NovelToon NovelToon
Sumpah Gadis Di Tepi Sungai

Sumpah Gadis Di Tepi Sungai

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik / Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: Syarifah Hanum

Gadis cantik selesai mandi, pulang ke gubugnya di tepi sungai. Tubuh mulus putih ramping dan berdada padat, hanya berbalut kain jarik, membuat mata Rangga melotot lebar. Dari tempatnya berada, Rangga bergerak cepat.
Mendorong tubuh gadis itu ke dalam gubug lalu mengunci pintu.
"Tolong, jangan!"
Sret, sret, kain jarik terlepas, mulut gadis itu dibekap, lalu selesai! Mahkota terengut sudah dengan tetesan darah perawan.
Namun gadis itu adalah seorang petugas kesehatan, dengan cepat tangannya meraih alat suntik yang berisikan cairan obat, entah apa.
Cross! Ia tusuk alat vital milik pria bejad itu.
"Seumur hidup kau akan mandul dan loyo!" sumpahnya penuh dendam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syarifah Hanum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Tak banyak yang bisa dilakukan oleh Rangga dan.keluarganya setelah kepulangan mereka dari rumah sakit tempat Rangga melakukan pengobatan.

Semuanya berjalan seperti semula, Indra tetap bekerja seperti biasa, Masitha tetap menjalankan rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga dan ibu pkk di lingkungannya serta Naomi yang kembali sekolah.

Hanya Rangga yang banyak menghabiskan waktunya di kamarnya.Tak ada kegiatan yang berarti yang bisa ia lakukan.

Waktu terus berlalu, hari demi hari berganti dengan sangat cepatnya.

Tak perubahan dalam diri Rangga, ia hanya berdiam di dalam rumahnya melamun dan terus melamun.

Tanpa seorang pun di rumah itu yang menyadari, jika ada yang berubah dalam jiwa Rangga.

Ia mulai menangis diam diam karena kesedihan mendominasi jiwanya, sedih sebab keperkasaannya telah hilang.

Sebagai seorang pria dewasa yang tampan, yang pernah dipuja puja banyak gadis, namun kini ia merasa hidupnya tak berguna lagi.

Hanya Naomi yang bisa merasakan perubahan Rangga. Siang itu ia akan memberikan jajanan yang ia beli sepulang kuliah buat Rangga.

Tak ada Rangga di kamarnya, Naomi lantas mencari keberadaan abangnya di segala penjuru rumah dan halamannya.

Bibir Naomi tersenyum simpul, ia melihat Rangga sedang duduk di ayunan, di bawah rindangnya pohon rambutan, di halaman belakang rumah mereka.

Posisi ayunan itu menghadap samping rumah, tepatnya ke sebelah kiri, sehingga dari pintu dapur, Naomi dapat melihat Rangga sedang melamun.

"Bang...!", panggil Naomi, sambil mengangkat bungkusan jajanan di tangannya.

" Abang mau?", tanya Naomi dengan mengeraskan suaranya.

Rangga bergeming, tatapannya lurus ke depan, pandangannya juga tetap kosong.

"Baaang..!"

Kali Naomi menjerit, dengan jarak sekitar lima meter, Naomi yakin, Rangga mendengar jeritannya.

Benar saja, Rangga beraksi, ia menoleh, melihat Naomi dengan tatapan aneh dan menyeringai mengerikan.

Naomi terkejut melihat reaksi Rangga, langkahnya ia hentikan karena tiba tiba ada rasa takut merayap di hatinya.

"Sialan kau jalang! Mati saja kau!", teriak Rangga sambil melompat dari ayunan dan bermaksud untuk mengejar Naomi.

Namun belum sempat ia menggapai adiknya itu, kaki Rangga keserimpet sarung yang ia pakai.

Lau ia berdiri, karena terburu buru, ia abai, ada akar rambutan yang menonjol di atas permukaan tanah.

