Dinding Di Antara Kita

Tawa Zayyan membuat suasana di antara mereka bercampur aduk. Alexa yang mulai merasa muak dengan tawa cekikikan yang masih terdengar itu, membuat tangannya tergerak untuk memukul punggung Zayyan dengan cepat.

"Auch. Kenapa loh mukul gue lagi sih? Kan gue dah minta maaf tadi" Zayyan meringis kesakitan karena pukulan Alexa yang mendarat di punggungnya cukup kuat.

"Gak papa, cuman tangan gue gatel aja" Alexa menjawab dengan santai dengan senyuman yang tertera di wajahnya namun berusaha untuk ia sembunyikan.

Chris, Gama, dan Raka hanya bisa tertawa kecil melihat Zayyan yang tidak seperti biasanya. Baru kali ini mereka melihat sisi Zayyan yang bertingkah seperti anak kecil, apalagi di depan lawan jenis.

Seketika Alexa menundukkan kepalanya pelan, karena ingin berpamitan dengan teman-teman Zayyan diakhiri dengan senyuman. Walaupun tak mengerti dengan tindakan Alexa tersebut, tapi mereka membalas dengan senyuman juga.

Usai berpamitan, Alexa ingin membuka pintu mobil Zayyan tapi pintunya tidak terbuka. Alexa baru ingat kalau kuncinya ada pada Zayyan, Alexa pun menyodorkan tangannya menandakan kalau dia ingin meminta sesuatu pada Zayyan.

Tanpa ragu-ragu Zayyan memberikan kunci mobilnya. Alexa masuk dengan tenang seperti pemilik mobil yang sebenarnya. Ketiga teman Zayyan hanya bisa tertawa kecil melihat Zayyan yang tak bisa berkuasa di atas Alexa.

Dalam perjalanan Alexa masih merenungi perkataan dari ketiga teman Zayyan itu. Dimana fans Zayyan yang mereka maksud tadi? Kalau diingat-ingat, hanya Alexa saja seorang siswi yang ada di parkiran itu. Apakah mungkin bukan seorang siswa? Tapi saat memikirkan kalau ada seorang siswa yang menyukai Zayyan, itu terdengar sedikit.... aneh.

Sementara Alexa berpikir keras, Zayyan juga tengah memikirkan hal yang sama dengan yang dipikirkan Alexa. Ia sempat berpikir, bagaimana.... kalau selama ini, setidaknya sedikit, apakah Alexa pernah mempunyai rasa padanya? Tapi disisi lain, Zayyan merasa itu tidaklah mungkin. Mengingat Alexa pernah menyukai bahkan mencintai seorang Marsel. Tapi apa yang dilakukannya? Dia malah mencampakkan cinta yang telah ditanam Alexa selama ini, begitu saja.

Hati Zayyan terasa terkikis saat itu juga. Disisi lain dia bahagia saat mendengar kalau dia bersama dengan orang yang dicintainya saat itu. Tapi disisi lainnya lagi, hatinya juga terasa perih melihat 'dia' yang bahagia bersama dengan orang lain.

Dan saat mendengar Alexa yang sudah putus dengan lelaki yang dicintainya saat itu, membuatnya sangat terpukul. Wajah yang memerah, seperti sudah menangis sangat lama, membuatnya tak bisa menahan emosi untuk menghancurkan semuanya. Tapi apalah daya? Dia bukanlah siapa-siapa 'baginya'. Dia hanya menganggap Zayyan sebatas teman kecil saja, itupun tidak diungkapkan di sekolah.

Setelah menelusuri jalan yang padat, mereka pun sampai di mansion keluarga Zayyan. Mansion itu terlihat sangat megah dari luar terlebih di dalam. Dengan halaman depan yang luas, dan banyaknya pepohonan serta tanaman lainnya yang rindang. Serta pancuran yang kini membuat kesan megah menjadi elegan.

Walaupun hal itu bisa saja membuat orang biasa merasa takjub dengan semua yang sekilas dipandang ini, tapi Alexa berbeda. Karena pertemanan erat antara ibu Nayla atau ibunya Alexa dan juga mama Delia atau mamanya Zayyan, sejak kecil mama Delia sering mengajak Alexa untuk pergi ke sini.

Bisa dibilang mansion ini adalah tempat dimana banyak kenangan masa kecil antara Alexa dan Zayyan. Walaupun sudah lama Alexa tidak berkunjung, ia sangat kagum. Karena keindahan dari mansion ini tidak pernah berubah dari yang kenal sejak masih kecil.

Mama Delia yang saat itu sedang menyirami taman kesayangannya yang terletak di halaman depan, sontak saja melihat kedatangan Zayyan yang berdampingan dengan Alexa. Mama Delia pun datang menghampiri mereka, saat itu juga Zayyan bersiap-siap untuk memberi salam pada mamanya.

"Sore ma..." Zayyan tidak melanjutkan kata-katanya karena mama Delia yang tampak asik hanya untuk Alexa.

