Daren begitu tergila-gila dan rela melakukan apa saja demi wanita yang di cintainya, Tapi cintanya tak terbalas, Sarah yang di cintai Daren hanya mempunyai secuil perasaan padanya, Di malam itu semua terjadi sampai Sarah harus menanggung akibat dari cinta satu malam itu, di sisi lain keduanya mau tidak mau harus menikah dan hidup dalam satu atap. Bagaimana kelanjutan kisah Mereka. akankah Daren bisa kembali menumbuhkan rasa cinta di hatinya untuk Sarah? Dan apakah Sarah bisa mengejar cinta Daren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luput Begitu Saja
Yasmin menjadi salah tingkah, meneguk air di gelas gelagapan. Terakhir kali bertemu begitu berkesan, bahkan meninggalkan bekas tersendiri di dalamnya.
Astaga, untung aku belum mengatakan apa-apa.
Yasmin segera bangkit untuk menyambut kedatangan dua orang yang paling spesial di dalam hidup Pak Darwin. Siapa lagi kalau bukan Daren dan Sarah, Yap, kedua pasangan suami istri itu datang secara tiba-tiba berniat untuk memberi kejutan.
Semalam sebelum tidur sehabis memasak dan menikmati hidangan yang mana Daren berkecimpung di depan kompor di bantu Koki, Sarah berinisiatif untuk memberi kejutan untuk ayah mertuanya. Daren setuju dengan rencana itu. Dan ketika Sarah terlelap Daren merasakan resah spontan mengubungi kepala pelayan di kediaman Pak Darwin, benar saja, Yasmin tengah menginap, Karena tidak ingin sesuatu terjadi Daren mengajak Sarah ke Bandung pagi-pagi buta, selepas sholat subuh keduanya meninggalkan Jakarta.
Melihat adanya Yasmin mood Sarah benar-benar hancur. Wajahnya yang cerah penuh semangat berubah murung lagi suntuk, Daren melihat itu.
"Senyuman Yank, biar makin cantik." Bisik Daren.
Sarah melirik Daren sekilas. Ingin sekali menjawab ketus permintaan itu tapi kedatangan sang ayah mertua membuat Sarah tak jadi mengumpat.
"Ayah," Sapa Sarah, berusaha menampakkan senyuman hangat.
"Ayah senang kalian datang." Ucap Pak Darwin, begitu bersemangat memeluk Sarah dan Daren.
Sarah melirik Daren penuh curiga. Apalagi Yasmin mendekat.
"Hai, ketemu lagi." Yasmin menyapa, memperlihatkan wajah sumringah padahal hatinya gondok setengah mati, kali ini Yasmin tidak mengulurkan tangan, peristiwa kala itu masih membekas di hatinya. Yasmin hanya melambaikan tangan ke arah Daren dan Sarah.
Seperti biasa, Sarah melingkarkan tangannya ke lengan Daren. Hal itu membuat Pak Darwin mesem sedangkan Yasmin hanya mampu menghela napas berat sembari terus tersenyum.
"Kita sarapan dulu." Ajak Pak Darwin. "Kalian pasti belum sarapan."
Di meja makan, Yasmin yang memang tidak sarapan banyak segera merapikan alat makannya. Kesan yang baik di mata Pak Darwin terlihat pak Darwin tersenyum. Ini bukan pencitraan atau sengaja mencari perhatian, Yasmin memang seperti itu merapihkan alat makan agar pelayan tidak kerepotan.
Sarah memberi tatapan datar apalagi sang ayah mertua sepertinya memandang takjub putri bungsu dari pak Dahlan itu.
"Caper." Gumam Sarah jelas tak suka.
Daren yang mendengar itu melirik tanpa suara. Untuk mencairkan suasana hati Sarah yang menjadi gundah gulana Daren mengelus paha Sarah.
Mendapati rasa lembut tangan Daren, Sarah menegang, melirik Daren membawa senyuman genit.
Melihat tingkah Sarah dan Daren, Yasmin menjadi ketus, diam-diam melirik kearah tangan Daren yang mana asik mengelus paha Sarah yang di balut dress.
Nyebelin banget sih. Sarah pasti sengaja biar aku marah.
Yasmin berusaha tenang, menoleh ke arah Pak Darwin yang masih sibuk sarapan.
