NovelToon NovelToon
( Cinta Tak Di Restui) Mengandung Anak Iparku

( Cinta Tak Di Restui) Mengandung Anak Iparku

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / duniahiburan / CEO / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ara julyana

Kisah Cinta Devanno dan Paula tidak berjalan mulus. Sang mama tidak setuju Devanno menikahi Paula yang bekerja sebagai waiters di sebuah diskotik. Sang mama berusaha memisahkan Devanno dan Paula. Ia mengirim Devanno ke luar negri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ara julyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab: 19

Mengetahui Paula menahan tangisnya, David mengulurkan tangannya dan menggenggam sesaat telapak tangan Paula yang ada di atas meja itu.

Dengan sikapnya itu seolah dia mengatakan bahwa dia siap membantu dan menguatkan Paula.

"Paula, jangan mengambil kesimpulan secepat itu, kita tidak tahu apa yang terjadi pada Vano sebelum kita bertemu dengannya, makanya biar ku bantu kamu menghubunginya ke Amerika," kata David.

"Nggak mas, jangan! aku nggak mau kamu melakukan itu," tegas Paula dengan mengusap kedua matanya yang berair.

"Lalu kenapa kamu mencarinya tadi siang?"

"Iya, aku mencarinya karena aku nggak tahu kalau dia berada di luar negri, dia menganggapku nggak penting, untuk apa lagi aku menghubunginya," suara Paula mulai di warnai tangis lagi.

"Tapi Paula, aku nggak percaya kalau Vano akan bersikap begitu," David menggelengkan kepalanya.

"Tapi, kenyataannya memang gitu mas."

"Pasti ada sesuatu di balik semua itu."

"Entahlah mas, aku hanya melihat kenyataan yang terjadi saja."

"Tapi, apapun itu Paula, aku tetap akan membantumu dalam hal apapun itu." ucap David tulus dan sungguh-sungguh.

"Kalau gitu, aku mau mas David benar-benar membantuku. Yaitu, berjanjilah kalau kamu nggak akan mengatakan apapun tentangku pada mas Vano. Terlebih tentang aku yang menelepon ke kantor tadi siang."

"Baiklah," jawab David pelan.

"Terimakasih."

"Paula...,"

"Ya...?"

"Maaf ya kalau aku lancang. Tapi, aku merasa sepertinya kamu sedang mengalami masalah besar Paula, izinkanlah aku untuk membantumu. Aku nggak ada maksud apa-apa aku benar-benar tulus ingin membantumu," David menatap serius pada Paula.

"Aku tahu...," lirih Paula.

"Paula, apakah kamu lagi kesulitan soal uang? atau apa?" suara David terdengar sangat hati-hati.

Paula terdiam. Dia tahu kalau David benar-benar tulus ingin membantunya. Tapi tampaknya, David tidak berpikir jauh kecuali mengenai keuangan saja.

"Apakah orang kaya selalu berpikiran begitu pada orang miskin?" batin Paula.

"Maaf kan aku, kalau aku salah," David merasa tak enak ketika melihat Paula terdiam.

"Nggak apa-apa mas, justru aku sangat berterimakasih sekali atas perhatianmu yang besar ini. Tapi masalah besarku ini nggak ada hubungannya dengan materi," akhirnya Paula mampu juga bersuara walaupun sangat pelan.

"Lalu apa, itu Paula? katakan saja pada ku jangan merasa sungkan atau ragu. Sebenarnya udah dari tadi aku melihatmu gelisah dan sedih. Tapi kalau kamu belum mau ngomong sekarang, ya udah nggak apa-apa. Yang penting kamu percaya sama aku. Aku akan siap membantumu kapan saja kamu butuh bantuanku."

"Tapi, ini sangat sulit mas," lirih Paula.

"Sesulit apapun itu, katakanlah padaku Paula, aku yakin kamu butuh seseorang untuk mendengarkan keluh kesahmu," desak David.

Semua yang di ucapkan David memang benar. Sudah sekian lamanya Paula berada dalam keadaan bingung dan putus asa. Dan sudah sekian lama juga dia merasakan beratnya beban pikiran dan batinnya selama ini.

Dan sekarang, tiba-tiba ada seseorang yang datang dan siap membantunya dalam hal apapun. Apakah Paula harus menceritakan semuanya pada David?

