaku tadi. Jika aku nekat membawa Axel, mungkin dia akan membawa Axel secara paksa," sambung Alea.
"Mulai saat ini kau harus waspada, Alea. Aku khawatir orang itu nekat dan mengambil Axelio tanpa sepengetahuanmu," peringat Bella disambut anggukkan oleh Alea.
Setelah menempuh perjalanan selama empat puluh lima menit, mereka tina di apartemen. Alea sengaja membawa pulang Axelio ke apartemen agar putranya itu bisa beristirahat lebih tenang, juga membatasi pergerakan Axelio sampai anak itu benar-benar pulih.
Alea lebih dulu turun dari mobil, membiarkan Nino menggendong Axelio sampai ke unit apartemennya.
"Baringkan Axel langsung di kamar saja," suruh Alea pada Nino. Alea berjalan lebih dulu menuju kamar Axelio, membuka pintu kamar itu.
Nino lantas membaringkan Axelio perlahan agar tidak membangunkan anak itu.
"Saya langsung pergi, Nona," pamit Nino.
"Baiklah, terima kasih sebelumnya," balas Alea.
Nino membungkuk, memberikan salam pada Alea sebelum pergi dari tempat itu. Alea menyelimuti tubuh Axelio sampai batas dada, lalu duduk di tepi tempat tidur, mengusap-usap kening putranya.
Setelah puas memandangi wajah putranya, Alea keluar dari kamar itu, membiarkan putranya beristirahat.
"Kau mau makan, Bella?" tawar Alea.
"Ya aku sangat lapar, Alea," jawab Bella. "Tapi aku sudah pesan makanan. Jadi jangan masak untukku," ledek Bella.
Alea tertawa mengingat dirinya pernah beberapa kali memasak untuk Bella dan hasilnya sama saja, gosong. Karena keasikan mengobrol dengan sang sahabat dirinya sampai lupa jika sedang memasak.
Tidak lama makanan yang Bella pesan datang. Mereka bersama-sama duduk di meja makan. Keduanya makan sambil mengobrol. Hingga waktu yang semakin larut memaksa mereka untuk berpisah.
Alea mengantar Bella sampai ke depan pintu. Bersamaan dengan itu seorang laki-laki terlihat berjalan ke dekat mereka. Laki-laki yang sangat gagah dan tampan, hingga membuat Bella tidak bisa berpaling. Alea justru bingung, dari mana laki-laki itu tahu keberadaannya.
"Dia siapa, Alea?" Bella berbisik di dekat telinga Alea.
"Xander," jawab Alea membuat ekspresi wajah Bella berubah.
"What? Kenapa kau tidak bilang dari tadi?" gerutu Bella.
"Kau baru bertanya," balas Alea. "Aku pikir kau sudah tahu jika dia Xander, karena wajahnya mirip dengan Axelio," imbuhnya.
"Aku tidak menyadari itu," bisik Bella takut Xander mendengar ucapannya. "Dia begitu tampan saat dilihat secara langsung, pantas saja kau tidak bisa berpaling darinya."
"Shut up, Bella," omel Alea, tetapi justru membuat Bella terkekeh.
"Baiklah, aku pulang dulu." Bella mengambil langkah pergi saat Xander semakin mendekat ke tempat mereka berdiri. "Ingat dia suami orang, Alea."
"Bella ..."
astaga kapan dapat karma dia
penasaran dengan ortu Xander saat tau ada cucu nya
pasti seru