NovelToon NovelToon
Petualangan Sang Pendekar Di Dua Negeri

Petualangan Sang Pendekar Di Dua Negeri

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Perperangan
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ikri Sa'ati

Cerita ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang pendekar sakti. Bermula dengan tidak diakui sebagai anak oleh ayahandanya, sedangkan dia belum mengetahui.

Tahunya dia ayahandanya yang sebagai seorang raja telah mati terbunuh saat perang melawan pemberontak yang dipimpin oleh seorang sakti berhati kejam, yang pada akhirnya kerajaan ayahandanya berhasil direbut.

Hingga suatu ketika dia harus terpisah juga dengan ibunda tercintanya karena suatu keadaan yang mengharuskan demikian pada waktu yang cukup lama.

Di lain keadaan kekasih tercintanya, bahkan sudah dijadikan istri, telah mengkhianatinya dan meninggalkan cintanya begitu saja.

Namun meski mendapat berbagai musibah yang begitu menyakitkan, sang pendekar tetap tegar menjalani hidupnya.

Di pundaknya terbebani tanggung jawab besar, yaitu memberantas angkara murka di dua negeri; di Negeri Mega Pancaraya (dunia kuno) dan di Mega Buanaraya (dunia modern) yang diciptakan oleh manusia-manusia durjana berhati iblis....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 11 TRAGEDI BERDARAH DI KEDIAMAN WALI KOTA

Sementara itu di tempat lain, tepatnya di kediaman Wali Kota, Bapak Basuki Handoko....

Sama halnya apa yang terjadi di kediaman Menteri Pertahanan dan Keamanan Negara, di kediaman Pak Basuki Handoko juga kedatangan makhluk-makhluk mengerikan yang disebut Pasukan Siluman Topeng Merah.

Jumlah personil Pasukan Siluman Topeng Merah yang bertugas untuk membunuh Pak Basuki Handoko hampir tidak berbeda dengan personil yang bertugas di kediaman Jenderal Himawan.

Atau lebih tepatnya berjumlah 30 personil; 20 personil Pasukan Siluman Topeng Merah bersabuk warna coklat, dan 10 personil yang mengenakan sabuk warna hitam.

Ditambah satu orang pemimpin pergerakan yang juga penampilannya sama dengan pemimpin pergerakan di kediaman Pak Menhankam Negara. Hanya saja pemimpin pergerakan di sini usianya lebih tua.

Kedatangan pasukan siluman di kediaman Wali Kota itu nyaris bersamaan waktunya dengan kedatangan pasukan siluman di kediaman Pak Jenderal.

Makhluk-makhluk menyeramkan yang sepertinya siluman itu juga sudah menghambur-hambur darah di kediaman yang cukup luas itu.

Mereka sudah membunuh semua prajurit penjaga yang berjaga di luar rumah Pak Basuki. Baik itu prajurit yang berjaga di areal pelataran depan kediaman, maupun prajurit yang berjaga di halaman belakang kediaman.

Kebetulan malam itu di kediaman Pak Wali Kota tidak ada pesta yang tergelar. Pula tidak ada pejabat atau rekan Pak Basuki yang berkunjung ke rumahnya.

Namun ternyata ada pesta yang sungguh hebat tergelar di kediaman itu malam itu, yaitu pesta darah yang dilakukan oleh Pasukan Siluman Topeng Merah.

Mereka sudah begitu banyak menghamburkan darah para prajurit penjaga di halaman depan maupun di halaman belakang.

Sementara prajurit-prajurit penjaga itu yang darah mereka berceceran di mana-mana, kematian mereka sungguh mengerikan sekaligus menyedihkan.

Ada yang badannya terpisah menjadi dua, bahkan ada terpisah tiga bagian. Bahkan tidak sedikit yang kepalanya terpisah dari badan. Ada yang....

Kematian yang dialami oleh para prajurit penjaga itu nyaris tidak ada bedanya seperti kematian yang terjadi dengan para prajurit penjaga di kediaman Pak Menhankam Negara.

Bahkan ternyata di dalam rumah Pak Basuki juga tengah berlangsung pesta. Kalau di luar pesta darah, sedangkan di dalam rumah adalah pesta ketakutan.

Ya, semua penghuni rumah itu, termasuk Pak Basuki tidak ketinggalan, masih diselimuti rasa takut yang amat sangat hingga saat ini.

