Gara-gara sahabat baiknya hamil menjelang kenaikan kelas 12, impian Alea untuk mengukir kisah kasih di sekolah dengan Dion, kakak kelasnya, harus buyar sebelum terwujud.
Dengan ancaman home schooling dan dilarang melanjutkan kuliah, Alea harus menerima keputusan ketiga kakak laki-lakinya yang mengharuskan Alea menikah dengan Yudha, sahabat Benni kakak keduanya.
Pernikahan tanpa cinta itu membuat hidup Alea kacau saat tidak satu pun dari kakaknya yang mau percaya kalau Yudha memiliki rahasia kelam sebelum menikahi Alea.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan
Alea menghapus sudut matanya yang basah membuat 3 pria yang ada di dekatnya menatap iba dan terenyuh.
Ketiganya terlihat merasa bersalah namun tidak mungkin mundur karena prosesi akan berlangsung kurang dari 30 menit lagi.
“Maafkan kakak yang sudah membuat hidupmu menderita sejak kepergian papa dan mama.”
Barry yang pertama memeluk adik perempuan semata wayangnya lalu disusul Benni dan Bara hingga mereka berpelukan berempat.
Alea dibuat bingung dengan sikap ketiga kakaknya yang mendadak melow namun ia tidak sempat bertanya karena tubuh mungilnya sudah terhimpit di antara 3 pria bertubuh tinggi hingga untuk bicara pun rasanya agak sulit.
“Apa- apaan sih kalian kayak teletubies lagi berpelukan.” Lia yang baru masuk ruangan geleng-geleng kepala.
“Iya kakak pada kenapa ?” tanya Alea dengan wajah bingung menatap satu persatu kakaknya yang akhirnya melepaskan pelukan mereka.
Alea menautkan alis, menunggu penjelasan apalagi melihat mata ketiganya seperti berkaca-kaca.
“Percayalah kalau Yudha adalah pria yang sangat baik dan mencintaimu sebagai istrinya bukan adik,” sahut Benni.
“Kami percaya Yudha pasti bisa membahagiakanmu,” timpal Barry
“Jangan terlalu keras padanya, Lea dan berikan kesempatan untuk Yudha.”
“Tunggu sebentar. Kenapa kakak mendadak pada melow begini ? Memangnya aku kenapa ?” Alea kembali mengulang pertanyaannya.
“Maaf kami sudah terlalu keras padamu, jangan menangis lagi, yakinlah kamu akan bahagia dengan pernikahan ini,” ujar Barry.
Bukannya terharu melihat ekspresi ketiga kakaknya, Alea malah langsung tergelak. Lia yang akhirnya juga mengerti kembali menggeleng-gelengkan kepala sambil memutar bola matanya.
“Sepertinya kalian semua salah paham. Kakak kira aku terus menangis karena dalam hitungan menit akan menikah sama Mas Yudha ?”
Ketiga pria itu mengangguk bersamaan tanpa komando.
“Nggak ada hubungannya, Kak. Sejak tadi mataku berair gara-gara pakai bulu mata palsu dan polesan make-up. Kakak kan tahu kalau aku tidak pernah dandan sekalipun dipaksa, paling hanya pakai lipstik tapi sekarang wajahku di make over dengan berbagai macam polesan. Moga-moga saja nggak sampai jerawatan.”
“Tapi kamu kelihatan cantik banget, Lea. Yudha pasti makin terpesona sama kamu,” ujar Lia sambil merangkul bahu adik iparnya.
Alea hanya tersenyum, tidak tega mengomel di depan kakak iparnya yang sedang hamil tua.
“Dan kalian trio macan, kenapa tumben banget pasang wajah mirip anak kelinci, nggak ada sangar-sangarnya kayak biasa.”
Tidak ada yang menyahut, mereka malah mengalihkan pandangan ke arah lain. Alea pun mendekati ketiga kakaknya dan menatap mereka satu persatu.
“Sadar sudah membuat aku menderita, kenapa masih maksa nyuruh aku nikah cepat-cepat,” tanya Alea dengan suara tegas dan tatapan galak.
“Nggak usah diperpanjang, lebih baik kamu siap-siap. Yudha pasti sudah nggak sabar ingin meresmikan hubungan kalian,” ujar Benni sambil memegang kedua bahu Alea dan membawanya keluar ruang tunggu pengantin wanita.
