Hallo selamat datang di karya terbaru aku...
Almeria givanda panggil saja giva seorang wanita cantik yang memiliki karir cukup baik sebagai salah satu manager disebuah perusahaan, karena kerja kerasnya akhirnya dia diangkat menjadi sekertaris sang CEO Giovanni Daniel.
Namun dalam urusan percintaan Giva tidak semulus karirnya karena harus berhadapan dengan pasangan yang cukup cuek dan egosi.
Mari kita lanjutkan cerita kehidupan fiksi ini dengan bijak dalam mengambil setiap keputusan dalam proses kehidupan yang dijalani 💐💐💐
happy reading ❣️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dimar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 19
" Kak Lo mau makan siang apa?" Fandy yang sudah bersiap untuk bangkit dari kursinya sekilas melihat jam ditangannya yang sudah menunjukkan waktu makan siang.
" Lo mau pacaran kan? So soan nanya makan ke gue" ejek gio yang sudah tau perilaku sepupunya itu.
" Hahaha lagian Lo lama amat tinggal sat set aja udah dapet izin juga dari bang Rio nunggu apalagi sih heran gue" Fandy yang kini berdiri dihadapan meja gio.
" Udah gue udah bilang kok terus apa gue harus selalu laporan sama Lo?" kini gio membalikkan ejekan sang sepupu sekaligus personal asistennya.
" Yauda gih ajakin makan siang bareng sebagai permulaan lo kan kaku banget kaya kanebo kering padahal udah mendem dari jaman dia sma masih aja adem padahal ini kesempatan emas kak" gio yang mendengar jawaban fandy sekilas melirik kearah giva yang ternyata masih sibuk dengan pekerjaannya.
" Udah sana Fany udah nunggu entar ribut lagi gue yang kena omel"
Fandy yang paham atas lirikan mata gio langsung keluar ruangan menghampiri meja giva " noh udah ditungguin makan siang bareng sama calon suami hahahah" Fandy melirik sekilas kearah ruangan gio dan langsung berlari.
" Mau makan siang apa?" tanpa ada suara tiba-tiba saja gio kini sudah berada di hadapannya dengan tangan kanan yang dimasukkan kedalam saku celana.
" Ya Tuhan pak untung aja jantung aku engga selembut kulit bayi, lagian kenapa engga pake aba-aba dulu" giva mengelus dadanya yang terasa berdebar antara salting atau memang kaget karena sedang fokus pada pekerjaannya.
" Maaf lagian fokus banget ini sudah jam makan siang loh nanti kamu sakit" gio yang merasa tidak enak langsung meminta maaf.
" Oh iya aku ga sadar terlalu nyaman sama kerjaan, bapak mau dipesankan makanan untuk makan siang ini?" giva langsung membereskan pekerjaannya dan bangkit dari duduknya.
" Ayo" tanpa aba-aba lagi gio langsung menarik tangan giva untuk mengikuti langkahnya.
" Kita mau kemana pak?" giva yang bingung hanya sekilas menanyakan yang terkesan basa-basi saja menghindari perdebatan panjang.
" Makan siang kan kita udah official kan? Bukankah hal yang wajar jika memang menghabiskan waktu berdua untuk makan siang?" ucapan gio sudah tidak bisa dibantah lagi karena memang benar adanya.
Saat ini gio dan giva sudah sampai diresto dekat kantor mereka memilih untuk berjalan kaki dengan menghabiskan waktu sambil mengobrol bercanda dan bahkan saling menjahili satu sama lain.
" Kamu capek ga ?" pergerakan tangan gio yang sedang membersihkan keringat diwajah giva membuat atensi pengunjung lain menatap mereka.
" Pak malu diliatin orang-orang" giva menundukkan kepalanya karena merasa tidak enak.
" Angkat wajahnya sayang, kita tidak menyakiti siapapun bahkan kita tidak merepotkan siapapun tidak ada kewajiban untuk kita menjaga perasaan orang lain selama kita bersikap sesuai dengan norma yang berlaku" gio mengangkat dagu sang kekasih.
" Pak ih jangan bikin saki salting terus kenapa capek tau, tiba-tiba manggil sayang apa ga meleleh" giva yang memang selalu terbuka tentang perasaannya membuat gio semakin gemas.
" Sayang stop jangan gemas gitu lemah akutuh tau" kedua tangan gio mencubit lembut pipi giva yang saat ini berwarna merah karena terkena paparan sinar matahari saat berjalan menuju resto.
" Gini ya rasanya dianggap oleh kekasih hati uuhhhh jantung dibikin olahraga terus" giva lagi-lagi membuat ungkapan diluar prediksi gio.
" Tapi seneng kan? Ternyata aku engga sekaku itu" gio masih menatap lekat wajah sang kekasih.
" Iyaa pasti mantan kekasihnya banyak nih soalnya udah pinter banget nge treat pasangan selembut ini hihihi" ejek giva yang sebenarnya khawatir jawaban apa yang akan keluar dari mulut sang kekasih sekaligus atasannya ini.
Taaaaakkkk...
" Sembarangan banget mulutnya kalau ngomong, emang ada bukti? Selama ini rio pernah cerita aku ada pacar ga? Ehh bukan calon istri soalnya tadi pagi aku udah di hak paten jadi calon suami orang" tangan gio saat ini sibuk merapikan rambut giva yang sedikit berantakan, entah tangannya selalu saja aktif jika berada didekat giva.
" awssshh sakit pak, baru juga sayang udah kena kdrt aja" giva mengerucutkan bibirnya sambil mengelus jidat yang baru saja mendapatkan hadiah dari tangan gio.
