NovelToon NovelToon
Di Tepi Senja

Di Tepi Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Anggi Febriani

Kebanyakan orang-orang berpikir bahwa tidak ada cinta yang akan bertahan, apalagi di usia remaja, dan aku juga sependapat dengan mereka. Namun, dia membuktikan bahwa cinta itu benar-benar ada, bahkan anak remaja sekalipun bisa mendapatkan cinta yang akan menjadi pasangan hidupnya. Semua itu tergantung siapa orangnya.

Dari pengalaman ini aku juga banyak belajar tentang cinta. Cinta itu memang menyakitkan, tapi di balik semua itu pasti ada jalannya. Dia selalu mengajari ku banyak hal, yang paling aku ingat dia pernah mengatakan "rasa suka tidak harus dibalas dengan rasa suka." Dia lelaki yang dewasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Febriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 19

Hari-hari berlalu begitu cepat. Perasaan baru kemarin aku masuk ke sekolah ini, sebentar lagi sudah kelas XI saja. Ujian juga semakin dekat, aku harus mempersiapkan diri dengan baik. Nilai yang ku dapat harus bagus, jika aku mendapat nilai yang jelek, aku bisa saja menangis di kamar seharian (walaupun itu adalah salahku sendiri).

Aku berjuang dengan penuh semangat mempelajari pelajaran semester ganjil kembali. Ketika aku tidak mengerti karena sudah lupa pelajarannya, aku akan menonton YouTube atau bertanya kepada orang-orang yang bisa diandalkan.

Beberapa hari lalu, temanku Clorena memperkenalkan temannya kepadaku, nama temannya Victor. Dia lebih tinggi dariku, dia lumayan tampan, dan baik, serta tubuhnya dipenuhi dengan otot (aku tidak terlalu tertarik).

Aku pikir kami hanya akan saling mengenal saja, ternyata aku salah, dia menambah nomorku di kontaknya. Sebagai teman yang baik, aku menambahkan nomor dia di kontak ku kembali.

Aku jarang chatan dengan orang-orang yang ada di kontak ku. Aku termasuk makhluk slow respon ketika ada yang mengechat (kecuali Kevin). Belakangan ini Victor selalu mengechat aku, aku risih setiap hari dichat, apalagi bertanya hal yang tidak penting. Terkadang aku tidak membalas chat Victor.

Aku mengecek handphone ku untuk melihat pesan dari papa. Setelah aku membalas pesan dari papa, aku membuka arsip chat karena jumlahnya bertambah. Pertama aku buka chat dari grup kelas, kedua grup circle ku, ketiga wali kelas ku, dan yang terakhir dari Victor. Dengan berat hati, aku membuka chat Victor, dia mengirimi ku sebuah gambar.

"Mengapa kamu mengirim foto mu?" tanya ku kepadanya. Aneh sekali tiba-tiba ada orang yang mengirim fotonya kepadaku, ditambah lagi kami tidak sedekat itu.

"Ingin menunjukkan kepadamu. Boleh kah aku minta fotomu?" balasnya.

Aku menyingkirkan handphone itu dariku. Aku geli membaca chat dari Victor. Lebih baik aku tidak membalasnya dari pada terjadi sesuatu nanti.

Orang-orang memang seperti itu kah? Suka mengirim fotonya tanpa diminta dan meminta foto kita secara tiba-tiba. Aku dan Kevin saja memiliki hubungan yang sangat dekat tidak pernah begitu, walaupun Kevin menyukaiku dia tidak pernah meminta fotoku atau mengirim fotonya kepadaku.

"Tarasya, ada tamu," teriak mama dari lantai bawah. Aku langsung turun ke bawah tanpa merapikan buku-buku ku. Aku bahkan tidak peduli penampilan ku bagaimana sekarang (seperti gembel).

"Kevin, ya?" tanya ku dengan semangat. Aku menuruni anak tangga dengan terburu-buru.

"Jangan lari-lari Tarasya," ucap Kevin memperingatkan. Dia sedang duduk di sofa membaca buku favorit papa.

Aku duduk di samping Kevin menunggu dia meletakkan buku yang dibacanya. Dia selalu kelihatan tampan dari sisi manapun.

"Sudah puas melihatnya?" tanya Kevin sambil meletakan buku favorit papa ke atas meja. Kevin melihatku dengan raut wajah sedih. Aku juga ikutan sedih.

"Aku mau ngomong sesuatu, Tar."

"Ada apa Kevin? Kamu juga kelihatan sedih, apa ini hal serius?"

"Ya, kamu dengar baik-baik."