"Yasmin permisi ke kamar om," Kata Yasmin, bangkit sembari tersenyum.
Pak Darwin mengangguk sedangkan Daren dan Sarah memilih acuh.
Yasmin pergi ke kamar. Sibuk mengutuk kelakuan pasangan suami istri. "Tarik napas, Tarik napas,"
Tidak bisa, sulit untuk melakukan adegan tadi, Yasmin menjadi murka, tubuhnya tertelungkup menenggelamkan diri ke bantal dan berteriak.
"Awas kamu Sarah, aku akan membuat kamu menyesal, hari ini adalah hari terakhir kamu tersenyum."
...
"Bunda?" Pak Dahlan berteriak memanggil nyonya Meri.
Nyonya Meri yang mana baru saja keluar dapur menolah. "Kenapa Yah?"
"Panggil Vera, Kita ke bandung sekarang."
"Mau ngapain?" Terlihat Nyonya Meri kebingungan. Ini memang hari Minggu tapi semalam sang suami mengatakan tidak ingin pergi ke manapun. Hanya ingin di rumah dan menghabiskan waktu tanpa ingin berpergian.
"Ke rumah Darwin, Yasmin tadi nelpon Ayah, katanya Daren dan Sarah ada di sana. Lebih baik kalau Vera kita ajak ke sana. Dia harus mengatakan semuanya di depan Darwin langsung,"
Dokter Vera terperanjat mendapati sang bunda masuk tanpa mengetuk pintu kamarnya. Sebelumnya Nyonya Meri selalu permisi tapi sekarang? Entahlah, mungkin Bunda buru-buru, pikir Dokter Vera.
"Kenapa Bun?" Tanya Dokter Vera, dirinya tengah duduk di sofa sembari memeriksa beberapa email.
"Kamu siap-siap sekarang, Kita akan ke Bandung, Di sana ayah minta kamu mengatakan semuanya di depan om Darwin, Sarah dan Daren juga ada di sana." Katanya di ambang pintu.
Dokter Vera menghela napas berat. Segera bangkit dan mendekati Nyonya Meri.
"Bunda, Vera minta maaf, Vera ga bisa, Vera ga bisa memberikan info palsu tentang Sarah, lebih baik Vera mundur dari-
"Ketahuilah, kamu bukan anak kami, kenyataan yang pahit dan menyakitkan harus kamu ketahui," Nyonya Meri berkata dengan ekspresi datar. melangkah masuk tak lupa menutup pintu lalu mendorong dokter Vera pelan untuknya duduk di sofa.
"Kamu mengenal baik Pak Atmo, supir kita, dia adalah ayahmu yang sebenarnya, ibumu mati ketika melahirkan kamu, waktu itu, Pak Atmo berniat menitipkan kamu ke panti asuhan, tapi laki-laki yang kamu anggap sebagai ayahmu dengan lapang dada ingin menjaga dan mengakui mu sebagai putrinya. Waktu itu aku sangat menentang keinginan suamiku, karena aku tidak ingin mempunyai anak yang tidak lahir dari rahimku. Aku sadar kalau aku sulit bisa mempunyai anak. Seiring berjalannya waktu aku bisa menerima kamu sebagai putri kecil kami." Nyonya Meri mendekati Dokter Vera yang terisak dengan wajah pucat. Meraup wajahnya menatapnya dalam. " Aku sangat menyayangi mu, mencintaimu. Bahkan ketika Yasmin datang ke dunia ini rasa cinta dan sayang kami tidak memudar sedikit pun, tidakkah kamu ingin membahagiakan ayahmu yang sudah memberimu segalanya? Hanya sedikit bantuan saja dari mu sebagai Kakaknya. Yasmin akan hidup bahagia,"
Dokter Vera terkulai lemah sampai terdampar di lantai yang dingin. Terisak dengan mata kosong. Kenyataan yang bahkan tidak pernah terpikirkan dalam hidupnya kini terungkap begitu saja. " 26 tahun, selama ini bahkan aku tidak tau." Dokter Vera bangkit kembali, menatap nyonya Meri dengan mata berlinang.