"Aduh, Alexa. Kalau tahu kamu datang kesini, pasti Mama udah siapin kue kesukaan kamu" Mama Delia tampak sangat memperhatikan Alexa, dan membuat mulut Zayyan bergerak seperti mulut mama Delia. Niatnya untuk mengejek tingkah mamanya yang memanjakan Alexa. Padahal kan Zayyan lah yang anaknya, bukanlah Alexa!

"Em.... gak papa kok Tan. Lagian Alexa takut ngerepotin Tante juga" Alexa merasa canggung karena sudah lama tidak berbicara langsung dengan mama Delia. Terakhir kali Alexa bertemu dengan mama Delia sewaktu dia baru masuk SMP.

"Apanya yang ngerepotin? Malahan Tante senang loh, kalau kamu sering berkunjung kesini" Mama Delia menatap Alexa dengan penuh kasih sayang. Mama Delia pun melanjutkan perbincangannya dengan Alexa, sambil berjalan masuk ke dalam mansion diikuti Zayyan.

Alexa duduk di sofa lebar yang terletak di ruang tamu. Rencananya Alexa dan Zayyan akan belajar di ruang tamu itu. Selagi menunggu Zayyan yang sekarang ada didalam kamarnya, Alexa menyempatkan waktunya untuk pergi ke dapur.

Terlihat mama Delia yang tengah mempersiapkan susu hangat dan coklat hangat, dilengkapi dengan camilan ringan yang mengunggah selera. Semua ini mama Delia siapkan untuk diberikan pada Zayyan dan Alexa.

Saat Mama Delia mendongak kebelakang, ia pun mendapati Alexa yang sedang menuju dapur "Eh, Alexa? Kamu mau ngapain nak?"

"Oh enggak Tan. Alexa bosan nunggu Zayyan. Tadi dia bilang dia mau ke kamar dulu, jadi karena bosan nunggu akhirnya mutusin ke sini. Tan, apa yang bisa Alexa bantuin?"

"Kalau kamu mau, kamu bisa bawa nampan yang ada susu sama coklat hangat" Mama Delia tersenyum yang dibalas Alexa juga.

Alexa pun mengambil nampan itu lalu pergi bersama mama Delia. Sesampainya di ruang tamu, Zayyan sudah duduk di sofa dengan beberapa lembar kertas di tangannya. Saat ini dia memakai baju putih polos dengan celana pendek selutut berwarna hitam. Penampilan Zayyan yang santai membuatnya terlihat berbeda dengan dirinya yang selama ini selalu menunjukkan penampilan yang rapi.

Alexa dan mama Delia menaruh nampan-nampan itu di atas meja. Alexa pun duduk di seberang Zayyan. Mama Delia memutuskan untuk pergi dari ruang tamu, karena tak ingin mengganggu aktivitas belajar mereka. Kini hanya ada Alexa dan Zayyan yang ada di ruang tamu.

Mereka berdua memulai aktivitas belajar mereka dengan camilan dan minum yang tersedia di atas meja. Zayyan yang biasanya terlihat santai, kini terlihat serius dalam mengajar Alexa. Melihat Zayyan yang serius dalam mengajar Alexa, membuat Alexa berpikir sejenak dalam benaknya. Dan tanpa dia sadari dengan suara kecilnya, Alexa pun mengatakan... "Tampan"

Zayyan mengalihkan pandangannya ke arah Alexa karena mendengar suara dari Alexa. Namun karena Alexa mengatakan dengan suara kecil, Zayyan pun bertanya pada Alexa. "Maaf gue gak dengar karena suara kecil banget. Loh bilang apa barusan?" Kini Alexa tersadar saat Zayyan bertanya padanya.

Tak ingin Zayyan tahu apa yang dikatakannya barusan, Alexa berusaha mengalihkan pembicaraan. "Oh, I,iya. Tadi, em... bisa coba ulangin perumusannya gimana yang satu itu, gak? Soalnya... gue lupa! Iya, lupa!" Alexa berusaha untuk tidak gugup tapi jantungnya kini berdetak dengan kencang.

"Aduh...! Ini jantung kok berdetak terus sih! Kan makin gugup jadinya!" Alexa membatin berusaha membuat wajah yang santai.

Zayyan yang hanya diam menatap Alexa, membuat Alexa semakin gugup. Perlahan Zayyan mendekatkan wajahnya pada Alexa. Alexa tak mengerti dengan tingkah Zayyan saat ini, tapi jantungnya semakin berdetak, seiring dengan Zayyan yang kini juga semakin mendekat.

Semakin Alexa mundur kebelakang, semakin Zayyan mendekatkan dirinya. Alexa memejamkan matanya reflek, saat itu juga Zayyan menaikkan sebelah alisnya. Zayyan menjauhkan badannya kini, memberi ruang pada Alexa untuk menepi menjauh dari Zayyan.

Zayyan menatap Alexa sejenak dengan tatapan bingung, lalu mengatakan... "Loh kenapa? Gue cuman mau ngambil ini doang, kok"