Lagi lagi Rangga terjatuh. Kesempatan itu digunakan oleh Naomi untuk melarikan diri, ia sadar, ada yang aneh dengan abangnya itu.

Dengan mengerahkan tenaganya, Naomi berlari sekencang mungkin agar tiba di dalam dapur.

Rasa gugup dan panik mengiringi setiap langkahnya. Setelah tiba fi dapur cepat cepat ia kunci pintu dapur.

Lalu ia ke pintu samping, bersyukur, pintu besinya sudah terkunci, tapi tetap juga Naomi menutup daun pintunya dan sekalian menguncinya.

Naomi lari lagi ke pintu depan, walau pintu itu selalu terkunci, Naomi ingin memastikan sekali lagi.

Kemudian Naomi.menuju ke kamarnya, mengunci pintu kamarnya rapat rapat dan menutupi jendela dengan tirai kain.

Brak..brak..brak..!

Rangga menggedor semua pintu, mulai dari pintu dapur hingga pintu samping dan pintu depan, semua tak luput dari gedorannya.

Prang...prang..prang..!

Rupanya Rangga tak puas jika cuma menggedor pintu, kali ini ia melempari semua kaca jendela.

Di kamarnya Naomi menggigil ketakutan. Ia bersembunyi di dalam lemari, menghindari kaca jendela kamarnya yang bertaburan karena di lempari terus oleh Rangga.

"Ibu..tolong..Rangga mengamuk!"

Jerit Naomi saat ia berhasil.menghubungi ibunya.

"Apaaa...!",tanya Masitha panik.

Saat itu ia sedang di balai desa, sedang mengikuti kegiatan ibu ibu pkk.

Namun Naomi sudah memutuskan sambungan teleponnya.

Ternyata Naomi melakukan hal yang sama, ia kembali menghubungi ayahnya yamg sedang bekerja.

" Tolong ayah, Rangga mengamuk!", ucap Naomi dengan suara menggigil.

Tentu saja Indra ikutan panik, dia bisa mendengar suara keributan kaca kaca pecah di ujung sana.

Berbeda dengan Masitha yang dilanda kepanikan luar biasa, sehingga ia tak mampu berpikir dengan jernih, Indra langsung menghubungi penjaga keamanan di wilayah tinggal mereka.

"Bang Jaka, tolong datang ke rumahku, ada kekacauan di sana! Bawalah beberapa orang untuk menemani abang!"

Saat itu Jaka sedang berkumpul dengan temannya di warung kopi yang terletak tak jauh dari rumah Indra.

Maka dengan antusias ia mengajak ketiga temannya itu untuk mendatangi rumah Indra.

"Jalang, keluar kau! Akan ku habisi kau! Gara gara kau burungku tidak bisa terbang!" Rangga tak henti hentinya berteriak meminta Naomi untuk keluar dari rumah.

Karena ia mengira, Naomi adalah Nadira.

"Burung Rangga tidak tidak bisa terbang? Apa maksudnya,?"

Pertanyaan itu terlontar dari salah seorang teman Jaka. Lalu temannya yang lain terkikik geli dengan suara tertahan, takut terdengar oleh Rangga.

Mereka sudah tiba di depan pintu gerbang.

"Hush, jangan ribut! Kita harus hati hati untuk meringkus Rangga. Jangan jangan anak itu membawa senjata tajam", ucap Jaka pelan.

" Lompati saja pagarnya! Jika kita buka pintu pagarnya, aku khawatir Rangga, mendengar kedatangan kita", usul yang lain.

Alhasil keempat pria dewasa itu, melompati pagar. Setelah berhasil masuk, mereka mengendap endap untuk mendekati Rangga.

"Lepaskan aku! Jangan ikut campur urusanku! Kalian cuma orang luar, tak berhak ikut campur!"