"Tapi mas, ini benar-benar sulit," Paula mulai ragu dan gelisah.

"Tapi itu, tetap harus di bicarakan bukan? atau kamu akan tetap membiarkan masalah itu berlarut-larut dan menjadi malapetaka buat kalian semua?" David bicara dengan suara lembut namun terdengar tegas.

Apa yang di katakan David memang benar. Paula menatap David dengan matanya yang berkaca-kaca. Sekarang ia sudah bertekat akan menceritakan beban batinnya pada David.

"Baiklah mas, aku percaya sama kamu. Meskipun aku tahu, nggak ada seorang pun yang bisa membantuku," ucap Paula setelah ia menghela nafas.

"Gimana kamu bisa seyakin itu, menganggap semua orang nggak bisa membantumu menyelesaikan masalahmu? nggak ada yang namanya masalah yang nggak bisa di selesaikan Paula," sahut David.

Paula kembali terdiam dan menunduk. Wajahnya semakin terlihat sedih. Melihat Paula seperti itu, David kembali mengulurkan tangannya dan meletakkannya ke atas tangan Paula yang ada di atas meja itu.

Kemudian untuk sesaat lamanya ia meremas lembut tangan Paula. Hatinya merasa iba melihat gadis itu.

Dalam hatinya, David merasa sangat marah pada mamanya. Sedikit banyaknya, wanita itu ikut andil dalam penderitaan yang di alami Paula.

"Yah, walaupun belum ada jalan keluarnya, setidaknya kamu ceritakan saja agak aku bisa ikut memikirkan persoalanmu itu, Paula. Dan beban pikiranmu jangan kamu simpan sendiri," kata David.

Seperti perkataan David yang sebelum-sebelumnya. Yang sekarang pun benar adanya. Paula mengakui hal itu.

Setelah mengumpulkan kekuatan untuk membicarakan kenyataan yang di hadapinya, Paula berniat untuk berterus terang pada David.

Paula menatap mata David. Dia melihat kejujuran dan kesabaran di mata itu.

"Aku nggak tahu, apakah ada gunanya juga atau enggak, kalau masalahku ini ku ceritakan padamu, tapi..., ya sudah lah," kata Paula pasrah.

"Pasti ada gunanya Paula, setidaknya kamu ada teman untuk berbagi rasa!" jawab David.

Paula menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan perlahan. Kemudian dia menggangguk.

"Aku, aku..., positif hamil mas!" kata Paula ragu dan takut.

David terkejut mendengar apa yang di katakan Paula barusan.

David memang merasa Paula lagi menghadapi masalah besar. Tapi dia tidak pernah mengira ataupun berpikir kalau masalah Paula itu adalah tentang kehamilan. Bahkan terlintas di otaknya pun tidak sama sekali.

David menatap nanar pada Paula untuk sesaat.

"Ka, kamu hamil sekarang?" tanyanya kemudian dengan gugup.

"Dengan Devano?" tiba-tiba saja pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibirnya. David mengutuk dirinya sendiri dia merasa bodoh dengan bertanya seperti itu pada Paula.

Mendengar pertanyaan David, Paula mengangkat wajahnya kembali. Dia terlihat menahan emosi yang hampir meledak. Dia terlihat begitu marah.

"Mas! apakah kamu berpikir aku begitu murahan? dan kekasihku bukan hanya mas Vano saja?" tanya gadis itu kemudian.

"Maaf, bukan begitu maksudku. Pertanyaan tadi keluar begitu saja dari mulutku, karena aku terkejut mendengar pengakuanmu Paula," cepat-cepat David meralat omongannya.

Paula percaya dengan ucapan David. Kemudian ia menundukkan wajahnya kembali.

"Sudahlah, aku percaya padamu mas. Tapi seandainya kamu berpikir buruk tentangku pun, aku memakluminya. Karena pekerjaan ku di tempat hiburan malam, aku sering di anggap sebagai wanita malam atau wanita penghibur dan sebagainya. Udahlah nggak apa-apa mas," gumam Paula yang kelihatan pasrah dan menyerah.

"Aku percaya sama kamu Paula. Aku yakin kamu gadis baik-baik," David meyakinkan Paula.