"Katakan, kenapa baru sekarang, kenapa baru sekarang Bunda -
"Hentikan, jangan membantah atau meminta penjelasan, Hanya satu bantuan dan kamu bertingkah seperti korban di sini. Seharusnya kamu bersyukur dan berterimakasih kepada suami ku dan aku, karena kalau bukan kami mungkin hidup mu akan sengsara atau bahkan menjadi gelandangan. Lihat sekarang dirimu Vera, Kami memberi kehidupan yang layak, menyekolahkan kamu di sekolah terbaik. Bahkan kamu bisa mempunyai gelar dokter dari siapa? Kalau aku mau aku bisa memberimu banyak fakta yang tidak pernah kamu bayangkan, sekarang bersiap dan ikut ke bandung."
Nyonya Meri segera meninggalkan kamar sang putri yang tak berdaya. Membanting pintu sampai beberapa pelayan yang bebenah dekat kamar Dokter Vera terperanjat.
Sepeninggal Nyonya Meri, dokter Vera kembali terkulai di lantai, meringkuk dengan debaran jantung. Tubuhnya terasa mati rasa. Pikiran terfokus pada satu sosok laki-laki yang dulu selalu mengelus kepalanya selepas mengantarnya ke sekolah.
"Pak Atmo, dia ayahku."
...
Sarah dan Daren duduk di ruang keluarga bersama juga Pak Darwin. Ketiganya berbincang asik membahas banyak hal, sedangkan Yasmin masih berada di kamar, Yasmin akan keluar kalau kedua orangtuanya sudah tiba..
Pak Darwin terheran melihat Sarah dan Daren cekikikan berdua. untuk itu Pak Darwin bertanya.
"Apa yang kalian tertawakan? Ayah jadi penasaran?"
Daren mengangguk kearah Sarah seakan memberi isyarat untuknya mengatakan tujuannya datang ke Bandung.
"Kami berdua mempunyai kejutan untuk ayah." Ucap Sarah antusias.
"Coba ayah tebak?" Daren melanjutkan.
Pak Darwin berpikir sejenak. "Ajak ayah liburan?"
Daren dan Sarah menggelengkan kepalanya kompak.
Pak Darwin lantas ikut menggelengkan kepala. "Ayah nyerah."
Daren tersenyum lalu mengelus perut Sarah. "Sarah hamil."
Sontak Pak Darwin terkejut, kemudian bersorak kegirangan. Sampai para pelayan bisa mendengarnya. Bahkan Yasmin yang menunggu di kamar dengan cemas bisa mendengar itu.
"Pasti mereka sudah memberi kabar kehamilan Sarah, Menyebalkan." Yasmin memukul bantal yang ada di pangkuan. "Udah jam segini, mereka belum sampe juga sih,"
Pak Darwin memanggil semua pelayan, mengatakan akan memberi bonus dan juga menaikan gaji, pun karyawan yang bekerja di perusahaan. Jelas hal itu membuat mereka yang sudah bertahun-tahun mengabdi bersorak gembira. Ucapan selamat dan terimakasih bertebaran di ruang keluarga.
Daren dan Sarah hanya tersenyum melihat bagaimana semua orang bersuka cita.
"Kamu kasih mereka bonus juga dong, Yank." Bisik Sarah di tengah riuhnya para pegawai.
Daren mengangguk setuju. "Sudah aku lakukan." Balas Daren. Mengedipkan mata kearah Sarah yang nampak tak percaya.
"Bagus deh. Tandanya kamu menghargai kinerja mereka."
"Aku selalu menghargai pekerjaan mereka, tapi lain sekarang, Ini tanda syukur ku. Karena kita akan kedatangan keluarga baru." Balas Daren lagi sembari mengelus perut Sarah.
Sarah berkaca-kaca. Dalam diam Sarah berdoa.
Jangan rusak kebahagiaan ini ya Allah, jangan ada badai setelah ini.
Doa Sarah seakan berbalik lain, Di luar rumah satu buah mobil Alphard putih terparkir.
Pak Dahlan dan Nyonya Meri tak ketinggalan Dokter Vera keluar dari mobil. Ketiganya berjalan masuk bersama satu orang pelayan.
Yasmin yang mengetahui kabar kedua orang tuanya datang bersiap keluar kamar. Terlihat wajahnya yang cantik itu menjadi angkuh bak nyonya muda Daren.
"Sorry Sarah, ini sudah waktunya."