NovelToon NovelToon
Bintang Antariksa

Bintang Antariksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Romansa
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: ajab_alit

Aku adalah anak perempuan yang memiliki nama “Upeksa Nayanika”. Aku suka buku dan hal-hal yang menakjubkan. Tapi tanpa ku sadari… aku juga salah satu dari bagian hal yang menakjubkan. Hidupku aneh setelah kejadian itu muncul. Tapi, Apakah aku akan bertahan dengan hal menakjubkan itu? Maukah kamu mengenal ku lebih dalam wahai para bintang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ajab_alit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 17

Seorang pria dewasa berjalan diantara para mayat. Ia menyeret pedang besarnya yang berlumuran darah. Kakinya menginjak cairan merah berkali-kali. Sosok berambut hitam itu berjalan ke seorang wanita yang melihatnya dengan ketakutan. Wanita itu menempel di dinding, ia tersudut. Jantung wanita itu berdetak cepat saat melihat mata merah yang memiliki nafsu membunuh itu. Wanita itu tak mendapat perlindungan lagi. Suami wanita itu terbaring di karpet merah, tubuhnya dingin dan sosok itu tak bernafas lagi, ia mati dengan mahkota yang tergeletak disampingnya.

“E-Edmond, ibu mohon jangan seperti ini. Jika kau meminta gadis itu, ibu akan memberikannya. Ja-jadi, tolong jatuhkan pedangmu.” Wanita itu berkeringat, wajahnya pucat.

Edmond menatap sosok itu dengan mata dinginnya. Aura kegelapan semakin kuat dalam dirinya. Pangeran kedua itu mengangkat pedangnya, siap menebas sosok itu. Edmond tersenyum smirk. “Ibu tidak akan bisa membawanya kembali. Ksatriaku sudah mati. Dia mati di tangan ibu!” Pedang datang ke wanita itu. Kepala dan badan wanita itu terpisah, mengakibatkan mahkota yang ia pakai terjatuh ke lantai. Mahkota itu kotor karena terkena cairan merah yang berasal dari wanita itu. Edmond tersenyum puas, lalu tertawa. Kemudian ia meraup wajahnya. Sosok berambut hitam itu menatap mayat itu untuk yang terakhir kalinya. Edmond melepaskan kalung emas yang ada di lehernya, kalung pemberian dari ibunya saat ia berumur 12 tahun. Ia mengubah posisi tubuh ibunya yang awalnya terbaring kini duduk, menempel ke tembok. Ia memasangkan kalung itu ke leher ibunya. Tersenyum lagi sambil menatap sosok tanpa kepala itu yang memakai kalung emas miliknya.

‘cantik,’ batinnya.

Edmond membalikkan badannya. Ia berjalan, menuruni tangga istana yang sudah dipenuhi oleh darah banyak orang. Sosok itu bersenandung, lalu menghilang menggunakan kabutnya.

Disisi lain, seorang bocah menghampiri mayat itu. Ia bergidik ngeri ketika melihat darah yang terus keluar dari badan tanpa kepala itu. Naya berlutut, menatap leher bagian bawah mayat itu yang terpasang kalung emas. Kalung itu berbentuk kupu-kupu. Ia menyentuh kalung itu, menelitinya. Tak ada apa-apa dikalung itu. Tapi, kalung itu seolah-olah memberitahu siapa yang telah membunuh tubuh beku di depannya.

...###...

Naya termenung di meja kelasnya. Ia masih memikirkan mimpi aneh kedua yang muncul saat ia tidur tadi. Naya memutar-mutar pulpen di tangan menggunakan jemari-jemarinya. Sebuah teori muncul di kepalanya, pulpen hitam yang ada di tangannya berhenti berputar. Ia menuliskan beberapa kalimat di buku tulis yang sudah terletak dimejanya.

“Edmond membunuh keluarganya sendiri, lalu menghilang. Kemana ia pergi? Mungkin ia pergi ke tempat yang jahat, lalu bergabung dengan penghuni tempat jahat itu - hei aku belum selesai membaca. Kenapa di tutup bukunya?”

Ucap Abya ketika Naya memberhentikan aktivitas menulisnya. Naya melihat ke Abya, membulatkan matanya sebal.

“Kenapa kau disini?” tanya Naya. Ia tak menjawab ucapan Abya barusan.

Abya menggoyang-goyangkan susu kotak yang ada di tangan kanannya, Membuat pandangan Naya mengarah ke susu itu, matanya berbinar seketika. Kotak susu chimory rasa matcha itulah yang Abya pegang. “Kau suka susu merek ini, kan. Jarang-jarang ada susu ini di kantin kita, apalagi saat jam istirahat. Jadi, aku membelinya karena teringat dirimu.”