"Kenyataannya memang baru sekali itu saja kami melakukan perbuatan terlarang yang nggak seharusnya kami lakukan. Tapi hasilnya, aku di hukum. Aku hamil tampa suami," tangis Paula pun pecah seketika.

"Sudahlah Paula, itu namanya kecelakaan. Kamu nggak bersalah jangan menghukum dirimu sendiri," kata David dengan perasaan tertekan.

"Ahh, Devano! kemana pikiran warasmu waktu itu! kamu telah mengambil kesucian seorang gadis, lalu nggak bertanggung jawab untuk memperbaiki kesalahanmu. Takut sama mama? dan tergiur dengan iming-iming belajar di luar negri!!" gerutunya dalam hati.

"Aku nggak menghukum diriku sendiri mas, tapi segala sesuatu yang ada di sekelilingku yang menghukumku. Dan aku sangat takut," Paula semakin menangis.

David menarik nafas panjang. Tidak banyak yang di katakan oleh Paula. Tapi ia bisa merasakan begitu putus asanya gadis itu. Walaupun pikiran Paula begitu dewasa tapi usianya masih muda. Jadi wajar saja kalau dia begitu ketakutan menghadapi masalah sebesar itu dalam hidupnya.

"Paula, tenangkan dulu pikiranmu. Jangan menangis terus. Ayo, ku antar pulang," kata David dengan lembut. Kemudian dia meraih kunci mobilnya yang di letakkan di dekat gelas minumnya.

"Mas pulang saja duluan, aku nanti bisa pesan gojek," sahut Paula.

"Nggak, aku yang akan mengantarmu pulang. Aku masih ingin mengetahui banyak hal darimu. Mudah-mudahan kamu nggak menganggapku mencampuri urusan pribadimu. Dalam hal ini aku merasa terlibat di dalamnya. Karena Devano adalah adik kandungku. Dan kamu sedang mengandung anaknya," David meletakkan kembali kunci mobilnya ke tempat semula.

"Aku nggak menganggapmu ikut campur urusanku kok mas, aku malah berterimakasih padamu, karena sekarang ada seseorang yang bisa ku ajak bicara," sahut Paula.

"Kamu hadir di saat aku terpuruk dan putus asa. Di saat nggak ada seorang pun yang bisa ku ajak berkeluh kesah."

"Kedua orang tuamu?"

"Ayahku di penjara. Dan ibuku adalah wanita yang rapuh. Dan adikku masih terlalu muda untuk ku bebani masalah yang terjadi akibat dosaku ini," Paula menjawab dengan terus terang.

"Kamu terlalu pesimis, Paula."

"Nggak mas, aku nggak menyusahkan mereka. Aku yang berbuat jadi akulah yang harus bertanggung jawab. Jangan sampai mereka ikut susah karenaku."

"Kamu terlalu lemah," ucap David dengan pelan.

"Terserah mas, apapun yang kamu katakan tentangku aku terima, karena kamu nggak tahu keadaan keluargaku."

"Kalau begitu ceritakan padaku."

"Lain kali saja mas, cukup kamu tahu saja, akulah tulang punggung keluargaku. Jadi kehamilanku ini jelas akan berpengaruh besar dalam kehidupan keluargaku. Bukan dari segi mental saja tapi juga ekonomi karena aku pasti aku di berhentikan dari kerjaan. Lalu, kemana lagi aku akan mencari kerja dalam keadaan hamil?" jawab Paula pelan.

"Lalu, siapa saja yang udah tahu kamu hamil?"

"Hanya kamu dan dokter yang memeriksaku."

David menelan ludah. Dia sadar betapa besar kepercayaan yang telah di berikan Paula kepadanya. Dia harus menghargai kepercayaan itu.

"Itu artinya, Devano juga belum tahu?" tanyanya kemudian.

"Tadi siang, saat aku sudah putus asa dan nggak tahu lagi harus berbuat apa. Aku berniat memberitahunya dengan menelepon ke kantornya. Tapi kamulah yang menerima telepon itu mas," suara Paula di warnai tangis lagi.

"Lalu, kamu berubah pikiran. Begitu bukan?"

"Ya mas, bahkan tadi sebelum menelepon pun aku sudah berperang dengan batinku sendiri. Karena sebenarnya aku nggak mau merusak hubungan mas Vano dengan mama kalian. Tapi karena terpaksa aku memutuskan untuk menelepon mas Vano. Dan setelah aku tahu dia udah pergi jauh tanpa memberitahuku, maka aku putuskan untuk merahasiakan hal ini darinya." Paula menjawab pelan.