Jaka dan kawan kawannya berhasil meringkus Rangka. Dengan tetap memegang tangan Rangga ke belakang tubuhnya, Jaka bertanya pada Rangga.

"Mengapa kau mengamuk, menghancurkan rumahmu sendiri? Apa kau sudah gila ya?"

"Diam kalian! Dari pada kalian memegangi aku, lebih baik kalian tangkap itu jalang yang ada di dalam rumahku!"

"Tak ada jalang di dalam rumahmu! Yang ada hanya Naomi, adikmu!"

Mendengar suara ribut di luar rumah, Naomi keluar dari lemari.

Dengan menggunakan sandal rumah, ia melangkah mendekati jendela yang kacanya sudah hancur luluh lantak karena dilempari batu kerikil oleh Rangga.

Dia melihat Rangga sudah dipegangi oleh bang Jaka dan satu orang temannya.

Naomi merasa lega sekaligus malu! Aib keluarga yang berusaha mereka tutupi kini bakal terkuak lebar, karena banyak warga yang berkumpul di halaman rumah mereka.

Tentu warga ingin tahunapa yang sebenarnya terjadi yang sedang menimpa keluarga mereka.

Apa lagi tadi, Rangga sempat ngoceh ngoceh tidak karuan.

Naomi tidak berani keluar, ia hanya bisa menunggu kedatangan ayah dan ibunya saja. Ia takut mendapat banyak pertanyaan dari tetangganya yang penasaran.

Warga semakin banyak berkumpul, berdatangan dari segala penjuru, tentu saja bensk mereka dipenuhi rasa penasaran dan haus akan rasa ingin tahu.

Tak lama mobil Indra datang, tenyata ia sudah bersama istrinya dan seorang dokter kenalannya.

Melihat kedatangan pemilik rumah, beberapa orang yang merasa paling akrab dengan orang tua Rangga itu sibuk menanyakan penyeban Rangga mengamuk.

Indra dan Masitha tetap tutup mulut. Tidak mungki mereka mengumbar aib anak mereka di hadapan khalayak ramai.

"Ayah, ibu, lihatlah mereka! Bang Jaka sudah jahat sama Rangga, pada hal Rangga cuma ingin memukul jalang itu!", ucap Rangga mengadu persis anak anak.

Bukan main malunya Indra dan Masitha.

" Bang Jaka terimakasih sudah membantu kami! Sekali lagi saya minta tolong untuk membawa Rangga ke dalam rumah", ucap Indra memohon.

Tanpa banyak bicara, Jala dan satu temannya, membawa Rangga untuk masuk ke dalam rumah.

Naomi sudah membuka pintu karena ia melihat kedatangan orang tuanya.

Tetangga yang penasaran, malah ingin ikut masuk, namun dicegah oleh Masitha.

"Maaf bapak dan ibu, untuk saat ini kami tidak mengizinkan kalian masuk. Rangga sedang sakit, perlu suasana tenang, mohon pengertiannya!"

Karena Masitha melarang mereka untuk masuk, akhirnya mereka membubarkan diri.

Mereka juga paham untuk menghargai privacy keluarga itu dan tidak memaksakan kehendak untuk tahu ada apa sebenarnya.

Di antara warga yang berkerumun, cuma Rosna yang merasa paling bahagia.

"Akhirnya satu persatu sakit hatiku terbalas, tanpa aku menyentuhnya!", ucap Rosna dengan senyum liciknya.

1
Afri Nilawati
alur yg berbeda
Afri Nilawati
lanjut kk
Syarifah Hanum: Terimakasih sudah mampir 🙏
total 1 replies
kagome
Lumayan
kagome: sama-sama Kak🤗
Syarifah Hanum: Terimakasih,🙏
total 3 replies
emi_sunflower_skr
Terima kasih sudah bikin hari-hariku lebih berwarna 🌈
Syarifah Hanum: Terimakasih, sudah mampir🙏
Syarifah Hanum: Sama sama!
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!