Kecelakaan yang membuatnya cacat dan berakhir menggunakan kursi roda membuat Zenita sang Nona muda gagal menikah dengan kekasihnya. Ia terpaksa harus menikah dengan supir pribadinya karena mempelai pria tidak datang ke pernikahan. Namun bagaimana jadinya jika keduanya sudah memiliki pujaan hati masing-masing namun dipaksa untuk bersama?
Apakah keduanya akan saling jatuh cinta seiring berjalannya waktu? Ataukah berakhir dengan perceraian?
Sementara sang mempelai pria yang tidak datang ke pernikahan itu kembali ke kehidupannya setelah pernikahan itu terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagita chn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Ikut Franz
Sore ini Hazna terlihat sibuk di dapur membantu ibunya memasak. Ada satu pelayan rumah juga yang sedang bantu-bantu disitu.
Hazna memang bukan anak konglomerat seperti Zenita, namun tentunya ia juga anak orang yang berpunya dan jarang menyentuh dapur.
"Pokoknya makanan yang aku masak harus yang paling enak malam ini."
"Hmm. Memang Franz sudah pasti datang?"Timpal mamanya, sambil mengoleh makanan yang ada diwajan itu. Mama Hazna memang hobi memasak dan suka membuat kue. Bahkan ia memiliki toko kue yang cukup populer dikota ini dan punya banyak cabang.
"Harus. Harus datang Ma. Aku ga mau tahu!"
"Lah. Kalo Franz lembur kerja bagaimana?"
"Aku tidak tahu soal itu Ma. Tapi dia bilang dia akan berusaha datang malam ini. Jadi aku rasa dia pasti datang."
"Mama tidak tahu kenapa kau begitu menyukai Franz. Bahkan sampai tergila-gila Hazna. Kau bahkan menolak Eza anak konglomerat itu hanya demi Franz. Kau tahu, jika kau menerima Eza dan hidup bersama nantinya sudah pasti hidupmu terjamin."
Eza. Ia adalah lelaki pengusaha dan berkarier yang menyukai Hazna, namun ditolak olehnya karena Hazna lebih menyukai Franz.
"Aku tahu Ma dia kaya raya. Namun Hazna tidak suka padanya bagaimana?"
"Iya Mama juga tahu itu. Perasaan memang tidak bisa dipaksakan. Mama harap kau tidak salah pilih pasangan. Semoga saja Franz baik untukmu."
Sebenarnya awal hubungan keduanya terhalang restu dari orang tua Hazna. Namun seiring berjalannya waktu mereka mulai menerima semua itu. Mereka melihat kebahagiaan di putri mereka dengan adanya kehadiran Franz. Bahkan putrinya yang tampak Bar-bar dan centil itu mulai terlihat anggun dan sedikit kalem sekarang. Karena mereka sangat tahu putrinya yang tergila-gila pada lelaki itu hingga menolak lelaki lain.
*
*
Waktu sudah menunjukkan setengah 7 malam. Kedua orang tua Zenita masih dalam perjalanan dari pertemuannya diluar kota. Sendari tadi Franz terlihat gelisah dan uring-uringan. Ia ingin pergi kerumah Hazna namun ia berat untuk meninggalkan istrinya tanpa suster dan ini juga tidak mungkin baginya untuk meninggalkannya.
Aku harus bagaimana? Tidak mungkin aku bisa datang makan malam ke rumah Hazna dan meninggalkan Nona sendiri kan?
Aku juga tidak bisa mengecewakan Hazna ya Tuhan. Posisi seperti ini benar-benar membuatku lemah!
Di satu sisi aku ingin mempertahankan pernikahan ini namun Nona pun enggan. Aku harus bagaimana?
Kenapa suster tidak berangkat segala? Kenapa semuanya terasa kebetulan sekali. Seolah-olah takdirku memang harus tetap dirumah dan jangan kemana-mana.
Mungkin benar takdir itu tak semuanya sama dengan keinginan dan rencana kita. Mau se berusaha apapun Franz ingin datang ke rumah Hazna tapi jika Tuhan melarang dengan cara seperti ini ia bisa apa. Sementara suster kebetulan sekali tidak bisa datang bekerja hari ini. Kedua orang tua Zenita pun juga pergi keluar kota pulang malam. Sebenarnya masih banyak pelayan dirumah ini. Namun ini bukan tugas mereka untuk menjaga sang Nona. Masuk kekamar pribadi mereka juga tidak bisa sembarangan orang.
