NovelToon NovelToon
Vanadium

Vanadium

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama / Epik Petualangan / Keluarga / Anak Lelaki/Pria Miskin / Pulau Terpencil
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: ahyaa

Ada begitu banyak pertanyaan dalam hidupku, dan pertanyaan terbesarnya adalah tentang cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ahyaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode sembilan belas

Gadis itu tersenyum malu karena aku menatapnya terlalu lama, aku juga baru tersadarkan, dasar bodoh kenapa pula aku harus ketahuan menatapnya.

Gadis itu mengeluarkan sebuah bungkusan dari saku bajunya, lalu dengan tangan yang sedikit bergetar ia menyodorkan ke arahku.

" *almarhum ibuku pernah berkata, berikanlah coklat ini kepada laki laki pertama yang bisa berbicara dengan mu tanpa harus kau ajarkan*." ucapnya sambil menundukkan kepala, aku bisa melihat kalau bibirnya mengulum senyum dan pipinya sedikit memerah.

" *seriusan ini untuk aku*?" tanya ku memastikan.

Dia mengangguk, ibu pernah berpesan untuk jangan pernah mengecewakan pemberian dari orang lain. Aku balas mengangguk lalu mengucapkan terimakasih.

" Hadirin para siswa sekalian, saat ini kita telah berkumpul bersama sama untuk menyantap sarapan pagi, terimakasih banyak kepada para siswa yang telah bertugas untuk memasak hari ini, semoga niat baik kalian semua akan selalu mendapat kan ganjarannya kelak, Edi bisa kau tolong pimpin doa?" tanya ibu dere kepada anak yang mengenakan kacamata tebal di sampingnya.

Siswa yang di panggil Edi itu mengangguk, dia lalu mengambil alih perhatian seluruh siswa, meminta mereka untuk bersyukur atas nikmat yang telah di berikan serta berdoa menurut keyakinan masing masing.

" berdoa selesai." ucap Edi.

" SELAMAT MAKAN." ucap para siswa serentak.

Lalu masing masing siswa mulai asik menyantap makanannya masing masing, menu yang di sajikan di sini mirip seperti yang di sajikan di kereta api, cuman bedanya di sini di masak oleh para siswa secara bergantian serta di makan bersama sama. Kami makan di atas meja yang beralaskan daun pisang, benar benar terasa akan kebersamaan nya.

Sepuluh menit berlalu makanan bagian ku sudah tandas, beberapa siswa juga sudah selesai, termasuk gadis di sampingku. ibu dere mengingatkan untuk tidak ada satu pun yang beranjak pergi dari meja ini sebelum semuanya selesai makan, itu adalah etika makan di sini. Dan ternyata orang yang paling lama makan adalah si kembar tiga, sedari tadi mereka sibuk mengusili banyak siswa lain, itulah akibatnya mereka jadi lambat selesai. Aku berkenalan dengan si kembar tiga ketika sebelum mandi pagi tadi, nama mereka sangat unik, Al, El, dan UL. Aku tidak tau yang mana satu abangnya karena perawakan mereka benar benar mirip, hanya saja UL terlihat lebih pendiam dan Al sejak tadi selalu usil.

"*kamu kelas berapa*?" tanyaku kepadanya gadis di sampingku sambil mengisi waktu luang, menunggu si kembar selesai makan.

"*aku kelas tiga SMP." jawabnya*.

Aku mengangguk, itu artinya kami hanya berbeda satu tingkatan saja.

Aku memandang ke arah Beta yang berada di ujung meja, Beta tampak sedang berbicara dengan seorang gadis di sampingnya, sesekali mereka tertawa.

Lima menit kemudian akhirnya si kembar tiga selesai makan, ibu dere mengingatkan kami untuk tidak lupa mencuci alat makan agar nanti malam bisa di gunakan lagi. Setelah selesai mencuci peralatan makan dan menyimpannya di dapur, aku bersama dengan Beta menuju ruangan belajar di lantai satu. Sebenarnya itu adalah sebuah ruangan besar yang di sekat menjadi tiga bagian. hampir tujuh puluh persen siswa adalah anak SD, dua puluh persen anak SMP, dan sisanya adalah anak SMA. Ruangan belajar untuk anak SMA terletak di paling ujung, terlihat guru yang sudah menunggu di pintu kelas sambil bersiap mengabsen para siswa. Tidak ramai siswa SMA, hanya ada enam orang, yaitu aku, Beta, si kembar, dan satu lagi yang kami temui di dapur tadi.