“Iya, tinggal 10 menit lagi, lebih baik kita siap-siap di dekat tempat acaranya,” timpal Bara.
“Tuh kan menyesalnya hanya di mulut doang, akhirannya aku tidak bisa menolak keputusan kakak.”
Benni dan Bara sama-sama merangkul Alea.
“Ini yang terakhir kali karena setelah menikah, hanya Yudha yang berhak atas hidupmu,” ujar Benni.
“Terus kapan aku punya kebebasan menentukan pilihanku ?”
“Tanya sama suamimu,” sahut Bara.
“Curang !” gerutu Alea dengan wajah ditekuk.
Entah beberapa kali Barry menghela nafas sambil menggandeng tangan istrinya berjalan di belakang Alea, Benni dan Bara.
“Alea pasti bisa menjalani semua ini,” bisik Lia mencoba menenangkan suaminya yang kelihatan sedikitgelisah.
“Rasanya baru kemarin menemani mama mengantar Lea masuk TK, sekarang waktunya aku mengantar dia ke pelaminan. Kadang -kadang aku masih suka kangen dengan sikap anak-anaknya. Apa dia masih tetap menyayangiku kalau sampai pernikahan gagal ?”
“Doanya yang bagus dong, Mas. Soal kangen sebentar lagi kamu bakalan punya anak jadi rindumu pasti bisa terobati. Masalah sayang, aku percaya kalau Alea tetap menyayangi kalian sekalipun dia kesal karena kalian terlalu mengatur hidupnya sejak papa mama nggak ada.”
“Semoga Alea benar-benar bahagia dengan Yudha,”gumam Barry.
**
Yudha tidak bisa menahan senyum saat melihat 3 pria tampan itu masuk ke ruangan sebagai pendamping Alea, padahal cukup Barry sebagai kakak tertua menggantikan ayahnya tapi Benni dan Bara bersikukuh ingin ikut mengantar langsung adik perempuan mereka satu-satunya ke pelaminan.
“Awas kalau elo berani membuat adik gue menderita,” ancam Bara dengan suara pelan namun tegas saat Alea diserahkan ke dalam genggaman Yudha.
Benni langsung menyikut lengan adiknya sambil melotot sementara Yudha malah tersenyum sambil mengacungkan jempolnya.
“Kamu cantik banget tapi tetap imut,’ bisik Yudha saat mereka tinggal berdiri berdua.
“Terima kasih,” sahut Alea kalem.
Prosesi yang berlangsung penuh rasa haru itu berjalan lancar. Yudha menarik nafas lega dan wajahnya terlihat sumringah saat mereka dinyatakan sah sebagai suami istri. Senyum bahagia tidak bisa lepas dari bibirnya saat ia menyematkan cincin di jari manis istri kecilnya.
“Terima kasih sudah bersedia menjadi istriku,” ujar Yudha saat Alea gantian menyematkan cincin di jari pria yang sekarang sudah resmi menjadi suaminya.
“Terima kasih juga karena sudah bersedia menjadi pengganti ketiga kakakku,” sahut Alea sambil tersenyum getir karena sudah tidak ada gunanya lagi menangis atau marah-marah.
“Aku suamimu bukan pengganti ketiga kakakmu,”
ralat Yudha.
“Sebelas duabelas,” gumam Alea sambil membuang muka ke arah lain supaya gerakan mulutnya tidak terbaca yang hadir.
Sementara di barisan kursi paling depan, mama Kinasih tidak kuasa menahan air mata yang terus mengalir sejak Yudha dan Alea mengucapkan janji setia.
Kinasih hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kebahagiaan Yudha dan Alea sambil berharap putranya tdak lagi sering menahan sedih dan kecewa karena gadis belia yang sudah menjadi istrinya belum bisa mencintainya.
Meski rasanya tidak nyaman berada dalam pelukan Yudha, Alea berusaha menahan diri untuk tidak mempermalukan pria yang sudah menjadi suaminya.
Tangan pria itu betah merengkuh pinggangnya mulai dari acara sungkeman sampai foto bersama. Tidak ada protes dari ketiga kakaknya malah mereka melihat Yudha dengan tatapan iri karena pria itu akan memiliki Alea seutuhnya.
Pasangan pengantin baru itu tengah menerima ucapan selamat sambil berfoto saat kedu pintu ruangan dibuka dengan kasar.
“Saya mengajukan keberatan atas pernikahan mereka !”
lanjut..lanjut