"Paula, bolehkah aku bertanya satu hal lagi?"

"Silahkan, tanyakanlah mas,"

"Apakah kamu menginginkan bayi itu?" David bertanya dengan hati-hati.

"Terus terang, aku nggak tahu mas. Dan kenapa kamu bertanya seperti itu?" Paula menarik nafas panjang.

"Aku hanya ingin tahu aja. Mungkin saja pernah terlintas dalam pikiranmu untuk menggugurkan kandunganmu itu," David memancing.

"Sejujurnya ku akui mas, beberapa kali terlintas di benakku untuk menggugurkan kandunganku ini. Tapi aku sadar bayi ini nggak berdosa, dia berhak untuk hidup. Dan aku juga nggak mau menambah dosa ku lagi mas," sahut Paula.

"Pikiranmu sangat dewasa. Walaupun kamu tahu itu akan membuat hidupmu berantakan," puji David.

"Ya."

"Apa kamu masih kuliah, Paula?"

"Masih mas, dan tinggal menyelesaikan skripsiku aja. Kurang dikit lagi. Tapi entahlah, apa aku mampu untuk melanjutkannya atau enggak."

"Pikirkan satu-satu dulu Paula. Jangan sekaligus membebani dirimu. Nanti aku akan bantu memikirkannya. Sekarang pikirkanlah yang di depan mata dulu. Masalah yang paling penting. Apakah kamu udah ada rencana untuk masa depanmu?" David menasehati Paula dengan lembut, layaknya seorang kakak memberikan nasehat terhadap adiknya sendiri.

Bersambung....

1
Spyro
Ayo Mas David tolongin Paula nya...
Spyro
Semoga Kak David membantu Paula ya, biar gimanapun ini kan calon ponakannya David juga..
Spyro
Alhamdulillah... Bagus Paulaa. Jgn korbanin calon bayimu
Spyro
Berat berat... Klau sudah begini selalu wanita yg kebagian susahnya...
Semoga Paula bisa melewati masalah ini. Hrus bgt di support keluarga sih....
sarinah najwa
sd kasih vote 😘 semangat up up up up up 💪💪💪💪💪❤️
Ara Julyana: makasih kak cantik😊
total 1 replies
Tiara
yes 👍
Tiara
ya.... bagus bener ini baru sahabat
Tiara
yup .. akhirnya
Tiara
baiklah....
tidak semua waitress club malam itu berstatus wanita gampangan....keren....
Yesi Erawati
ceritanya bagus banget
Ara Julyana: terimakasih kak😊
total 1 replies
Hera Imoet
baguss... syukaaaaa 😘
Hera Imoet: macama😘
Ara Julyana: terimakasih atas dukunganmu kak🙏🙏
total 2 replies
Spyro
Paula hamil. Vano pergi menghilang. Kalau sudah begini, yg rugi selalu perempuan.

Poor girl. Semoga Paula ttap bisa mmpertahankan bayinya. Tapi aku takut ngebayangin gimana reaksi ibunya Paula...
Spyro
Lah bener.
Spyro
Jangan jangan hamil?
Ara Julyana: ember🤭
total 1 replies
Spyro
Kan kan.. Jadi salah paham semua
Spyro
Dari awal, mreka uda kurang komunikasi. Greget sih sama Vano. Seenggaknya dia take action. Tahu mau pergi ya kasih tahu jauh2 hari. Apalagi mereka udah berhubungan trlalu jauh
Spyro
Tapi harusnya kamu gak ninggalin Paula selama 2 minggu. Datang kek ke ruma Paula.
Ara Julyana: itulah kak, entahlah othor yg atur😁😁
total 1 replies
Spyro
Eh jgn bilang Vano belum cerita ke Paula ttg rencana nya yg mau study ke Amerika?!
Ara Julyana: emang belom
total 1 replies
Spyro
Haduh Vano...
Ingat ya kamu habis ngapain sama Paula !! Jgn habis manis, sepah dibuang 😤😤
Ara Julyana: kayak mamam tebu aja😀
total 1 replies
Spyro
Pintar ya. Secara gk langsung menjauhkan Vano dari Paula.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!