Setelah membaca tolong tekan LIKE ya.
Ini sequel dari novel My Husband Is Possessive.
Lebih tepatnya ini cerita Wulan dan Kevin.
Penyesalan karena kehilangan perempuan yang di cintai membuat Kevin berubah menjadi pria dingin tak tersentuh. Tiap hari dia habiskan untuk bekerja dan mencari Wulan.
Bagaimana perjuangan Kevin dalam mencari Wulan yang tiba-tiba kabur dalam keadaan hamil.
Kalau ada yang masih binggung alur ceritanya, baca dulu novelku yang judulnya My Husband Is Possessive.
Cerita ini hanya khayalan author kalau ada kesamaan atau salah mohon maaf.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ismiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Rita dan Vera akhirnya tahu alasan bos Kevin menghilang selama ini, keduanya menatap Wulan dengan tatapan berbeda. Rita merasa Wulan masih mencintai bos Kevin jadi Rita mengangguk ke arah Vera. Ya meskipun sedikit kesal karena dulu atasannya itu sempat menyakiti sahabatnya tetapi keduanya saling mencintai.
"Kalau ini yang terbaik untuk keduanya aku akan mendukung Wulan dan bos Kevin bersatu tetapi kalau sampai bos Kevin menyakiti Wulan, aku tidak akan segan-segan menghajarnya," gerutu Vera di dalam hatinya.
Wulan segera masuk kedalam dan bersiap, dia memasukkan barang-barang yang akan dia bawa kedalam tas kecilnya terutama permen yang harus ada.
Di luar...
"Vera aku kok tidak tenang ya," kata Rita.
"Kamu ikut saja temani Wulan," saran Vera.
"Aku tanya Wulan dulu takutnya dia tak nyaman kalau aku ikut dia," kata Rita merasa tak enak hati.
"Hmm...."
Rita segera masuk kedalam kamar Wulan dengan ragu-ragu dia meminta ijin Wulan untuk menemaninya, Wulan tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban. Wulan tahu pasti kedua sahabatnya itu mencemaskan dirinya.
Di dalam kamar Rita.
"Nih kamu bawa," kata Vera menyodorkan 2 barang kepada Rita.
"Ini buat apa?" Rita penasaran karena melihat ke 2 barang yang di berikan Vera.
"Ck masa kamu tak tahu sih, ini semprotan cabe dan ini tongkat listrik buat jaga-jaga," jelas Vera membuat Rita paham.
"He he he he, keren banget sih sahabat ku sampai punya benda beginian," Rita tertawa.
"Ya karena aku sering lembur jadi aku terbiasa membawa ini, ya kita harus hati-hati karena kecelakaan bos Kevin sepertinya bukan kecelakaan biasa," jelas Vera.
"Iya juga sih," Rita mengangguk membenarkan ucapan Vera.
Tak lama di luar terdengar suara mesin mobil.
"Itu sepertinya orang suruhan pak Ray, sebentar aku lihat dulu," kata Vera segera keluar memastikan apa benar itu orang suruhan asisten Ray atau musuh dari Kevin. Vera harus memastikan sahabatnya itu selamat.
5 menit kemudian Vera masuk kedalam lagi.
"Iya mereka di minta pak Ray untuk menjemput kamu," kata Vera.
"Rita cepat kamu beritahu Wulan," seru Vera.
Rita bergegas masuk kedalam kamar Wulan dan memberitahu kalau orang suruhan pak Ray sudah datang.
Wulan dan Rita segera keluar dari rumah di ikuti Vera di belakang.
Sebelum Wulan masuk ke dalam mobil. Wulan tak lupa berpamitan dengan Vera.
"Vera, aku berangkat ya, kamu hati-hati di rumah," lirih Wulan lalu memeluk Vera.
"Kamu tenang saja, kalau ada apa-apa kamu dan Rita jangan lupa hubungi aku," kata Vera
Kini pelukan Vera terlepas, dia menatap Rita tak lupa memeluknya juga.
"Tolong kasih tahu Kenan, aku takut dia khawatir kalau tidak melihat ku," kata Rita.
"Iya nanti aku kasih tahu Kenan. Oh ya kalau ada yang mencurigakan segera hubungi pak Ray dan jangan lupa barang yang kuberikan ke kamu," kata Vera mengingatkan.
"Aku tidak punya nomor pak Ray," kesal Rita karena lagi-lagi Vera melupakan hal itu.
"Kamu bisa minta ke Wulan tuh," kata Vera membuat Rita mengangguk.
Vera melepaskan pelukannya dan menatap keduanya.
