Tentang seorang menantu yang tidak di perlakukan baik oleh keluarga suaminya.
Setiap hari nya harus menahan diri dan memendam sakit hati.
Lalu di tengah kesuksesan yang baru di reguknya, rumah tangganya di terpa badai pengkhianatan.
Akankah dirinya mampu bertahan dengan rumah tangganya?
Cerita ini belatar kehidupan di daerah Sumatera, khusunya suku Melayu. Untuk bahasa, Lebih ke Indonesia supaya pembaca lebih memahami.
Jika tidak suka silakan di skip, dan mohon tidak memberi penilaian buruk.🙏
Silakan memberi kritik dan saran yang membangun🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Ramdan 2
Ramdan telah tiba di kota.
Dirinya tidak langsung pulang ke kontrakan Dahlia, karena akan menemui pengacara.
Setelah menemui pengacara di cafe, Ramdan mengambil amplop dari saku jacket nya.
“Ni duit, selebihnya akan aku beri setelah Hak asuh anak akan jadi milikku!’’ ucapnya sombong.
“Aku akan buat sebaik mungkin, tapi aku tak janji. Sebab kau yang menduakan bini kau, jadi angkat sedikit susah. Tapi aku akan usahakan.’’ ujarnya, mengembalikan uang sogokan dari Ramdan.
“Alah mana bisa macam tu. kata nya kau pengacara terbaik di sini, macam tu saja kau takut.’’ ucap Ramdan agak kesal.
“Ini bukan soal hebat atau tak. Ni soal keadilan, walau hebat macam mana pun. Seorang pengacara, kalau memang buktinya kau yang salah, tetap tidak akan berpihak pada kau.’’ balas Yoga. Pengacara yang di pilih Dahlia.
“Ckkkk!!! Terserah. Pokoknya anak harus jatuh pada ku.’’ ucap Ramdan ngeyel, kalau dirinya meninggalkan cafe dan menunggu di mobil.
“Jadi lelaki macam tu pilihan kau? Dahlia-dahlia... Tak ku sangkanya, anak berpendidikan dan orang berada macam kau malah menyukai suami orang.’’ ucap Yoga menyindir teman sekolahnya.
“Aku cuma suruh kau kerja dan kau ku bayar mahal, bukan untuk menasihati kami.’’ ujar Dahlia kesal. Dirinya beranjak dari tempat duduk dan pergi.
“Sedari dulu tidak pernah berubah dirimu Dahlia. Padahal banyak lelaki yang menyukaimu, termasuk aku’’ batin Yoga. Dia tersenyum karena pikirannya.
.
.
Ramdan pagi-pagi sekali pulang kampung. Dirinya sengaja pulang untuk mencari surat tanah dan akan menjualnya. Ketika membuka almari, dirinya girang bukan main. Bukan hanya surat tanah yang di ambil, tetapi surat rumah dan perhiasan Sarimah juga. Dirinya tidak menyangka, selama ini Ibunya menyimpan perhiasan. Ramdan bagaikan tertimpa durian runtuh.
Ramdan berniat akan merebut hak asuh anak. Dia sangat marah karena Sari sudah membuat anak-anak menjauhi nya, di tambah kini Ibunya juga memusuhi Dia. Di tambah hasutan dari Dahlia, makin bersemangat lah Ramdan ingin menghancurkan Sari. Ramdan tidak tahu, jika Dahlia sama sekali tidak berminat untuk merawat anaknya. Dahlia hanya mencari muka di dengan menghasut Ramdan. Dahlia ingin Sari menderita karena anak-anak di pisahkan darinya.
.
.
Di kontrakannya, ternyata Dahlia kedatangan kedua orangtuanya.
“Jika Ibu dan Ayah datang hanya untuk menyuruh ku berpisah dari bang Ramdan, lebih baik kalian pergi sajalah’’ ucap Dahlia menggandeng tangan Ramdan, seolah takut di rebut dari nya.
“Kurang ajar betul muncung mu itu Dahlia. Makin hari ku tengok makin tak ada sopan santun saja kau terhadap orang tua.’’ ucap Ibu nya.
Sedang ayah Dahlia masih terdiam. Terkejut mendengar ucapan anaknya yang menurutnya keterlaluan ini.
“Dan kau jantan sialan! Tak sadarkah kau sudah punya anak bini, kenapa kau malah main gila dengan anak ku?_’’ Sembur Ibu Dahlia ke Ramdan.