Perlu diketahui bahwa, semua penghuni rumah di kediaman Pak Basuki sekarang telah berkumpul di ruangan tengah yang luas.

Tidak hanya Pak Basuki dan istri serta kedua anaknya yang berada di situ, juga semua pembantu dikumpulkan di situ.

Sebenarnya Pak Basuki masih punya seorang putri seusia anak SMA kelas 10. Tapi saat ini putrinya ada di rumah Pak Menhankam yang menghadiri perta ultah Jovanka.

Namun putrinya yang juga teman sekolah Jovanka juga tertahan di situ. Karena di kediaman Pak Himawan juga tengah terjadi peristiwa seperti di sini.

Jeritan-jeritan kematian yang begitu mengerikan yang terdengar di luar sana tadi langsung sukses membuat seisi rumah ketakutan. Suasana mencekam berbalut horor langsung merenggut mereka semua.

Sungguh tidak ada seorang pun yang menyangka kalau peristiwa berdarah yang begitu mengerikan bakal terjadi malam ini di kediaman ini.

Kalaulah semata jeritan-jeritan kematian para prajurit penjaga saja, mungkin semua orang di dalam rumah yang besar itu tidak terlalu setakut itu.

Namun penampakan makhluk-makhluk mengerikan laksana setan yang telah membunuh para prajurit penjaga itulah yang membuat mereka lebih takut setakut-takutnya.

Tampak istri dan putri Pak Wali Kota yang berusia 13 tahun terus saja menangis ketakutan seakan tidak mau berhenti. Tapi tiada hentinya Pak Wali Kota mendiamkan mereka meski dia juga tengah ketakutan.

Yang tidak menangis cuma putra tertuanya yang seusia anak kuliahan. Tapi bukan berarti dia baik-baik saja bukan? Dia memang tidak menangis, tapi ketakutan sudah menyelimuti dirinya hingga wajah tampannya menjadi pias bagai kain kafan.

Pemuda kuliahan itu tadi bersama sang wali kota sempat menengok keluar. Dan mereka langsung melihat Pasukan Siluman Topeng Merah yang berwajah laksana setan tengah membantai para prajurit penjaga dengan sadis.

Sedangkan di dalam rumah tidak ada lagi prajurit penjaga, karena semuanya sudah keluar dengan maksud hendak membasmi pasukan siluman itu. Namun ternyata merekalah yang dihabisi.

★☆★☆

Sementara itu di luar rumah....

Sekarang, semua Pasukan Siluman Topeng Merah telah berkumpul di depan serambi setelah membasmi habis prajurit penjaga. Tentunya sang pemimpin juga berada di situ, dan berdiri paling depan.

"Wali Kota! Keluar kau!" seketika sang pemimpin berteriak membentak cukup keras menyerukan Pak Basuki agar keluar. Membuat seisi rumah makin terkejut ketakutan.

"Jangan hanya bersembunyi seperti pengecut busuk!" lanjut sang pemimpin bernada makin garang.

Namun apakah Pak Basuki akan memenuhi panggilan kematian itu? Tentu saja tidak. Dia tidak langsung segera keluar memenuhi panggilan sang pemimpin. Apalagi istri dan putrinya masih saja merengek. Bahkan istrinya melarangnya keluar.

Sekali lagi sang pemimpin membentak keras menyuruh Pak Basuki keluar, bahkan mengancam akan membunuh seluruh penghuni rumah tanpa terkecuali.

Namun Pak Basuki, di tengah rasa takut bercampur bingung, dia masih belum mau keluar. Bahkan putra pertamanya sebenarnya hendak keluar. Namun dilarang keras oleh ayah dan ibunya.

Sehingga belum ada seorang pun yang keluar dari kediaman itu.

Sementara sang pemimpin sepertinya sudah tidak sabaran. Maka dia langsung memerintahkan 10 orang anak buahnya masuk ke dalam rumah untuk menghabisi Pak Wali Kota beserta seluruh orang yang ada di dalam rumah.

Tanpa menunggu perintah dua kali 10 pasukan siluman bersabuk coklat itu langsung melangkah lebar dan cepat hendak masuk ke dalam rumah.

Namun belum juga kaki mereka menginjak anak tangga serambi depan, tiba-tiba saja berkelebat dua sosok bayangan yang masing-masing membawa pedang cukup panjang yang seakan baru keluar dari dalam rumah.

