RAFFATTA

RAFFATTA

Prolog

Seorang gadis berumur 20 tahun sedang berlarian di lorong kampus tempat dia kuliah. Namanya adalah Attalea Arasya Veronika Lovandra. Gadis yang kerap dipanggil Ara ini berusaha untuk sampai dikelasnya agar dia tidak terlambat untuk mengikuti pelajaran yang paling tidak ia sukai.

Bukan karena pelajarannya yang susah atau lainnya, tetapi yang jadi masalahnya ia tidak menyukai dosen yang mengajar pelajaran itu dikarenakan dia seorang dosen yang dingin dan galak.

Nama dosen itu adalah Muhammad Raffasha Arendra , seorang dosen tampan berumur 24 tahun memiliki sifat yang galak, tegas, dingin, dan juga pelit terhadap nilai, sehingga hal itu membuat mahasiswa dan mahasiswi yang diajarnya takut untuk menentang keputusan yang diberikan dosen tersebut kecuali Ara yang selalu berani untuk menentang apa yang diperintahkan oleh Raffa, sehingga dia punya nama sendiri untuk dosennya itu yaitu 'PAK ESGAL' (PAK ES GALAK).

Tapi sayang, sepertinya tuhan tidak berpihak kepadanya. Dosen yang dipanggilnya Pak Esgal itu sudah berdiri tepat di pintu masuk kelas sambil melayangkan matanya yang tajam kearah Ara seperti mata burung elang.

"Mau kemana kamu?" Pak Raffa sudah berdiri dengan tampang datarnya.

"Bapak bicara sama saya?" tanya Ara polos.

"Gak, dinding dibelakang kamu. Ya kamu, emang siapa lagi?" tegur Pak Raffa yang mulai kesal.

"Hhehe ... kirain beneran sama dinding. Saya mau masuk kelas Pak, hari ini kan ada quis dari bapak." Tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kamu tau ada quis dari saya, tapi kenapa kamu terlambat?"

"Saya tadi ketinggalan bus lho Pak, terpaksa saya lari-larian kesini," jawab Ara.

"Banyak alasan kamu. Kamu terlambat jadi harus dihukum!" ucap Pak Raffa dengan muka datarnya.

"Lah, kok dihukum sih Pak? Biasanya kalo sama dosen lain, terlambat 3 kali baru dapat hukuman. Ini saya baru terlambat 1 kali itupun 3 menit masa dapat hukuman sih."

Ara tidak menerima dirinya dapat hukuman. Bagaimana juga ia hanya telat 3 menit, harusnya diberi keringanan, bukan?

"Tapi itu bukan saya, siapa yang terlambat datang dimatkul saya walaupun 3 menit itu sama saja, TERLAMBAT!" tegas Pak Raffa kembali sambil berusaha menahan emosinya yang ingin meledak.

"Ya sudah terserah bapak, setidaknya biarin saya ngerjain quis, Pak." Ara memelas, ia akan terus memohon supaya bisa ikut mengerjakan quis. Sangat disayangkan sekali jika dirinya tidak ikut, sedangkan semalaman ia begadang mempelajari semua materi-materi itu kembali.

"Kamu boleh mengerjakan quis dari saya, tapi menyusul. Sebelum itu kamu harus terima hukuman atas keterlambatan kamu hari ini," jelas Pak Raffa mulai melunak nada yang ia ucapkan itu. Lihatlah itu, demi ketenangan mahasiswa yang sedang mengerjakan quis dikelas, ia harus berusaha untuk bersabar menghadapi satu mahasiswi dihadapannya yang sedikit bar-bar ini.

"Lah kok gitu sih, Pak?" kata Ara yang sedikit tidak terima dengan yang dikatakan Pak Raffa.

"Memangnya kenapa, kamu keberatan? Kalau begitu nilai quis kamu 0!"

Ara tidak mau jika nilai kuisnya itu 0.

"Ish ... yaudah deh, Pak, saya nurut. Sekarang hukuman saya apa, Pak? Jangan bilang bapak nyuruh saya bersihin WC atau lari keliling lapangan basket SMA sebelah," ucap Ara yang sedikit curiga sambil menyipitkan matanya kearah dosennya itu.

"Jika kamu mau, saya persilahkan saja. Tapi sebenarnya bukan itu hukuman kamu," sahut Pak Raffa santai.

"Lah kalau bukan itu, trus apa?" Ara pun mulai kebingungan. Biasanya yang namanya hukuman sekolah ya gak jauh dari yang ia sebutkan tadi.

"Sepertinya lama-lama saya semakin sibuk di kampus ini dan saya membutuhkan seorang asisten. Jadi, sebagai hukumannya kamu saya tunjuk sebagai Asdos saya. Saya tidak menerima penolakan," tegasnya.

"APA???! Jadi Asdos Pak Esgal? Gak, gak, gak, saya gak mau!" ucap Ara sedikit terkejut dengan yang dikatakan oleh si dosen galak itu.