"Ayo cepat masuk, kasihan pak Ray sudah menunggu kalian," kata Vera.
Wulan dan Rita segera masuk kedalam mobil tak lupa dia melambaikan tangannya ke arah Vera.
Mobil melaju meninggalkan Vera yang masih setia berdiri di sana.
"Ya sepi deh tak ada kalian berdua," lirihnya.
"Mending aku ke tempat Kenan sekalian bantu-bantu daripada bosan di rumah sendirian," kata Vera setelah itu dia masuk kedalam rumah untuk bersiap.
Di dalam mobil terasa hening, baik Wulan maupun Rita memilih diam.
"Kamu istirahat saja dulu nanti kalau sudah sampai akan ku kasih tahu," kata Rita sambil menatap Wulan.
Wulan mengangguk dan segera memejamkan matanya yang mulai mengantuk, melihat istri bos nya tertidur sang supir pun membawa mobilnya dengan hati-hati agar tak membangunkan Wulan yang terlihat cukup lelah.
Perjalanan cukup lama membuat Rita merasa bosan, dia mengambil ponselnya dan mengirim pesan untuk Kenan namun benar dugaannya kalau nomor Kenan tak aktif. Rita mendesah kesal namun untung saja dia menitipkan pesan ke pada Vera.
"Kalau naik pesawat atau naik kereta pasti cepat sampai," batin Rita.
Pesawat? Kota atau desa yang mereka tinggali cukup jauh dari kota dan di sekitar sini tak ada bandara namun ada stasiun kereta. Jadi kalau ingin naik pesawat pun perjalanan yang di tempuh untuk ke bandara sangat jauh.
Mereka memilih menaiki mobil karena lebih aman apalagi Ray meminta mereka membawa pengawal juga, Rey takut ada yang mengetahui keberangkatan Wulan sehingga keselamatan mereka yang utama jadi mobil pribadi ini jadi sarana transportasi yang membuat Ray tenang dan aman.
Akhirnya setelah perjalanan cukup panjang, mobil yang mereka membawa keduanya sampai di depan rumah mewah, atau lebih tepatnya mansion milik Kevin.
Keduanya langsung turun saat ada 3 orang membuka pintu untuk keduanya, saat mobil sudah sampai, Wulan sudah bangun jadi Rita tak perlu repot-repot membangunkan Wulan.
"Mari nyonya," pria memakai baju berwarna hitam itu dengan sopan menunjukkan jalan masuk kedalam mansion. Di dalam ternyata Ray sudah menunggunya.
"Selamat datang nyonya," kata Ray dengan hormat.
"Ray jangan terlalu kaku seperti itu," Wulan mengelengkan kepalanya melihat Ray yang masih sama seperti dulu.
"Ini harus saya lakukan nyonya karena anda adalah istri atasan saya," kata Ray tersenyum.
"Oh ya anda bisa ikut saya menemui tuan Kevin dan untuk teman nyonya, saya akan meminta orang mengantarkan dia beristirahat di kamar yang telah saya sediakan," jelas Ray panjang lebar.
Melihat Wulan yang merasa enggan, Rita menghampiri Wulan dan mengangguk karena dia tak mungkin ikut Wulan menemui bos Kevin, Rita ingin memberikan kesempatan mereka berbicara dari hati ke hati.
Wulan mengangguk sebelum dia berjalan mengikuti langkah kaki Ray. Selama berjalan Ray mengatakan kalau Kevin terluka parah, ah lebih tepatnya Rau mengatakan semua ini agar Wulan semakin khawatir dengan Kevin. Ray hanya ingin hubungan keduanya tidak begini-begini saja, Ray ingin melihat anak mereka nantinya di sini dan menggendongnya bukan seperti di desa hanya bisa memantaunya saja dan itupun dari kejauhan. Ray ingin keduanya berbaikan dengan cepat karena dia merasa kasihan dengan Kevin. Akhirnya keduanya telah sampai di depan pintu kamar bercat putih dimana Kevin tengah berbaring di ranjang.
"Silahkan masuk nyonya," kata Ray yang juga ikut masuk kedalam seperti permintaan Kevin kemarin.
Wulan menatap pria yang berbaring di ranjang dengan sedih. Tak terasa matanya ingin menangis.
"Sayang," lirih Wulan berjalan mendekati ranjang dimana Kevin malah tertidur.
Untuk meyakinkan Wulan bahkan Ray meminta dokter Dika membalut luka kecil di wajah Kevin dengan perban, lebih tepatnya dahi Kevin yang cuma lecet harus di perban. Kevin seperti orang yang terkena amnesia saja.
Bersambung....