Dua sosok bayangan itu, sosok bayangan merah dan sosok bayangan kuning, terus melesat dengan amat cepat menerjang 10 personil Pasukan Siluman Topeng Merah yang hendak masuk.

Tidak ada atau belum ada yang sempat menyadari kehadiran kedua sosok bayangan itu, termasuk 10 anggota Pasukan Siluman yang hendak masuk.

Kejap berikut pedang yang berada di tangan sosok bayangan merah dan pedang bersinar warna kuning yang ada di tangan sosok bayangan kuning tampak berkelebat mengayun dengan sebat, menebas ke udara beberapa kali dengan amat cepat.

Sejurus kemudian, tahu-tahu sudah terdengar jeritan-jeritan kematian yang begitu menyeramkan laksana jeritan hantu yang sekarat yang saling sahut-sahutan.

Membuat orang-orang yang ada di dalam rumah semakin merasakan horor. Suasana yang amat mencekam semakin mencekik rasa takut mereka.

Menyusul kemudian pada bertumbangannya 10 makhluk mengerikan dengan tubuh yang tertebas dan bersimbah darah.

Tiga kepala jatuh menggelinding ke lantai paving bersama tubuh-tubuh yang terpotong. Darah segar langsung berhamburan berceceran di situ.

Kejadian itu berlangsung amat cepat, cuma sekian detik saja kejadiannya. Amat susah diikuti oleh pandangan mata biasa.

Sampai-sampai sang pemimpin cuma bisa terperangah diam menyaksikannya. Membuatnya beberapa saat lamanya tidak bisa berbuat apa-apa seakan terhipnotis oleh kejadian tersebut.

Sejurus kemudian, begitu suasana sudah terbungkus sunyi, maka tampaklah dua sosok manusia, atau lebih tepatnya dua orang pemuda tengah berdiri tenang di dekat mayat-mayat 10 Pasukan Siluman Topeng Merah yang berserakan.

★☆★☆

Dua orang pemuda itu yang ternyata memiliki wajah tampan kini tengah berdiri diam sambil menatap Pasukan Siluman Topeng Merah yang kini tinggal 20 orang ditambah seorang pemimpin yang berjarak sekitar 20 meter di depan mereka.

Pemuda yang berdiri sebelah kanan berambut lurus panjang sepinggang berwarna hitam kemerahan. Rambutnya itu diikat pas di belakang tengkuknya.

Sedangkan kepalanya melingkar ikat kepala dari logam berukir indah warna merah metalik. Di depan ikat kepalanya terdapat sebentuk ukiran 2 naga yang saling berhadapan.

Pemuda yang ternyata memiliki dua buah pedang itu mengenakan pakaian panjang model jubah lengan panjang warna merah gelap.

Di pinggangnya sebelah kiri yang terlilit sabuk dari kain warna merah terselip salah satu pedangnya yang bermata tunggal. Sedangkan pedangnya yang satu tersampir di punggung belakang sebelah kanan.

Sementara pemuda yang berdiri sebelah kiri berambut sedikit ikal berwarna coklat kekuningan. Rambutnya yang panjang sepunggung itu dibiarkan tergerai. Hanya saja dia juga berikat kepala yang semodel dengan rekannya, tapi miliknya berwarna kuning keemasan.

Pemuda yang berpedang lebar tersampir di punggung kanannya itu berpakaian panjang dari bahan kain seperti karet yang elastis, berlengan pendek sebatas siku berwarna kuning.

Di pinggangnya terlilit sabuk dari logam warna kuning keemasan, dan di depannya terdapat dua ukiran naga saling berhadapan. Dan pakaian di bawah sabuknya itu terbelah hingga ke bawah.

Untuk sejenak lamanya, sang pemimpin masih terpaku diam menatap terkejut terperangah pada kedua pemuda tampan yang baru datang entah dari mana.

Masalahnya, seluruh areal kediaman Pak Wali Kota ini sudah disegel dengan mantra Tudung Ghaib Merah. Dari mana masuknya dan bagaimana kedua manusia itu bisa masuk sudah menguras pikirannya sehingga dia seperti linglung.

Namun seketika keterbengongannya langsung buyar mana kala pemuda berjubah kuning menegurnya dengan nada konyol.

"Kau jangan terlalu lama terbengong seperti itu, Baruna. Nanti... lama-lama kau bisa linglung sendiri loh.... Hahaha...."