“Wah, baik banget temenku ini.” Bocah perempuan itu mengulurkan tangannya. “Cepat berikan susu itu. Aku jadi haus karena melihatnya.”

“Tanpa kau suruh juga akan aku berikan, kok.” Abya memberikan susu itu pada teman perempuannya. Naya memeluk susu itu, perasaan senang mengelilinginya. “Makasih, Abya. Jadi, sayang deh.” Naya membuat bentuk hati dari tangannya. Ia tersenyum. Abya tertawa karena hal konyol yang Naya buat untuknya. Bocah pendek itu mengusap-usap rambut Naya. Ia tersenyum ke sosok itu. “Selamat menikmati minumannya, bumantara.”

“Iya, makasih sekali lagi, jelek.”

Senyuman Abya menghilang. Ia mendecak, lalu menyentil dahi sosok yang ada di hadapannya. Teman perempuannya mengeluh kesakitan. Ia memegang dahinya, mengusap-usapnya sendiri. “Suka banget nyentil dahiku, sakit loh.”

“Nggak peduli. Siapa suruh bilang aku jelek. Aku itu ganteng, buktinya banyak anak perempuan yang mengidolakanku.”

Dharma berdeham. Abya dan Naya melihat sosok itu yang sedang berjalan ke mereka berdua. Ia merangkul Abya, lalu menyentuh hidung Naya. “Romantis banget kalian, ya. Lihat ke belakang, banyak yang meratiin, loh.” Naya dan abya kali ini melihat ke belakang. Tenyata benar, banyak orang yang melihat mereka. Tapi, begitu mereka berdua melihat orang-orang itu, orang-orang itu kembali ke aktivitasnya. Ada yang kembali makan, ada yang kembali bercerita, ada yang cepat-cepat membuka bukunya, lalu ia membaca, walaupun bukunya terbalik. Kali ini Abya yang berdeham.

“Jika mereka berpikir tentang hal-hal romantis, mereka salah paham. Aku tidak akan menyukai anak penyuka susu ini. Tidak akan pernah.”

“Tidak salah lagi maksudnya.” Abya membulatkan matanya. Dharma tertawa ketika Abya melihatnya seperti itu. Namun, tawa dharma menghilang ketika melihat hidung Naya yang mengeluarkan darah, ia mimisan. “Nay, hidungmu berdarah.” Abya pun langsung melihat Naya dengan secepat kilat. Benar, hidung Naya berdarah. Ia pun langsung melepas rangkulan Dharma.

“Aku ambilin tissue dulu, sebentar.” Abya langsung bergegas mengambil tissue yang ada di tasnya. Naya hendak mengelap darah itu menggunakan lengan bajunya, namun, bocah lelaki yang ada di depannya mencegah ia melakukannya. Dharma memegang lengan Naya.

“Jangan. Nanti bajumu kotor. Tunggu Abya aja, ya.” Naya mengangguk. Lima detik kemudian, teman lelakinya sudah berada di depannya sambil memegang kotak tissue.

Saat Naya ingin mengambil selembar tissue. Ia mendengar suara nyaring yang dapat membuat gendang telinganya pecah. Telinga Naya tiba-tiba mengeluarkan darah, darah itu mengalir deras. Naya menutup mata serta telinganya, berteriak karena kesakitan, membuat netra teman-teman kelasnya melihat dirinya. Abya panik, wajahnya pucat. Ia menggoyang-goyangkan tubuh Naya, memanggil terus namanya. Dharma juga demikian. Saat bocah itu membuka mata, matanya mengeluarkan darah, skleranya yang sebelumnya berwarna putih, kini berwarna merah. “Sakit, Abya….”lirihnya. Setelahnya, ia pingsan. Buku putih miliknya kotor karena darah. Calleta yang ada di tempatnya menghampiri Naya. Siska yang baru datang juga melakukan hal yang sama. Wajah Abya semakin pucat, ia tak tau harus bagaimana. Calleta mengangkat kepala Naya, menempelkan tanggannya ke dahi temannya.

“Badannya panas. Sebaiknya ia di bawa ke uks.”

“Biar aku yang memapahnya,” ucap Siska.