"Sudah saya bilang, nama saya bukan 'Esgal'!" kata Pak Raffa

"Ya, saya tau, tapi saya memang pengen manggil bapak gitu karena namanya cocok sama bapak yang dingin kek es batu dan galak," jelas Ara panjang kali lebar yang dibalas tatapan datar dari sang empu.

Kurang asem emang_-

"Terserah kamu, bisa naik darah saya kalau terus debat sama kamu."

"Tapi saya tidak mau jadi Asdos, Pak!" Ara sedikit berteriak karena Dosen itu sudah mulai masuk ke dalam sedangkan ia masih kesal dan tidak terima dengan hukuman yang diberikan oleh Raffa.

"Saya tidak peduli! Mau atau tidak kamu harus jadi Asdos saya. Jika tidak nilai kamu akan saya buat E dimatkul saya!" kata Pak Raffa tegas dan dingin

"Dasar pemaksa, dingin, kejam, gak punya perasaan, pelit lagi tuh. Mainnya sama nilai doang," sindir Ara kepada Raffa yang sudah mulai masuk ke kelas.

"Saya dengar itu!"

"Saya sengaja!!!"

Dasar kulkas berjalan!

Merasa tenggorokannya kering akibat terlalu banyak teriak, Ara pun pergi ke kantin tanpa berpamitan dengan Pak Raffa. Ara tau kalau peraturan sang dosen galaknya itu sangat ketat. Jika saja mereka sedang tidak di kampus, sudah dipastikan Ara akan mencakar habis-habisan wajah dosennya yang tampan itu.

"Dasar gadis cerewet! Pagi-pagi udah bikin tensi gw naik," ucap Pak Raffa dalam hati sambil mengelus dadanya.

Setelah dirasa tenang, Raffa melihat jam tangannya sebentar.

10.29

Itu artinya waktu habis, dan sudah waktunya  quis itu dikumpulkan meskipun belum siap mereka kerjakan. Karena selama mengajar, Raffa berusaha menunjukkan kepada para mahasiswanya untuk disiplin waktu.

"Perhatian! Waktu sudah habis, jadi kumpulkan semua lembar kerja kalian." Raffa bersiap-siap dan mulai mengambil lembar kerja mahasiswa karena ia mulai sadar waktu mengajarnya sudah habis bahkan dia tidak sempat mengawasi muridnya yang lain akibat mengurusi satu orang murid yang bikin naik darah itu.

"Baik, Pak."

Belum selangkah, Raffa kembali membalikkan badannya.

"Oh ya! Siapa nama teman kalian yang terlambat tadi," tanya Raffa mengingat dia belum tau nama gadis itu.

"Namanya Attalea Arasya Veronika Lovandra, Pak." Seseorang bernama Kila menjawab pertanyaan Pak Raffa sambil mengacungkan tangan.

"Kalau begitu, tugas akan saya kirimkan kepada teman kalian itu, deadline lusa. Jangan sampai ada yang tidak mengerjakan. Paham!!"

"Paham, Pak."

"Untuk kamu, tolong berikan nomor Attalea ke saya." Menunjuk ke arah Kila.

"Baik, Pak." Kila pun segera mengirim nomor temannya yang sudah buat sang dosen ganteng seantoro kampus  menjadi mencak-mencak hanya karena terlambat 3 menit.

"Saya permisi, selamat siang."

"Siang, Pak."

***

"Dasar dosen nyebelin!! Kalau tau gini, mending gw gak datang aja tadi." ucap Ara kesal mengingat kejadian tadi didepan kelasnya. Saat ini Ara berada di kantin bersama 2 temannya yaitu Kila dan Rena.

"Harusnya lo senang, Ra. Banyak mahasiswi yang mau jadi Asdos Pak Raffa, secara kan Pak Raffa ini dosen termuda dan tertampan dikampus ini setelah Pak Adi," ujar Rena sambil memuji-muji ketampanan seorang Raffa Arendra

"Ho'oh, apalagi kalau tau Pak Raffa masih belum punya. Tinggal lo gebet aja." Kila ikut manambahkan.

"Ihh ... siapa juga yang mau sama dosen kek dia, beraninya ngancam nilai doang, galak lagi tuh. Baru satu hari ketemu dia aja bawaannya marah mulu apalagi ketemu tiap hari. Lama-lama pengen gw cakar tu mukanya."

"Lo ngomong gitu nanti kena karmanya lho," kata Rena, mengingat sedari tadi temannya itu menjelek-jelekan dosen yang membuat para mahasiswi meleleh dengan ketampanannya tetapi tidak berlaku dengan Ara.

"Gak mungkin!!" ucap Ara yang sudah terlalu kesal dan tidak memedulikan perkataan Rena yang mungkin saja suatu saat akan terjadi padanya.

***

To be continued!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!