NovelToon NovelToon
The Promise

The Promise

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:51.1k
Nilai: 5
Nama Author: NonAden119

Demi memenuhi janjinya pada sahabatnya, King Cayden Haqqi, seorang mantan anggota marinir yang selamat dari ledakan bom di tempatnya bertugas, pergi mencari keberadaan seseorang yang sangat berarti dalam hidup sahabatnya itu. Berbekal sebuah foto usang di tangan, ia harus segera menemukan wanita dalam foto itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NonAden119, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19. Mengalah

Tidak! Ini bukan ide yang gila. Ide yang muncul tiba-tiba setelah Riko menghubunginya subuh tadi dan mengatakan padanya bahwa perbaikan rumahnya akan segera rampung dalam waktu beberapa hari lagi. Ia akan terus mengingat janjinya pada Joe, menjaga dan melindungi adik sahabatnya itu dengan sepenuh hati. Namun ia juga punya cara lain yang lebih jitu untuk mewujudkan keinginannya itu, meski terkesan sedikit mengancam.

Mengatakan pada Mika bahwa rumah itu miliknya dan akan ia berikan untuk wanita spesialnya, memang benar adanya. Tapi ia menyembunyikan fakta sebenarnya dari Mika siapa wanita spesial yang ia maksud untuk mengetahui reaksinya. Melihat perubahan yang terjadi pada raut wajah Mika setelah ia mengatakan hal itu, membuat King semakin yakin untuk melanjutkan rencananya. Ia merasa kedekatan mereka semalam sangat mempengaruhi pikiran Mika terhadapnya.

“Tujuanku mengajakmu ke tempat ini agar Kau bisa melihat secara langsung progres pembangunan rumah ini, juga setiap bagian ruangan di dalamnya. Jadi Kau bisa dengan mudah memulai pekerjaanmu, bagian mana saja yang perlu untuk diubah dan ditata ulang. Aku tak akan mengganggu, semua Aku serahkan sepenuhnya padamu.”

Mika melengos mendengar ucapan lelaki yang berdiri di sampingnya itu, seolah-olah ia telah setuju untuk memenuhi keinginannya. Padahal sedari tadi ia hanya diam memperhatikan, tanpa mengucap sepatah kata pun.

“Semua ini tidak ada hubungannya denganku. Aku bahkan belum mengatakan kalau Aku setuju bekerja denganmu,” sahut Mika setengah bergumam, namun jelas terdengar di telinga King yang terlatih. Akhirnya ia bersuara setelah terdiam cukup lama sambil menatap nanar bangunan di depannya.

“Siapa yang bilang kalau pembangunan rumah ini tidak ada hubungannya denganmu?” sambar King cepat. Ia melipat tangan di dada, bergerak mendekati Mika dan berdiri tepat di hadapannya. Ia menunduk dan dengan sengaja mencondongkan wajahnya ke depan wajah Mika.

“Apaan, sih?!” Mika memalingkan wajahnya dan King terkekeh melihatnya.

King bisa melihat keraguan tampak membayang di wajah Mika, jemari tangannya yang bergerak gelisah membetulkan letak tali tas di pundaknya. Helaan napasnya yang berat setiap kali bola matanya melirik bangunan indah di depannya.

“Sepertinya Tuan salah orang.” Mika menolehkan wajahnya dan dengan berani balas menatap mata King.

“Salah orang bagaimana maksudmu? Aku sudah membawa orang yang paling tepat menurutku yang bisa mewujudkan keinginanku,” sahut King dengan menautkan kedua alisnya, Mika sudah mengubah kembali panggilannya dan itu membuatnya tak nyaman saat mendengarnya. Seolah ada jarak yang sengaja dipasang wanita itu sekarang.

Mika menghela napas sebelum melanjutkan bicaranya. “Membawaku ke tempat ini bukanlah sebuah tindakan yang tepat. Aku hanya seorang guru anak biasa yang pekerjaan sehari-harinya mengajar dan bermain bersama murid-murid kecilnya. Bukan seseorang yang seperti Tuan inginkan, yang bisa menyenangkan hati Tuan dengan merancang dan menciptakan keindahan juga kenyamanan untuk rumah mewahnya.”

Wanita di depannya itu mulai menunjukkan reaksi penolakan yang kentara jelas. Ini tak boleh terjadi dan King sudah bersiap mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi. Ia tetap harus bisa meyakinkan Mika agar mau bekerja sama dengannya.

“Aku hanya meminta sedikit jasa darimu untuk membantuku menata ulang isi rumahku. Jika Kau bersedia melakukannya, saat ini juga Aku akan segera menyuruh para pekerjaku di sana untuk mensterilkan lokasi acara sekolahmu.” Bujuk King lagi.