“Nggak usah, biar aku yang gendong dia.” Abya pun menggendong bridal sosok itu dengan cepat. Darah yang keluar dari Naya, terjatuh ke lantai. “Tolong bilang ke guru, aku, Dharma, ama Naya izin ke uks. Dharma ikut aku. makasih,” ucap Abya yang setelahnya langsung pergi ke luar kelasnya. Dharma pun mengikuti. Mereka berlari ke uks. Kaki Abya mulai kelelahan karena menggendong Naya, tapi ia tak peduli. Pikiran bocah itu terfokus pada orang yang ia gendong saat ini. Saat mereka sampai di depan uks, Dharma membuka pintunya. Dokter yang ada di uks itu pun panik saat melihat kondisi orang yang sedang digendong Abya. Ia langsung menyuruh Abya untuk membaringkan Naya di tempat tidur uks ini. Naya pun mulai di periksa oleh dokter itu. Abya khawatir, sangat-sangat khawatir. Ia menggigit bibinya untuk mengurangi rasa menyebalkan itu. Dharma menepuk pundak Abya begitu melihat kondisinya saat ini. Abya tersadar, ia melihat ke Dharma.

“Tenanglah, Naya akan baik-baik saja,” ucap Dharma yang direspon anggukan.

###

Naya membuka matanya perlahan. Ia bangkit dari tidurnya ketika sadar. Hanya ada lentera yang menemaninya, disekitarnya gelap. Ia kembali lagi kemari, ke tempat dimana ia dan Timira bertemu. Ia memegang lentera itu, lalu berdiri. Ia berjalan di tempat gelap dan berair ini. Suara tetes air terus terdengar olehnya. Saat ia sudah lama berjalan di tempat ini, cahaya lenteranya menangkap sosok yang kondisinya membuat Naya tersentak. Naya pun menghampiri sosok yang diikat oleh rantai itu. Kaki, tangan, dan leher Timira terkunci. Timira tertidur dengan kondisi muka dan tangan penuh lebam. Naya memanggil nama sosok itu, menamparnya agar ia sadar. Percuma. Timira masih tertidur. Wajah Naya pucat. Namun, ada sebuah keajaiban. Cahaya lentera itu melelehkan besi yang mengikat Timira, membuatnya jatuh. Naya menangkap sosok itu supaya ia tak terbentur. Bocah itu menidurkan Timira di pahanya. Ia masih menampar sosok itu, memanggil-manggil namanya.

“TIMIRAA. BANGUNNN!!! KITA HARUS PULANG, JANGAN MATI DI Zaman INI!!”hujan mulai keluar dari mata Naya. Suara langkah kaki tercampur suara air terdengar olehnya. Ia melihat ke belakang. Sosok misterius yang memberitahunya sebuah fakta muncul ditempat ini. Malam membungkukkan badannya, seolah-olah memberikan hormat kepada Naya dan orang yang sedang ada di pangkuannya.

“Boleh aku bawa dia, nona.”

“ TIDAK! AKU TAK AKAN MENYERAHKAN TIMIRA PADAMU! APA YANG KAU LAKUKAN, MALAM. APA YANG KAU LAKUKAN PADANYA!!” Naya berteriak pada sosok yang saat ini melihatnya dengan dingin. air matanya mengalir semakin deras.

“Kau harus kembali, nona.”

“KALAU BEGITU KEMBALIKAN AKU KE TEMPAT YANG SEHARUSNYA! KEMBALIKAN TIMIRA PADAKU! KEMBALIKAN! Kembalikan…” suara Naya memelan. Ia mengusap air matanya, terus mengucapkan kata yang sama dalam tangisnya. Malam melangkah, berlutut ketika ia sudah ada di depan Naya. Ia menyentuh tangan Naya, menurunkan tangan yang sibuk mengusap air mata. Ia mengusap air mata Naya dengan tangannya.

“Baiklah, aku akan mengabulkannya. Lagipula Timira sudah bersama kami.” Malam memakai sihirnya,membuat Naya merasakan kantuk. Tidak sampai satu menit, Naya pun tertidur. “Selamat tidur, nona. Semoga kita bisa bertemu lagi. Di saat itu, aku akan memperkenalkan nama asliku padamu.”

1
apayaaaa
bagus bet, seruu fantasi nya
ajab_alit: makasih atas komentarnya kakak
total 1 replies
Yusup Muzaki
terasa kdunia pantasi ...walw ceritanya masih blom dpahami
ajab_alit: nanti lama-lama juga ngerti kok, kak.
total 1 replies
Shinn Asuka
Setting ceritanya memang hebat banget! Bener-bener dapet jadi mood baca di dunia fiksi ini. ❤️
ajab_alit: terimakasih
total 1 replies
XVIDEOS2212
Gak sabar lanjut baca!
Debby Liem: tuiiooooo
ajab_alit: untuk kelanjutan akan saya up besok. di tunggu saja ya/Smirk/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!