"Apa anda sudah gila..? kenapa anda lakukan ini kepadaku..?"
Pertanyaan yang dibarengi dengan lelehan air mata, keluar dari rongga suara wanita cantik Yara Berker. Netra yang digenangi cairan bening itu, nampak berkilat kemarahan terhunus kearah lelaki tampan yang tengah terduduk dikursi kepemimpinannya.
"Mungkin...!" jawab Asker Meltin, sang CEO pemilik gedung pencakar langit termegah, Meltin Grup.
"Pilihan ada ditanganmu, kaulah penentu masa depanmu sendiri." sambung Asker Meltin membalasan tatapan sang bawahan yang berdiri gemetar dengan tangan terkepal didepan sana.
---------
Alih alih mendapatkan harapan yang ia gantungkan kala melamar pekerjaan diperusahaan terbesar dan termasyur dibeberapa belahan dunia, Yara Berker malah harus menelan kesakitan yang ia dapat dari atasannya sendiri.
Kepahitan kala harus mengorbankan hati dan cintanya, demi menjaga nama baiknya dan orang orang terkasih.
Pilihan yang keduanya sulit mau tak mau harus diambil olehnya.
Inilah kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Datu Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghitung kata
Seperti matahari yang terbit dari ufuk timur dan terbenam dipenghujung barat, begitulah kemarahan Asker kepada Yara. Pagi ini, pria itu kembali bersikap manis dan penuh kehangatan, seolah olah semalam tidak terjadi apa apa.
"Kenapa istriku ini selalu saja terlihat cantik..?" ucap Asker merengkuh pergelangan pinggang Yara yang sedang memakaikannya dasi.
Yara tersenyum menanggapi itu "kalau aku jelek, apa kamu tidak akan menyukaiku..?" tanyanya kemudian.
"Aku tidak akan menyerah kepadamu dan masa depan kita. Mau kamu jelek atau bagaimana pun bentukmu, aku akan selalu menyukaimu dan mencintaimu."
Hati Yara berdesir, kata kata sang suami terdengar sangat tulus. Tapi jika diingat akan apa yang dilakukan oleh pria didepannya itu, benarkah cinta itu ada baginya. Jika memang ada, kenapa harus memberi dirinya luka.
"Sudah, ayo kita sarapan. Papa mama pasti sudah menunggu." ucap Yara setelah usia dengan kegiatannya.
"Sayang..!" seru Asker menatap lekat mata hazel sang istri.
"Hem..!" jawab Yara membalas tatapan Asker.
"Aku sangat mencintaimu."
"Aku sudah mendengar itu lima kali pagi ini." balas Yara dan Asker terkekeh.
"Kamu menghitungnya..?"
"Iya dan sepertinya itu akan menjadi pekerjaan baruku mulai hari ini."
Asker tertawa "baiklah, kalau begitu aku akan lebih sering lagi mengucapkannya."
Mereka pun turun kelantai dasar mansion, lalu bergabung sarapan dengan kedua orang tua dan juga Liam. Obrolan ringan terjalin disana, sampai dimana Asker, Yara dan Liam pamit pergi bekerja.
"Ini berkas yang nanti akan dibahas dengan Golden Grup, silahkan bapak periksa kembali." kata Yara sembari menyodorkan berkas kedepan Asker.
"Sayang..!"
"Ini kantor, jadi harus profesional." jawab Yara yang tahu maksud seruan Asker.
"Kalau begitu besok berhenti bekerja saja." balas Asker dengan mudahnya.
Yara menghela nafas "suamiku, tolong diperiksa kembali berkasnya. Jika ada kesalahan, masih ada waktu untuk memperbaiki."
"Ah, manis sekali. Coba ulangi..?" ucap Asker sembari menarik tangan Yara agar mendekat kepadanya.
Ehem ehem
Liam memberi peringatan.
"Ck, mengganggu saja." kesal Asker lalu melepaskan pegangan tangannya.
"Waktunya bekerja, jika ingin bermesraan dirumah saja." balas Liam acuh.
Yara bergegas kembali ketempatnya, Asker bersibuk memeriksa berkas, begitu juga Liam memulai pekerjaannya dalam menyiapkan materi lain untuk pertemuan nanti.
Hingga tiba saatnya bagi Asker, Yara dan Liam bertemu dengan CEO Golden Grup yang usianya sebaya dengan Asker.
"Apa kabar tuan Asker..!" sapa sang CEO bernama Tariq.
"Saya baik, selamat datang diMeltin Grup tuan Tariq..!" sambutan Asker sembari menerima uluran tangan koleganya itu.
"Tuan Liam, dan nona Yara..!" sapa Tariq lagi.