“Jangan memaksaku untuk melakukan sesuatu hal di luar kemampuanku. Aku percaya Tuan bisa membayar mahal seorang desain interior untuk melakukan keinginan Tuan.” Mika tetap bertahan, menolak keinginan King.

Apa yang dikatakan Mika memang benar. Dengan mudah ia bisa membayar jasa seorang desain interior untuk memenuhi keinginannya sekarang. Tapi bukan itu tujuan utamanya. King membeli rumah besar itu agar bisa mewujudkan sebagian dari impian Mika, dan ia ingin wanita itu sendiri yang mengatur dan menata rumahnya sesuai dengan seleranya. Ia akan berikan apa saja yang diperlukan, tapi tentu saja hal itu tak bisa ia ungkapkan secara gamblang pada Mika.

“Aku tidak berniat memaksamu sama sekali, Aku hanya ingin bantuan kecil darimu sebagai balasan atas ijin yang akan Aku berikan.” Balas King.

Apa namanya kalau tidak memaksa, berdalih akan memberi ijin tapi ada syarat yang harus dipenuhi. Ia tak mau melakukannya dan berinisiatif menghubungi pak ketua di sekolah.

Baru saja sambungan telepon terhubung, terdengar suara lantang dari seberang sana yang menyambutnya. Mika sampai harus menjauhkan ponselnya dari telinganya.

“Bagaimana Bu Mika, apa Ibu sudah bertemu dengan tuan Cayden? Tolong bicara baik-baik dengannya, dan bujuk dia agar segera memberikan ijin pada sekolah kita.”

Mika mengerutkan kening, menoleh pada King yang tampak berdiri membelakanginya. Ia pun bergeser menepi, menjauh mencari tempat agar suaranya tak terdengar oleh lelaki itu.

“Saya sudah bertemu dengannya. Tapi maaf, sepertinya kita harus mencari lokasi lain, pak ketua. Karena sangat sulit mendapatkan ijin lokasi dari tuan Cayden,” sahut Mika dengan suara berbisik.

“Kenapa bisa begitu? Tadi pagi Saya sudah bicara dengannya dan dia bersedia memberikan ijinnya. Dia bahkan menyediakan fasilitas memancing untuk belajar dan bermain anak-anak dan orang tua, dia juga menyediakan makanan dan minuman untuk kita semua.”

“Tapi, Pak Ketua. Dia sama sekali tidak mengatakan hal itu pada Saya. Dia hanya bilang sudah membersihkan lokasi lahan tapi belum bersedia memberikan ijinnya.” Mika bingung harus bicara apa, ia melirik sekali lagi pada King yang kini tengah bicara serius dengan salah satu pekerjanya. Tak mungkin ia mengatakan alasan sebenarnya kenapa ia belum mendapat ijin dari King.

“Tidak ada pemilik lahan sebaik dia, Bu Mika. Bersedia melakukan semua itu tanpa memungut biaya sepeser pun. Semuanya gratis! Tapi ada satu permintaan tuan Cayden pada Saya tadi pagi, dia ingin bertemu secara langsung denganmu dan bicara soal kapan waktu yang paling tepat untuk dimulainya acara sekolah kita. Jadi Saya harap akan mendengar kabar baik dari Ibu Mika setelah bicara dengannya.” Nada suara pak ketua mulai meninggi dan membuat telinga Mika memanas.

“Siap, Pak Ketua. Saya akan melakukan yang terbaik untuk sekolah kita.”

Mika menyimpan kembali ponselnya, mengembuskan napas panjang sebelum berbalik untuk melihat King lagi. Tapi lelaki itu sudah melangkah masuk ke dalam rumahnya. Sepertinya ia harus mengalah untuk memenuhi keinginan ketua.

“Apa yang harus kulakukan sekarang?” Mika menggigit bibir, menghela napas seraya menimbang-nimbang sebelum memutuskan. Dienyahkannya semua pikiran yang mengganggu dari benaknya. Beberapa saat kemudian ia melangkah maju, menyentak tali tas di bahunya lalu menyusul King masuk ke dalam rumahnya.

Mika mengedarkan pandangan mencari sosok King saat tiba di sebuah ruangan yang begitu luas, tapi tak ada lelaki itu di sana. Ia melihat tangga panjang menempel di sisi tembok yang menjadi penghubung kedua lantai di rumah itu. Mika mendongak dan tertegun saat matanya bertemu dengan mata King. Lelaki itu berdiri menatapnya dengan kedua tangan bertumpu pada pagar yang terbuat dari kayu bulat yang mengelilingi lantai dua rumahnya.