Aku mengangguk, tidak sabar mendapat jawaban dari Kevin.

"Besok aku akan pergi ke Prancis, tadi mama menitip barang perpisahan untuk kamu, kemungkinan kami akan lama di sana, dan kita tidak akan bertemu untuk beberapa waktu. Kamu kan sudah besar, jaga diri baik-baik, ya. Lagipula kamu wanita mandiri, kan? Ada atau tidak ada aku, kamu bisa melakukan semuanya sendirian."

Kevin mengelus kepala ku dengan lembut. Bisa-bisanya dia mencoba menghibur ku, padahal terpapar jelas di wajahnya kalau dia sedang sedih.

"Kamu tidak ikut ujian?"

"Ujian online, mama dan papa sudah mengaturnya."

"Berapa lama kita tidak bertemu? Kamu kenapa harus keluar negeri Kevin? Aku akan kesepian."

"Mungkin cukup lama, kemarin mama dan papa bilang aku kembali ke sini ketika aku sudah kelas XI, bulan November sepertinya."

Aku terkejut mendengar perkataan Kevin. Berarti dia di sana sekitar 5 atau 6 bulan? Lama sekali kami tidak bertemu. Aku akan merindukan dia. Tidak ada lagi yang menemaniku pergi kemanapun.

"Kamu serius? Urusannya sepenting itu ya?" Mataku mulai berkaca-kaca. Sedih rasanya ditinggal oleh orang yang sebenarnya kita sayang. Seminggu tidak bertemu rasanya sudah berat, apalagi 5 bulan.

"Jangan menangis Tasya, kita akan bertemu lagi nanti. Kita masih bisa berkabar, kalau kamu rindu kita bisa zoom atau video call," ucap Kevin menenangkan ku.

"Aku tahu, tapi aku akan kesepian. Bukankah kamu juga akan begitu?"

"Ya, tentu saja, aku akan kesepian tanpa wanita yang ku cintai."

Air mataku mulai bertetesan. Aku memeluk Kevin sebagai ucapan perpisahan kami. Siapa sangka dia datang memberi kabar yang menyedihkan ini? Kami tidak lagi belajar bersama, tidak lagi membaca buku bersama, tidak lagi pergi ke toko buku bersama, aku dan dia akan sendirian selama 5 atau 6 bulan. Apa memang sesedih ini ketika berpisah dengan orang yang kita sayang? Memang kami akan bertemu lagi, tapi apakah aku dapat menjamin bahwa sikap Kevin masih sama? Atau aku yang berubah? Atau kami dua yang berubah? Bisa saja dia pulang sudah mempunyai tunangan dan tidak mempedulikan aku lagi. Ayolah Tarasya apa yang kamu pikirkan, semua masih bisa dibicarakan nanti.

"Hati-hati di jalan Kevin, jangan jadi anak yang nakal, dan jangan pernah melupakan temanmu ini."

Kevin menghapus air mata yang ada di pipi ku. "Janji, kamu juga tidak boleh lupa sama temanmu ini."

"Ya, janji."

Kami menyatukan kelingking kami sebagai ikatan janji. Aku tidak akan melupakan Kevin seberapa lama pun kami tidak bertemu. Kevin adalah teman baikku dari kecil, biarpun nanti sikapnya sedikit berubah, aku akan membawa dia ke Kevin yang dulu lagi. Aku akan setia menunggu kepulangan Kevin. Aku akan belajar dengan giat supaya lebih setara dengan Kevin. Aku harus bisa setara dengan sahabat terbaikku.

"Aku pulang dulu ya, Tar, kamu baik-baik di sini, tunggu aku pulang."

Kevin berjalan keluar rumah. Dia berpamitan kepada mama sebelum pergi. Aku mengantar Kevin sampai ke gerbang rumahku dengan memberikan senyum terbaik. Hati ini rasanya sakit mendengar kepergian Kevin. Setelah mobil Kevin tidak nampak lagi, aku berlari ke kamar. Aku mengunci pintu kamarku. Aku melompat ke ranjang memeluk boneka Stitch yang diberikan Kevin kepadaku, lalu aku menangis tersedu-sedu. Aku sangat sedih, aku sangat sedih dengan kepergian Kevin. Aku tidak berarti jika tidak ada Kevin. Senyuman ini hanya untuk dia, kan? Tidak ada untuk pria lain, kan? 5 bulan berpisah kami akan berubah satu sama lain, aku tidak tahu entah aku yang berubah. Siapapun yang berubah pasti akan sadar kembali, kan?

1
Shoot2Kill
Ceritanya luar biasa, author semangat terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!