" Kenapa mau tanya apa? Pasti banyak yang mau ditanyain kan kenapa bisa sampe ungkapin perasaan, minta izin sama ayah sama Rio" saat ini tangannya sudah beralih mengelus jidat giva yang sedikit memerah karena ulahnya sendiri.
" Loh kok bapak tau sih pikiran aku?"
" Giva aku bukan bapak kamu ya gausah bapak bapak terus aku aja panggil kamu sayang apa hak paten tadi cuma becandaan kamu aja?" saat ini ucapan gio sedikit terkesan dingin tidak sehangat sebelumnya giva yang peka langsung beraksi.
" Maaf sayangku calon suamiku karena masih kaku jadi aku salah manggil, siapa bilang kamu bapak-bapak segini cakepnya seger kaya buah jeruk gini kok sampe banyak cewek yang tergoda tapi awas aja kalau calon suami aku sampe tergoda aku pakein rok nanti" kini gio yang dibuat salting sampai-sampai senyuman terus mengembang dibibirnya, kedua telinganya sudah berubah warna menjadi merah.
" Ihh sayang telinga kamu kenapa? Kok merah?" giva terus saja menggoda sang kekasih.
" Udah buruan makan nanti keburu abis jam makan siangnya, banyak tanya juga butuh tenaga sayang" gio menyiapkan makanan untuk giva sebelumnya.
" Terimakasih sayangku ternyata gio mode bucin kaya apotek tutup ya ga ada obat beruntung sekali aku" giva mengedipkan sebelah matanya saat pandangan mereka bertemu.
" Sayang kamu bener bener yaa jangan salahin aku kalau nanti malem aku izin nikahin kamu sama ayah" gio yang sudah habis tenaga menahan rasa saltingnya langsung mengancam giva.
" Jelek banget saltingnya, cobain deh sayang makanan aku" kini tangan giva berani memberikan makanan kepada gio dan diterima dengan senang hati.
" Hmmmm enak, bagus juga pilihan kamu sayang" gio yang sedang mengunyah makanan tiba-tiba saja jadi banyak bicara.
" Enak kan apalagi disuapin aku lebih enak haha"
" Kamu yaa ga sia-sia aku nungguin kamu selama 8 tahun ternyata sebahagia ini ya" ucapan gio membuat giva seketika menghentikan aktivitas makanya.
" Mm... maksudnya gimana kak? 8 tahun"
" Hehe iyaa kamu masih inget pertama kali aku jemput kamu disekolah karena kamu pertama kali dapet tamu bulanan? Awalnya karena Rio masih ada kelas dia minta tolong sama aku, Aldi dan boy tapi kebetulan aku yang lagi free akhirnya aku yang jemput kamu kasih kamu jaket dan nemenin beliin keperluan kamu" gio menceritakan pertemuan pertamanya dengan sang kekasih yang bisa dibilang cinta pada pandangan pertama.
" hah selama itu kakak?" giva yang masih shock mendengar jawaban sang kekasih matanya seperti ingin keluar.
" Iya kenapa? Rio tau kok, makannya kadang sampai kamu kuliah kalau kamu minta jemput Rio malah aku yang jemput kan? Kalau kamu tanya apa aku suka cemburu pas kamu pacaran sama adik aku? Ya cemburu tapi aku selalu percaya bahwa semua yang kita usahakan dan kita doakan pasti akan bertemu jawabannya selama apapun itu dan aku memilih untuk menunggu jawaban itu nih sekarang buktinya kamu sama aku kan?" gio kini menyuapkan makanan ke mulut giva karena sejak tadi giva berdiam diri dari aktivitas makanya.
" Kak maaf kalau aku engga sadar atas perasaan kamu selama ini, maaf jika selama kamu pendam perasaan aku banyak nyakitin kamu" giva menundukkan kepalanya merasa tidak enak atas sikapnya yang selama ini mengabaikan gio karena memang gio tidak secara terang-terangan memperlihatkan perasaannya kepada giva meskipun orang-orang terdekatnya mengetahui itu.
" Gapapa kamu ga salah ini pilihan aku, dan inget aku angkat kamu jadi sekertaris bukan karena perasaan tapi murni karena kemampuan kamu dan itu terbukti atas pencapaian kamu selama bekerja" gio yang tidak ingin ada pemikiran yang terlalu jauh dari sang kekasih langsung meluruskan.
" Aku tau kalau masalah pekerjaan sayang aku mana bisa bujuk-bujuk untuk memberikan cuma-cuma hahaha" obrolan mereka terlalu asik sampai-sampai banyak sekali canda tawa yang mengiringi.
peripun iki, thor???
Giva, Rio ternyataaaa?????
Stella.....???
Allohu Akbar!!!
yg namanya Lambe Ember
yaa tetap gitu..
otak dan mulut si Stel emang udah Expired...
Basiiii...
😁🤣🤣🤣
givaaaa
jujur ammaaatttttt
😃🤣🤣
bang gio...
nonton drakor nya diatas pembaringan
bukan di bioskop....
😃🤣🤣
senangnya hatiku..
hilang pening kepalaku...
itu karena dirimu...
yg gk tahu malu....
Lanjut &cemungut, thorqu... 😍
yuk hayuk Demo demo....
byk duit nih bg Rio....
bagi dong, baaangggg
😄🤣🤣
gercep amat....
😃🤣🤣
Emang si Keket kurang malunya yaa
😄🤣🤣
Sahabatku adik iparku...
eh, masih CALON yaaaaaa...
Tinggalkan Dandy dan
jadikan ia kenangan terburuk yg kudu diTutup!!!
😄😃🤣💪