Kisah perjuangan hidup gadis bernama Cahaya yang terpaksa menjalani segala kepahitan hidup seorang diri, setelah ayah dan kakak tercintanya meninggal. Dia juga ditinggalkan begitu saja oleh wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini.
Dia berjuang sendirian melawan rasa sakit, trauma, depresi dan luka yang diberikan oleh orang orang yang di anggapnya bisa menjaganya dan menyayanginya. Namun, apalah daya nasibnya begitu malang. Dia disiksa, dihina dan dibuang begitu saja seperti sampah tak berguna.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Akankah Cahaya menemukan kebahagiaan pada akhirnya, ataukah dia akan terus menjalani kehidupannya yang penuh dengan kepahitan dan kesakitan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19 Jangan tertipu
Hari ini Aya merasa sudah lebih baik. Kai pun juga minta izin untuk masuk kantor hari ini karena ada rapat. Tapi dia berjanji akan pulang lebih awal untuk kembali menemani Aya.
"Mas Kai, aku sudah sembuh kok. Mas Kai pulang aja, gak usah ke sini lagi."
Kai yang sedang bersiap memasukkan semua berkas dan juga laptop kedalam tas, menoleh untuk menatap wajah Aya.
"Huh! Kamu mengusirku setelah merasa lebih baik?"
"Bukan gitu, aku hanya... aku bisa menjaga diriku sendiri."
"Oya? Tapi, bukankah bagus kalau aku tetap disini. Aku bisa membantu kamu, memelukmu saat kamu mengalami mimpi buruk, membantu menemani makan dan bahkan memapah menuju kamar mandi."
"Tapi, sekarang aku sudah sembuh. Aku bisa melakukan semuanya sendiri."
Kai menghela napas, melangkah mendekati Aya sangat dekat dan tatapannya tertuju tepat ke wajah Aya yang terlihat kurang nyaman.
"Kamu benar benar menyakiti hatiku, Ay. Kamu bahkan langsung mengusirku setelah kamu merasa lebih baik." ucapnya sedih yang membuat Aya merasa serba salah.
"Terus mas Kai mau apa?" tanya Aya bingung.
"Kamu tahu apa yang aku mau, Ay."
Sebentar Aya terdiam, lalu dia memberanikan diri menatap wajah Kai yang terlihat sendu bercampur kecewa.
"Aku gak mau. Aku gak mau melakukan 'itu' lagi." tolak Aya yang berpikir Kai ingin tidur dengannya.
Kai tersenyum getir sambil mengangguk pelan begitu mendengar Aya yang ternyata tetap menganggapnya hanya ingin tubuhnya saja. Rasanya sakit, tapi apa boleh buat.
"Jadi, kamu benaran gak tau apa yang aku mau."
Kalimat barusan membuat Aya semakin bingung. Bukankah benar Kai ingin tidur dengannya. Lalu, adakah hal lain selain itu?
"Kamu benar, awalnya aku minta nomor kamu sama Mentari karena aku ingin tidur sekali lagi dengan kamu. Tapi, lihatlah sekarang, Ay? Aku bahkan punya banyak kesempatan untuk melakukan itu sama kamu, tapi tidak aku lakukan." ujar Kai menjelaskan dengan raut wajah kecewanya.
"Kamu bahkan tidak tahu, bagaimana sulitnya aku menahan diriku untuk tidak menyentuhmu. Tapi tidak apa. Aku tetap merasa senang karena bisa merawat kamu." lanjutnya.
Nada bicaranya cukup membuat hati Aya merasa tidak enak. Kai sepertinya benar benar kecewa padanya. Tapi dia tidak tahu harus bagaimana saat ini.
"Ay, aku hanya ingin kamu tidak memblokir nomorku lagi, balaslah pesanku sesekali. Dan yang harus kamu tahu, aku tidak akan menyerah untuk terus bisa mengenal kamu lebih dekat lagi." lanjutnya sambil tersenyum dan mengusak pelan kepala Aya, membuat poninya agak berantakan.
"Karena kamu sudah baikan, aku tinggal ke kantor bentar ya. Nanti aku akan usahakan pulang lebih awal." Kai melangkah pergi menuju pintu.
"Sekeras apapun usaha mas Kai untuk mendekati aku, aku tetap tidak yakin bisa membuka hatiku!" seru Aya yang berhasil membuat Kai mengurungkan untuk membuka pintu.
"Kita lihat saja nanti." jawab Kai tersenyum, lalu dia benar benar keluar dari rumah.
