Memperhatikan cerita kehidupan seseorang yang sedikit berbeda, membuat wanita cantik bernama Nining tertarik akan sebuah masalah kehidupan Ustadznya.
Nining berniat mengajak Ustadznya menikah hanya sebuah gosipan.
Berhasil dan si lelaki menyetujui, apa yang akan di lakukan Nining selanjutnya saat setelah menikah dengan Ustadznya yang bernama Ilham?
Akankah nantinya Nining menyesal telah mengajak menikah Ilham?
Mari kita saksikan kisahnya hanya di aplikasi noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cici Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab - 19
Sesampai di pesantren semua orang yang hadir memperhatikan Nining dan Ilham sesaat Ilham memarkirkan motor dengan Nining langsung turun secara perlahan. Ilham memegang tangan Nining agar bisa berdiri tegak dengan Nining melepaskan tangannya dari pegangan Ilham.
"Aku bisa jalan sendiri kok Bi. Abi duluan aja jalannya." Nining tidak mau mendapatkan hukuman dari Ilham gara-gara terus menerus dekat dengan suaminya itu.
Ilham kembali ingin memegang tangan Nining dengan Nining menjauhi Ilham. "Ummi marah sama Abi?" tanyanya dengan lembut.
'Aku enggak boleh terhanyut dengan wajah Abi yang terlihat mirip kayak perempuan jadi-jadian tadi.' Nining menggeleng pelan tanpa menjawab. Ia baru sadar melihat semua orang yang diam-diam memperhatikan gerak-geriknya. 'Masa bodohlah aku enggak mau ambil pusing.'
"Kalau Ummi enggak marah kenapa kayak begini? Ummi terlihat seakan-akan ingin menjauhi Abi."
"Intinya aku enggak mau dekat-dekat sama Abi lagi titik. Abi suka menghukum dan marah-marah. Aku enggak mau di hukum terus-menerus. Aku juga manusia Bi butuh yang namanya bebas pendapat."
"Ummi lupa ya kalau Ummi itu punya hutang sama Abi? Ummi sendiri yang menyetujui untuk mematuhi apa yang Abi inginkan."
Nining baru sadar atas tindakannya yang telah salah ambil jalan. Ia tidak bisa membantah lagi kalau sudah seperti ini.
"Sekarang Ummi pegang tangan Abi." Ilham mendekati tangannya. "Biar Ummi bisa jalan dengan baik."
Nining mendekati telinga Ilham untuk berbisik. "Abi enggak lihat kita dari tadi diperhatikan warga sekitar? Abi enggak malu gitu?"
"Istri sendiri bukan istri orang. Lagian kita bukan mau pamer kemesraan. Tapi kondisi Ummi yang lagi sakit." jawab Ilham sembari menarik tangan istrinya untuk memegang lengannya. "Ayo kita jalan. Abi ada kerjaan yang mau di selesaikan."
Nining dengan terpaksa mengikuti pergerakan Ilham.
"Loh... Nak Ilham. Nining enggak di kasih obat ya?" tanya Rinjani dari arah belakang. Saat ini kedua pasutri paruh baya itu mendekati anak-anaknya.
Nining dan Ilham berhenti berjalan dengan melihat Rinjani dan Komar tengah menggunakan pakaian couple berwarna hijau lumut di campur putih.
"Sudah di kasih obat sama Abi, Ma." jawab Nining.
Rinjani dan Komar tersenyum-senyum melihat satu sama lain.
Nining tidak menyukai tindakan kedua orangtuanya yang sangat bahagia melihatnya sakit.
"Oh... Biasanya sebentar lagi obat yang kamu minum akan memulihkan kondisi kamu kayak biasanya Nak." ucap Rinjani mengelus bahu Nining.
"Obat minum! Aku enggak minum obat Ma. Kaki aku yang di kasih obat sama di pijit Abi."
Rinjani dan Komar seketika saja terdiam melihat ke arah Ilham.
"Begini Ma, Pa. Nining habis kepeleset di depan kamar mandi saat dia baru selesai mandi." jelas Ilham agar kedua mertuanya tidak salah sangka lagi.
Barulah kedua pasutri paruh baya itu melihat satu sama lain. "Anak kamu masih aja ceroboh Ma." ucap Komar pelan.
"Bukan aku ceroboh Pa. Keset kakinya aja yang basah dan licin." Nining membela dirinya sebelum di tuduh yang bukan-bukan.
"Iya sudah kalau begitu kita sekarang masuk." ajak Ilham kembali menarik tangan Nining. "Ummi mau langsung ke aula atau ke kamar?"
"Ke kamar dulu Bi. Entar ke aulanya. Mau antar barang-barang teman-teman dulu. Nanti mereka nyariin lagi."
"Ummi bisa jalan sendiri? Abi enggak bisa antar Ummi ke sana."
"Iya bisa. Paling jalannya pelan-pelan Bi."
"Iya sudah kalau begitu nanti kalau acara sudah selesai langsung datang ke rumah Abah sama Uma aja ya Ummi. Istirahat di kamar sambil menunggu Abi menyelesaikan pekerjaan."
Nining mengangguk mematuhi perintah suaminya dengan Ilham melihat kedua mertuanya. "Aku duluan ya Pa, Ma. Ada kerjaan yang harus aku selesaikan."
Rinjani dan Komar hanya mengangguk dengan tersenyum. Ilham melihat itu langsung melepaskan tangan istrinya dan meninggalkan Nining bersama dengan kedua orang tuanya.
Rinjani memegang tangan Nining sesaat melihat anak menantunya telah berjalan menjauh. "Kamu enggak ngapa-ngapain sama Ilham semalam?" tanyanya sedikit berbisik di telinga Nining.
"Emang kami harus ngapain Ma?" tanya Nining kebingungan. 'Eh... Apa jangan-jangan Mama mau tau soal pelajaran aku ya.' "Oh... Mama tenang aja. Anak Mama ini akan melakukan sesuai apa yang di perintahkan Abi."
Rinjani dan Komar kembali tersenyum-senyum sembari melirik satu sama lain. "Syukurlah Pa. Enggak lama lagi." ucap Rinjani sambil mengelus bahu suaminya itu.
Nining ingin menangis sesaat kedua orang tuanya merasa bahagia melihat anaknya menderita.