Ibu guru mulai mengabsen satu persatu, terdiam sebentar ketika tiba di bagian ku.

" Kamu Dium? yang baru masuk?" tanya ibu guru memastikan.

" Benar Bu, nama saya Dium." ucapku.

Ibu guru mengangguk ,menyuruhku untuk masuk ke kelas, bergabung dengan teman teman yang lain.

Aku melihat ada sebuah kursi kosong di paling belakang kelas, tidak apalah yang penting aku bisa ikut belajar.

kelas di awali dengan berdoa yang di pimpin oleh UL, ibu guru menyuruh kami untuk fokus memperhatikan papan tulis.

Ada tiga mata pelajaran yang di ajarkan oleh ibu guru. pelajaran pertama tentang ilmu sosial, aku mendengarkan dengan seksama lalu mencatat point point yang kurang aku pahami, nanti akan aku cari tau. Pelajaran di lanjutkan dengan pendidikan kewarganegaraan, aku menyukai pelajaran ini, berisi tentang bagaimana bentuk negara, sistem pemerintahan, serta undang undang atau peraturan yang berlaku, aku juga mencatat beberapa hal yang belum ku pahami termasuk pasal pasal. Pelajaran terkahir adalah yang paling aku sukai, pelajaran tentang logika berhitung modern, ibu guru memberikan beberapa contoh soal, aku melirik ke kiri melihat para siswa lain termasuk Beta yang tidak semangat mendengarkan.

Tidak terasa sudah hampir jam satu siang, sebentar lagi waktu belajar akan selesai, ibu guru menyuruh kami menyalin catatan yang ada di papan tulis, aku melirik ke antara sekat di sebelah, ruangan anak anak SD dan SMP sudah kosong, sepertinya mereka memang keluar lebih awal di bandingkan kami yang anak SMA.

Setelah selesai menyalin semua catatan ibu guru menghapus tulisan di papan tulis dan lanjut menulis lagi. Apakah kami akan di suruh menulis lagi? Tanyaku dalam hati. Ternyata tidak, ibu guru membuat beberapa soal di papan tulis lalu mengatakan bahwa siapa yang bisa mengerjakan salah satu soal yang ada, maka dia boleh pulang duluan. Terlihat di sebelah kiri ku Beta dan si kembar sudah menepuk jidat masing masing.

Aku menyipitkan mata menatap tulisan Bu guru yang terlihat seperti merangkai, membaca soal nomor satu, sebentar, bukannya ini mirip seperti contoh tadi? Hanya saja bahasa soal serta cara pengerjaan nya yang sedikit berbeda, terkadang pemikiran logis matematis tidak bisa harus terus menerus lurus, kita harus selalu bisa menemukan serta melihat permasalahan dari sudut pandang yang berbeda.

Aku mengancungkan tangan, ingin mencoba peruntungan ku.

" iya Dium, kau mau mencobanya nak?" tanya ibu guru semangat.

Aku mengangguk, lalu di bawah tatapan heran beta dan teman teman yang lain aku mulai mengerjakan soal di depan. Aku tidak menggunakan cara seperti yang ibu guru ajarkan, aku hanya meminjam caranya memahami soal, sisanya aku kerjakan menurut cara pandang ku sendirian. Ketika kita mulai berani untuk berekreasi serta mencoba mengekspresikan diri, maka sejatinya di situlah ide ide hebat kita bisa keluar.

Lima menit kemudian aku sudah berada di luar kelas, ibu guru bertepuk tangan, ia mengatakan bahwa baru kali ini ia bertemu anak seperti diriku. Aku tertawa melihat Beta dan teman teman yang lainnya ngelangsa karena tidak tau bagaimana cara menjawab soal, rasain siapa suruh tadi tidak memperhatikan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!