"Kamu jadi datang kesini kan Mas? Kenapa gak dijawab? Apa Mas masih menyetir?" Pesan Hazna yang tidak sabar menunggu kehadirannya datang ke rumah.
Sementara Franz masih terdiam menatap layar ponsel itu. Ia sedang bingung dengan keadaan.
Bahkan Hazna sudah bawel sekali, ia pasti sangat mengharapkanku datang. Aku harus bagaimana sekarang? Jika aku tidak datang malam ini pasti dia akan marah besar besok. Namun jika aku tak jadi datang juga aku harus beralasan apa?
*
*
Hari sudah pagi.
Tentu saja Franz tidak bisa datang ke acara makan malam dirumah keluarga Hazna semalam. Padahal semalam Hazna sudah menyiapkan banyak menu yang sudah susah payah ia masak, namun Franz begitu membuatnya kecewa karena tidak bisa datang.
Dari semalam juga setelah Franz mengirim pesan maaf dan tidak bisa datang itu tidak ada jawaban dari Hazna. Ia hanya membaca pesan itu dan menghilang tak ada kabar entah kemana. Bahkan Franz sudah mencoba menelponnya berkali-kali namun tak kunjung diangkat hingga masih tak ada kabar sampai pagi ini.
Hazna benar-benar marah. Bahkan pagi ini dia tidak mengirim pesan apapun. Pesan semalam juga hanya dibaca. Ia pasti begitu marah dan kecewa kepadaku. Aku harus bertemu dengannya hari ini.
Kebetulan hari ini adalah hari wekeend. Franz memiliki banyak waktu untuk keluar rumah.
"Apa hari ini kau mau pulang kerumah Mas?" Tanya Zenita yang sudah melihat Franz rapi dan membersihkan dirinya dipagi hari.
"Ohh iya Nona. Aku ingin pulang dulu kerumah. Kebetulan hari ini Fara ulang tahun. Jadi aku ingin memberikan hadiah kecil untuknya."
Fara memang sedang berulang tahun, jadi ini bukan alasan Franz semata untuk pulang. Ia juga bisa mengambil kesempatan ini untuk bertemu dengan Hazna.
"Kalau begitu apa aku boleh ikut? Aku merasa bosan dirumah?"
Jika Nona ikut bagaimana aku bisa bertemu dengan Hazna?
Melihat Franz terdiam membuat Zenita berkecil hati.
"Kalo boleh saja Mas? Ga boleh juga gak papa. Aku tidak akan memaksa,lagian aku tahu aku pasti hanya akan merepotkanmu nanti."
Zenita benar-benar merasa bosan dirumah. Makannya ia ingin ikut suaminya pulang. Kebetulan tidak ada jadwal kontrol juga hari ini. Apa salahnya juga sekali-kali ia berkunjung ke rumah suaminya.
"Ahh tentu saja tidak Nona. Justru aku merasa senang jika Nona ingin main kerumah. Namun rumahku sangat sederhana Nona, mungkin akan membuat Anda bosan disana."
"Jangan bilang begitu. Aku juga ingin mengenal Fara. Sepertinya ia sangat membenciku waktu pertemuan dirumah sakit itu. Apa aku boleh mengenalnya lebih dekat?"
"Tentu saja boleh Nona. Kalau begitu ayo kita jalan sekarang atau bagaimana?"
"Boleh."
Rumah Zenita memang memiliki lift setiap lantainya. Mereka kan keluarga kaya raya, jadi hal yang menakjubkan seperti ini sudah pasti ada dirumahnya. Lift juga sangat membantu dengan keadaan Zenita sekarang yang masih menggunakan kursi roda.
Keduanya langsung jalan meninggalkan halaman rumah itu setelah berpamitan dengan Mama Lisa. Mama Lisa pun menghantar ke halaman rumah dengan penuh senyuman dan senang hati.
"Pa. Papaaaa...." Teriakan Mama Lisa yang bahagia memenuhi seluruh penjuru ruangan setelah melihat keduanya pergi bersama.
"Apaan si Ma?" Papa Indra yang penasaran langsung keluar rumah.
"Lihatlah. Sepertinya sekarang keduanya ada perubahan. Mereka semakin dekat dan bahkan Zenita mau main kerumah Franz!" Pekiknya sambil tersenyum lebar penuh bahagia.
"Benarkah? Baguslah jika seperti itu." Papa indra pun merasa ikut senang setelah melihat kepergian mobil itu yang semakin jauh meninggalkan komplek.