Kembali sang pemimpin terkejut heran mendengar ucapan pemuda berjubah kuning itu yang ternyata mengetahui namanya. Siapa sebenarnya mereka itu. Dari mana mereka mengetahui namanya. Tapi....

"Siapa kalian hah? Dari mana kalian tahu namaku?"

"Heh, Baruna, si Pengkhianat Busuk! Apa kau sudah jadi linglung?" kata pemuda berjubah kuning masih dengan gaya konyolnya. "Terus kau tiba-tiba lupa sama kami, begitu?"

Belum kering nada ucapan pemuda berjubah kuning itu, seketika pemimpin yang bernama Baruna kembali terkejut, bahkan langsung menegang saat dia seperti telah menyadari sesuatu.

"Dua Ksatria dari Lembah Naga; Ksatria Naga Merah..., Ksatria Naga Kuning...," cetusnya bernada bagai tercekat di tenggorokan.

"Nah... itu kau masih ingat rupanya," kata pemuda berjubah kuning yang ternyata berjuluk Ksatria Naga Kuning lagi, masih dengan gaya konyol. "Kukira kau sudah linglung dan langsung hilang ingatan."

"Apa urusan kalian di negeri ini?" bentak Baruna berusaha garang demi menindih nyalinya yang mulai lumer. "Aku harap kalian tidak mengganggu pekerjaan kami di sini kalau masih sayang nyawa!"

"Apa urusan kami katamu?" berkata pemuda berjubah merah yang berjuluk Ksatria Naga Merah bernada tenang. "Tentunya membasmi pengkhianat busuk sepertimu, itu tugas kami!"

"Aku rasa orang-orang Klan Naga Hitam tidak ada urusan dengan kami, Pasukan Siluman Topeng Merah," kata Baruna bernada dingin. "Apa kalian sengaja cari perkara dengan kami?"

Ucapan Baruna kedengarannya seperti memperingatkan sekaligus mengancam. Tapi sesungguhnya ucapnya itu bermaksud bernegosiasi agar kedua orang dari Klan Naga Hitam itu tidak mengganggu pekerjaan mereka.

Karena sedikit banyak dia tahu apa itu Klan Naga Hitam. Berurusan dengan orang-orang yang berasal dari salah satu klan besar di Negeri Mega Pancaraya itu, pasti akan berujung maut.

Tapi tidak mungkin dia dan pasukannya melarikan diri seperti pengecut 'kan?

"Alaaah..., tidak usah berkata seperti bau kentut itu," gerutu Ksatria Naga Kuning bagai mengomel. "Aku tahu kau sudah ketakutan...."

Kalau begitu," lanjutnya, "daripada kami repot-repot membunuh kalian, sebaiknya kau dan pasukan muka jelekmu itu bunuh diri saja. Mudah bukan?"

"Keparat!" akhirnya Baruna terbangkit juga amarahnya meski masih didera rasa takutnya. "Kau sudah meremehkan Pasukan Siluman Topeng Merah!"

Serang...!" seru Baruna cukup keras memerintahkan semua anak buahnya menyerang.

Tanpa memikirkan siapa yang dihadapi, semua Pasukan Siluman Topeng Merah yang berjumlah 20 personil itu seketika berkelebat cepat, menyerang dua ksatria dari Lembah Naga dengan ganas.

Sedangkan Ksatria Naga Merah maupun Ksatria Naga Kuning, tidak mau berlama-lama langsung menyongsong serangan pasukan siluman itu.

Sehingga tidak butuh waktu lama pertarungan langsung tercipta di halaman depan kediaman Wali Kota Basuki Handoko.

★☆★☆★

1
juju Banar
lanjut
Adhie: lanjuuut...
total 1 replies
anggita
chapternya sdh banyak tpi yg mampir baca masih sdikit. klo mau promo novel bisa ke tempat kami. bebas👌
Adhie: makasih kaka...
total 1 replies
anggita
oke thor, terus berkarya tulis, semoga novel ini lancar jaya.
Adhie: terima kasih dukunggannya...
total 1 replies
anggita
wow... naga merah, kuning.
Adhie: hehehe...
total 1 replies
anggita
like👍 dukungan utk fantasi timur lokal.
anggita
gang.. red blue girl 8🙄
anggita
hadiah tonton iklan☝
anggita
tiap chapter cukup panjang 👌
Adhie: itu gaya saya dalam menulis novel kaka... biar agak puas bacanya dalam satu chapter
total 1 replies
anggita
pangeran pandu wiranata..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!