“Jantan macam ini kah yang kau gilai dahlia? Tak kau tengoknya Dia dengan mudahnya menduakan anak istrinya tu. Bisa saja suatu hari nanti kau juga kena kualatnya.’’ Ibu Dahlia menuding Ramdan.
“Bang Ramdan tak kan menduakan Aku, karena kami saling cinta. Kalau dirinya meninggalkan istrinya itu wajarlah. Karena Dia hanya dijadikan pelarian saja.’’
Plakkkkkk!!!!
Tamparan keras mendarat di pipi bopeng Dahlia. Tamparan dari tangan sang ayah, Karen orang tua ini sudah tidak tahan mendengar ucapan kasar sang anak.
“Ku kira saat Ibu kau bercerita tentang kelakuanmu itu hanya Dia yang berlebihan ataupun salah sangka. Ternyata aku salah, kau lebih buruk dari ceritanya! Wanita macam apa kau ni? Terbuat dari apa hati mu ni Dahlia? sampai hati kau merusak kebahagiaan wanita lainnya, dan kau memisahkan anak dari ayahnya.’’ ujar Ayahnya kecewa pada putri satu-satunya.
“Semarah-marahnya Pak Cik pada Dahlia, tak patut bermain tangan padanya nya. Dan juga Dahlia tidak pernah memisahkan aku dengan anak ku, Mantan istri ku yang menghasut anak-anak supaya menjauh dari ku.’’ bela Ramdan. Dia mengusap lembut pipi Dahlia.
“Diam kau sialan!’’ bentak Ibu.
“Kau bilang mantan istri?’’ tanya Ayah Dahlia.
“Ya! Bang Ramdan telah mentalak tiga Sari. Dan kami juga telah menikah dua bulan lalu.’’ ungkap Dahlia bangga.
“Ya Allah. Dosa apa yang telah aku lakukan dahulu, sehingga punya anak tak berhati macam Dia ni?’’ Ibu Dahlia meraung sedih.
“Sudah buk, mari kita pergi.’’ ucap sang suami membawanya ke mobil.
.
.
Setelah orang tua nya pergi, Dahlia dan Ramdan masuk rumah.
“Apa masih sakit pipi kau dik?’’ tanya Ramdan.
“Tak Abang lihatnya ini merah? Sudah macam orang berpanas antrian bansos saja’’ gerutu Dahlia sambil bercermin.
Ramdan tak lagi menanggapi, dirinya menuju ke dapur, mengambil es dan kain. Setelahnya kembali ke ruang tamu dan mengompres istri sirinya.
“Auwww, pelan-pelan lah sedikit bang. Tambah sakit rasanya pipi ku ni.’’ sergahnya.
“Maaf, ini udah paling pelan dik. Mungkin karena pipi adik sakit makanya semakin sakit lah di kompres.’’
“Sudahlah, Dahlia ke kamar dulu. Abang tolong pesankan makan malam kita.’’ ujar Dahlia sembari berjalan ke kamar.
Ramdan hanya menghela nafas mencoba bersabar. Mengingat Dahlia tengah hamil, dirinya berfikiran positif saja, mungkin karena hormon kehamilan nya sehingga sensitif. Ramdan segera membuka ponsel dan mencari apk yang menyediakan makan delivery. Setelah menemukan, Ramdan memesan gulai ikan patin dan sambal terasi. Mengingat hari sudah malam, Ramdan tidak memesan sayur.
.
.Beberapa menit kemudian, pesanan Ramdan telah tiba. Setelah membayar, Ramdan masuk ke rumah, menuju ke dapur untuk mengambil piring dan sendok. Dia menuju kamar mengantar makan ke Dahlia.
“Dik, ni makan dulu’’ Ramdan membangunkan Dahlia.
Dahlia bangun dan melihat makanan yang Ramdan pesan.
“Ih Abang ni, selalu saja lauk macam ni yang Abang pesan. Dahlia tu muak lauk ni terus. Dahlia mau ayam. Jika tidak, lebih baik Dahlia tidur saja. Lagian belinya kan pakai duit ku’’ Dahlia kembali menarik selimutnya.
Ramdan keluar kamar membawa makanan yang di tolak Dahlia. Dengan terpaksa, Ramdan keluar rumah, mencari rumah makan yang masih buka di pukul 10 an ini.
.
.
.
Jangan lupa like, subscribe vote nya.
Like, subscribe vote dari kalian membuat author makin semangat berkarya🤗🤗🤗🤗