Tanpa diminta, Mika melangkahkan kakinya menaiki anak tangga diiringi tatap mata King yang tak lepas memandangnya. Saat tiba di anak tangga terakhir, King berjalan menghampiri dan mengulurkan tangannya. Mika tampak ragu, menunduk menatap jemari lebar tangan King. Sejurus kemudian ia melihat lelaki itu menarik lagi tangannya dan menyembunyikan di balik punggungnya.

“Tuan King, ketua bilang Tuan ingin bicara denganku soal waktu terbaik untuk dilangsungkannya acara wisata sekolah kami,” ucap Mika setelah ia menjejakkan kakinya di lantai dua rumah itu dan King berjalan pelan di sampingnya.

King menolehkan wajahnya, menatap Mika dengan sorot mata terkejut. Tapi hanya sesaat, ia bisa melihat Mika menyunggingkan senyumnya.

“Apa itu artinya Kau setuju bekerja sama denganku?” senyum cerah serta-merta menghias wajah tampan King. Tanpa sadar tangannya memegang bahu Mika dan menatapnya lekat.

Mika menelan ludah dengan susah payah, sepertinya kali ini ia pun tak bisa menolak lagi keinginan King. Terlebih saat mendengar cerita pak ketua padanya tadi. Ia pun hanya bisa mengangguk sebagai jawaban.

King berseru girang, mengurai tangan di bahu Mika dan beralih menggenggam tangan wanita itu. “Aku akan mengajakmu berkeliling rumah ini, melihat-lihat semua ruangan.”

“Tuan, Aku harus menghubungi pak ketua terlebih dahulu. Ia sedang menunggu kabar dariku sekarang.” Mika menahan tangan King, memintanya untuk melepas pegangannya.

“Maaf,” kata King dan langsung melepas pegangannya. Ia berdiri di dekat jendela kaca sementara Mika menghubungi atasannya. Senyum-senyum sendiri sambil memikirkan waktu yang tepat untuk Mika memulai pekerjaannya.

Satu minggu dirasa tak cukup, bagaimana kalau dua minggu! King sibuk menghitung hari hingga tak menyadari Mika sudah berdiri di dekatnya.

“Sebelum kita mulai berkeliling, ada satu hal yang ingin kutanyakan pada Tuan. Apa saja yang sudah Tuan katakan pada pak ketua hingga ia dengan begitu mudahnya memberikanku ijin cuti bekerja selama satu bulan ini?”

King tergagap, ia menggaruk kepalanya dan menolehkan wajah ke arah lain. Bibirnya seketika tersenyum lebar ketika melihat bayangan seseorang yang berjalan memasuki gerbang rumahnya.

“Orang itu datang.” King mengarahkan telunjuknya ke bangunan di bawahnya. “Kau harus bertemu dengannya dan mendengar sendiri jawabannya.”

Mika mengerutkan keningnya, ia mengikuti arah pandang mata King. Tapi tak ada siapa-siapa di sana. Hanya para pekerja saja yang tampak berkumpul di depan taman.

“Itu dia!” seru King lagi.

Mika menolehkan wajahnya cepat dan melangkah mengikuti King yang berjalan ke arah tangga. Seketika matanya melebar melihat sosok yang tengah berjalan menaiki anak tangga menuju ke arah mereka berdua.

☆☆☆

1
Dany atmdja
👍👍👍
Adi Nugroho
😁😁😁
Deni Rustam
lanjut thor
Anggi
lanjut kak
Yeni Nuril
🤗🤗🤗🤗
Dewi tanjung
😅😅😅
💕 yang yang 💝
😮😮😮
chaira rara
🤭🤭🤭
Hiro
👍👍👍
Brav Movie
next up
🎆 Mr.Goblin ✨
semangat
Allent
👍👍👍
Evans
😆😆😆😆
Moba Analog
lanjut up
Seo Ye Ji
sebut saja nama joe, seketika beres urusan dengan mika 🤣🤣🤣🤣🤣
Seo Ye Ji
akting maksimal king meyakinkan mika biar percaya tak ada komplain dari kekasihnya soal barang pilihannya, salut 👍
Kim Ye Jin
semangat say 😙
Kim Ye Jin
otw kerja and nginap di rumah baru, semangat 💪
❤ Kinan 💙
Hari pertama kerja di rumah king banyak perubahan terjadi di depan mata, semua perubahan merujuk pada selera dan kesukaan mika, pertanda apa ini? kebetulan atau memang direncanakan jauh jauh hari?
Rizky Ramadhan
👍👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!