Duduk saling berhadapan dengan terhalang meja, mereka memulai obrolan kerja sama antar kedua perusahaan.
Lagi, kecemburuan Asker dipaksa menunjukkan tanduknya. Dimana pria itu melihat berulang kali Tariq menatap kearah Yara. Bahkan saat sedang berbicara pun, Tariq malah menatap kepada istri koleganya itu.
"Anda sangat beruntung sekali tuan Asker, memiliki sekertaris sekaligus istri yang cantik dan juga pintar." ucap kurang ajar Tariq.
Asker mengeraskan rahangnya tipis, lalu memunculkan senyum tak sukanya "ya, saya memang selalu beruntung."
"Bukan rahasia lagi dikalangan CEO seperti kita, sekertaris cantik selalu jadi pilihan. Tapi siapa sangka jika anda sampai menjadikannya nyonya, anda memang berbeda." cibir Tariq yang entah apa maksudnya.
Asker menatap tajam kepada Tariq, sementara Yara dan Liam menatap pria itu dengan tatapan datar.
Tariq berucap kembali "tapi siapa yang bisa menolak pesona sekertaris seperti nona Yara ini..? bahkan sampai seorang pemilik Meltin Grup yang anti wanita bisa bertekuk lutut, dan pastinya sudah banyak kolega anda yang mengagumi nona Yara, bukan begitu tuan Asker..?"
"Sepertinya anda perlu belajar lagi bagaimana cara berbisnis yang baik tuan Tariq..? dan sepertinya saya juga akan berfikir ulang untuk bekerjasama dengan perusahaan anda." tegas Asker dengan tangan yang sudah mengepal erat.
Tariq terbahak "anda masih tidak bisa diajak bercanda ternyata tuan Asker..?" balas Taria dengan menatap dingin kepada suami Yara itu.
"Istri saya bukan bahan bercanda." tegas Asker "dan saya peringatkan, untuk lebih menjaga ucapan anda kedepannya."
Tatapan Asker semakin terhunus tajam kepada Tariq yang malah tersenyum meremehkan ucapannya.
Sedangkan Liam kini juga tertular kesal dan mengepal tangan erat menatap tajam Tariq. Sedangkan Yara, ia dibuat kembali berdesir karena sang suami sangat membelanya. Bahkan tidak memperdulikan jumlah keuntungan yang akan diperoleh jika bekerjasama dengan Golden Grup.
"Baiklah, saya meminta maaf tuan. Saya fikir anda berubah setelah menikah, ternyata masih sama saja." ucap Tariq kemudian.
"Jangan menguji kesabaranku Tariq..!"
"Ya, ya ya...!" ucap Tariq lalu mengarahkan netranya kepada Yara.
"Nona Yara, sepertinya suami anda ini sangat mudah marah. Jika suatu saat nanti nona tidak tahan hidup dengannya, bisa hubungi saya."
"Kurang ajar..!" ucap Asker dengan suara meninggi dan bangkit dari kursinya, berniat akan menghampiri Tarik. Namun dengan cepat Yara mencegah.
"Sudahlah Asker, aku hanya bercanda. Kita sudah lama tidak bertemu, anggap saja ini salam pertemuan dari sahabat lama."
"Adikmu ini masih saja emosian kalau menyangkut soal wanita." ucap Tariq lagi yang ditunjukan kepada Liam.
"Jangan melibatkan urusan pribadi kedalam pekerjaan, jika anda masih menyimpan sakit hati lebih baik jangan kemari." balas Liam.
"Aku hanya penasaran saja bagaimana wanita yang bisa membuat sahabat lamaku ini jatuh cinta, ternyata boleh juga." ucap Tariq semakin memancing emosi Asker dan Liam.
"Sepertinya kamu masih sakit hati akibat wanita yang dulu menolakmu dan malah mengejarku, kamu belum bisa melupakan wanita itu..? payah sekali. Aku sangat menyesal memberi kesempatan untuk datang keMeltin Grup." ucap cemooh balasan Asker.
"Tadi memang begitu, tapi setelah melihat istrimu sudah tidak lagi." balas Tariq.
"Silangkan keluar tuan Tariq..! sebelum saya yang melempar anda dari gedung ini." murka Asker.
Andai saja Yara tidka memeluknya, sudah pasti baku hantam sudah terjadi diruangan itu.
Dengan santai dan kekehan senang, Tariq meninggalkan Meltin Grup. Dengan menyisakan kemarahan dijiwa Asker dan Liam.
Sebenernya lbh suka yara sama altair..
Asker kyk psikopat iih serem..
Pliss thor endingnya balik sama altair aja,,
Atau klo ttp sama asker, ilangin tuh psikopatnya, serem & nyebelin bgt 🤣