Laura Veronica, dia merupakan seorang mahasiswi jurusan manajemen bisnis. Dia bisa di bilang wanita barbar di kampusnya, prilaku Laura memang sembrono dan centil.
Suatu hari, kebetulan ada dosen baru yang bernama Dimas Adamar, pria tampan namun berwajah dingin. Postur tubuhnya yang gagah membuat Laura terpikat akan pesonanya.
Akankahkah pria itu terpikat oleh pesona wanita barbar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurmaMuezzaKhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28 Di sekap
"Pak, tolong berhenti disini saja."
Ckitttt..
Mobil tersebut pun langsung berhenti. "Kenapa berhenti disini, tuan?" Tanya sang sopir taksi.
"Tidak papa, saya ingin ke minimarket dulu." Jawab seseorang yang tak lain adalah Revan.
"Baiklah kalau begitu."
Ceklek
Pintu mobil pun terbuka, dengan cepat Revan pun turun dari taksi tersebut. "Pak, saya sudah bayar lewat aplikasi."
"Baik, tuan. Terima kasih."
Vroomm..
"Huft.." Revan mencoba menghela nafasnya. Dia berbohong pada supir taksi tersebut, nyatanya uang dia tak cukup untuk membayar ongkos taksinya.
"Jarak dari sini ke rumah sakit hanya lima belas menit lagi, aku harus berjalan cepat untuk sampai ke sana." Mencoba berjalan cepat walau sedikit susah.
Lima belas menit kemudian, Revan telah sampai di depan rumah sakit yang dia tuju. Dia pun bergegas untuk masuk ke dalam. "Aku harus cepat sampai, jangan sampai anakku menunggu terlalu lama."
Dugh!
"Aww.." Revan memegang bahunya.
Seseorang yang menabrak Revan pun terkejut. "Maaf, saya tidak senga-- Eh, kau?" Ucapnya terkejut di akhir kata.
"Ya? " Revan pun mendongakkan kepalanya. "D-dimas??" Gumamnya sambil membulatkan matanya.
Ya, seperti yang kalian tahu. Revan bertabrakan dengan Dimas, bahkan Dimas juga terkejut sambil mulutnya menganga. "Woi bro! Kemana aja lo, Revan?!" Pekiknya.
Revan pun langsung tersenyum sekaligus senang saat melihat sahabat yang sudah lama tidak dia temui, kini ada di depan mata.
Greb!
"Apa kabar ,Dim?" Memeluk Dimas.
Dengan cepat Dimas pun membalas pelukan sang sahabat. "Kabarku baik, bro! Sudah lebih dari 6 tahun kita tidak bertemu lagi."
"Syukurlah. Maaf tapi kita sepertinya tidak bisa berlama-lama, aku harus segera masuk ke dalam." Revan mengurai pelukannya.
Dimas pun melirik Revan yang memakai tongkat kaki untuk berjalan. Dalam pikiran Dimas, dia terkejut sekaligus bersedih melihat keadaan sahabatnya saat ini. Dia pun hanya mengangguk dan tak berani menanyakan keadaanya. "Baiklah, boleh aku minta nomer teleponmu?"
"Boleh, sebent--"
Revan terkejut ketika merogoh saku bajunya, ponselnya tak ada di dalam sakunya. "Eh, kemana ponselku?" Mencari ponselnya di dalam saku.
"Astaga, mungkin kau meninggalkannya di rumah. Nanti saja deh kalau kita bertemu lagi, aku juga harus buru-buru pergi." Ucap Dimas dengan terburu-buru.
"Oke, hati-hati, Dim." Melambaikan tangannya.
Sebenarnya Dimas masih ingin mengobrol dengan Revan. Namun, keselamatan Laura saat ini lebih penting. "Sepertinya Revan ingin memeriksa kakinya, tapi aku tidak bisa mengantarnya ke dalam, nyawa sekarang Laura dalam bahaya. Gumam hatinya sambil berjalan cepat.
*
*
Dugh.. Dugh.. Dugh.
"Yakkk, buka pintunya sialan. Kenapa kalian mengurungku disini." Teriaknya di balik pintu.
Saat ini Laura sedang di sekap di dalam rumah kosong yang tak terpakai. Tangannya yang terikat, membuatnya susah untuk melepaskan dirinya agar bisa keluar dari ruangan ini.
"Woi diam! Kami sedang ngopi dulu, kau duduk saja dengan santai. Kami tidak akan buru-buru menghabisimu." Celetuk seorang pria tak di kenal di luar pintu.
Degh.
Laura pun terkejut bahkan dirinya langsung merosotkan tubuhnya ke bawah. "Hiks.. Sebenarnya siapa yang ingin membunuhku... Apa salah--"
Tiba-tiba, Laura teringat seseorang yang mungkin saja penyebab dirinya di culik. "Apakah ini ulah wanita sialan itu." Mengeraskan rahangnya.
Ceklek.
Pintu ruangan tersebut tiba-tiba terbuka. "M-mau apa kalian..?" Perlahan Laura mundur ketakutan.
Dua orang pria datang membuka pintu ruangan dan menghampiri Laura dengan tatapan penuh arti. "Manis... Sepertinya kita harus bermain sebentar sebelum ke intinya." Menyunggingkan senyuman.
"Berhenti disana, jangan sampai kalian menyentuhku!!" Pekik Laura.
"Hahahah.. Kau pikir kami takut dengan ancamanmu, Nona? Kami hanya akan mencicipi tubuhmu sebentar." Ucap salahsatu pria yang mendekat ke arah Laura.
Dengan cepat Laura langsung menggeleng. "Jangan menyentuhku, kalian akan mati jika menyentuhku sekarang!" Teriaknya.
"Ck, dasar jalangg."
Plakk..
єηєg ρgη мυηтαн... кαυ ∂gя
double up!!