Aya kebingungan, dia mengusak wajahnya. Lalu sedetik kemudian dia tersenyum malu malu.
Krekkk...
Kai kembali, dia mendongakkan kepalanya masuk dengan hanya membuka sedikit pintu itu. Kedatangan Kai lagi membuat Aya teridam bingung.
"Oya, ada makanan di dalam kulkas. Hanya tinggal memanaskannya lagi. Istirahat yang cukup, jangan lupa minum obatnya."
Aya mengangguk, Kai pun tersenyum. Lalu tiba tiba Aya berlari mendekati Kai.
Cup
Dia mencium pipi Kai. Yang mendapat ciuman pun membola terperangah kaget dengan perasaan senang.
"Aku tidak suka melakuan hal seperti ini. Tapi, anggap saja itu ucapan terimakasihku." ujar Aya yang langsung menutup pintu dan menguncinya rapat.
Kai berangkat menuju kantor dengan perasaan berbunga bunga. Sedangkan Aya malah jadi kepiran dengan apa yang baru saja dia lakukan.
"Bodoh. Kamu ngapain sih Aya. Itu sama saja kamu memberi dia kesempatan untuk mendekatimu." gumamnya bicara sendiri.
"Akhgggrrr, maluuu..."
Benar kata orang, penyesalan selalu datang belakangan. Aya sedang menyesali apa yang sudah dia lakukan tanpa berpikir panjang terlebih dahulu.
~
~
~
Ternyata Kai tidak bisa pulang lebih cepat hari ini. Begitu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Karena itulah dia mengirim pesan pada Aya bahwa dia akan telat pulang.
Aya membaca pesan itu dan hanya membalas dengan dua huruf saja 'YA' sudah membuat Kai merasa lega dan bisa kembali fokus pada pekerjaannya.
Sementara Aya, dia juga menjalankan pekerjaanya, yaitu sore ini sampai besok siang adalah hari acara fashion show tahunan. Sore ini semua orang mempersiapkan tempat dan segala dekorasi yang dibutuhkan. Sementara nanti malam akan langsung diadakan gladi resik. Dan puncak acaranya besok pagi.
Aya datang ke kampus, bertanggung jawab sebagai ketua tim. Selain itu Aya juga akan memberi pengarahan pada beberapa juniornya yang ditunjuk sebagai model yang akan memperagakan busana karya tim mereka.
Acara berjalan dengan semestinya seperti rencana. Semua orang sibuk, sedangkan Aya hanya duduk diam di ruang istirahat tanpa boleh melakukan apapun oleh rekan rekannya satu timnya.
"Gi, masih ada makanan gak? Ada yang lapar, nih." lapor Ika pada Anggi yang sedang memeriksa baju baju dan segala perlengkapan untuk gladi nanti malam.
"Tanya Via, kayaknya tadi dia bawa snack juga deh."
"Oke."
Ika pergi menanyakan pada Via dan ternyata benar. Lalu mereka pun mulai membawa snack itu untuk dibagikan pada junior junior mereka yang ditunjuk sebagai model.
"Ada yang bisa aku bantu gak?" tanya Aya.
"Gak usah kak Aya. Kamu duduk diam saja disini." sahut Anggi.
"Tapi aku bisa kok bantu..."
"Gak usah kak Cahaya. Gak usah khawatir, semuanya berjalan lancar berkat ketua tim kita yang hebat ini." puji Ika dan rekan rekan lainnya.
"Ya makanya beri aku tugas juga dong."
"Gak ada. Diam aja disitu!" Seru Mentari dengan tatapan tajamnya yang membuat Aya terpaksa diam. Mentari menakutkan juga saat marah.
Sembari duduk menunggu, Aya mendapat telpon lagi dari Kai yang menanyakan keadaanya.
"Aku baik baik aja."
"Kalau gitu, aku malam ini ada undangan untuk nonton balapan. Boleh gak?" tanya Kai.
"Kenapa harus izin sama aku. Terserah mas Kai aja."
"Aku pulangnya agak malam ya. Kamu tidur duluan aja nanti."
"Hmm."
Panggilan berakhir. Aya tersenyum senang. Dia merasa seperti pacarnya baru saja pamit untuk nongkrong bareng teman temannya.
"Tidak Aya. Jangan sampai tertipu dengan kebaikan Kai. Jangan sampai." gumamnya mencoba untuk tidak tergoda oleh sikap Kai yang semakin manis padanya.
Semangat kakak Author, ditunggu kelanjutannya 💪
Author berhasil membuatku menangis 👍
Semangat kakak Author 💪