NovelToon NovelToon
Cahaya Yang Padam

Cahaya Yang Padam

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Mengubah Takdir
Popularitas:12.7k
Nilai: 5
Nama Author: NurAzizah504

Cahaya dipaksa menikah dengan pria yang menabrak ayahnya hingga meninggal. Namun, siapa sangka jika pria itu memiliki seorang istri yang amat dicintainya yang saat ini sedang terbaring lemah tak berdaya. Sehari setelah pernikahan paksa itu dilakukan, pertemuan tak sengaja antara Cahaya dan istri pertama suaminya terjadi.

Akankah Cahaya diakui statusnya di hadapan keluarga suaminya? Atau malah Cahaya tetap disembunyikan? Dipaksa padam seolah tak pernah ada dalam kehidupan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurAzizah504, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Meja Hijau

"Tapi, Pak ...." Cahaya tak bisa melanjutkan kata-katanya. Semua bantahan yang ingin ia luapkan mendadak hilang begitu saja. "Aku minta maaf, Pak. Demi Allah, aku gak pernah mengkhianati Bapak dan pernikahan kita."

"Dan, kamu pikir saya percaya? Tidak ada yang tau apa yang terjadi pada kalian malam itu. Mungkin juga kamu cuma berpura-pura mabuk supaya bisa menghabiskan malam panjang bersama Fahri."

"Astaghfirullah! Gak, Pak! Itu semua gak benar."

"Kenapa, Cahaya?" Arif tetap tidak peduli. "Apa kamu cemburu karena saya lebih memperhatikan Zahra daripada kamu? Beginikah caramu balas dendam? Kenapa kamu tega menghancurkan pernikahan kita? Kenapa kamu tega menyakiti perasaan saya?"

Cahaya menggeleng lemah. Air matanya mengalir dengan pasrah.

"Sekarang semuanya sudah berakhir. Kalau kamu memang sangat mencintai Fahri, lari saja ke pelukannya. Kita sudah tidak punya hubungan lagi sekarang."

"Tapi, Pak, bagaimana dengan Zaif? Tidakkah Bapak memikirkan tentang anak kita? Bukankah Bapak sendiri yang bilang bahwa Bapak tidak akan mengulang kisah Bapak padanya?"

"Memang benar. Tapi, bagi saya, tidak ada maaf untuk sebuah pengkhianatan. Jadi, terpaksa saya mengulang kisah yang sama."

Arif mengambil langkah pergi, meninggalkan Cahaya dengan air mata.

Kabar perceraian itu sampai juga ke telinga Fahri. Sore itu saat Fahri selesai dari kantor, dia berniat menjumpai Cahaya di rumahnya.

Jika hari-hari sebelumnya Cahaya selalu menolak bertemu dengannya, kali ini tak lagi.

Dengan sebuah kruk siku di tangan, Cahaya keluar dari rumah dengan wajah datar.

Perasaannya campur aduk. Antara marah, kecewa, sedih, dan tak percaya.

"Waktu aku gak banyak. Bang Fahri mau ngomong apa?" tanya Cahaya tanpa benar-benar menatap ke arah Fahri.

Hal itu membuat Fahri menghela napas panjang. Dia tahu masih ada amarah dalam diri Cahaya untuknya. Namun, bukankah ini juga bukan salahnya? Dia saja masih belum tahu mengapa dirinya bisa berakhir di kamar Cahaya malam itu.

"Apa benar kamu dan Arif mau bercerai?" Fahri bertanya hati-hati.

"Iya. Pak Arif menggugat cerai karena kejadian malam itu. Dia gak mau lagi menerima istri yang telah mengkhianatinya."

"Saya minta maaf, Cahaya," Fahri melanjutkan, "Saya benar-benar gak tau apa yang terjadi malam itu. Saya memang mabuk berat, tapi saat itu saya sengaja menyendiri di taman."

Cahaya tertawa sinis, ekor matanya menatap Fahri dengan tajam. "Bang Fahri yakin gak menyelinap masuk ke kamar aku?"

"Enggak, Cahaya. Sumpah. Saya gak pernah berbuat seperti itu."

"Terus kenapa juga Bang Fahri bisa ada di kamar aku? Kenapa Bang Fahri bisa tidur bareng aku? Apa aja yang udah kita lakukan waktu itu? Jawab, jangan diam aja!"

Cahaya sudah kepalang emosi. Dia menyalahkan Fahri atas apa yang sudah terjadi.

"Gara-gara masalah ini, hubungan aku dan Pak Arif kandas. Padahal aku sudah mulai mencintainya."

"Maaf, Cahaya. Maafkan saya. Saya juga korban di sini."

"Bang Fahri juga korban? Memangnya Bang Fahri kehilangan apa? Bang Fahri kehilangan siapa?" tanya Cahaya beruntun seraya menatap Fahri dengan tatapan tak suka.

"Saya kehilangan kepercayaan kamu. Saya kehilangan senyumanmu. Saya kehilangan kelembutanmu. Saya kehilanganmu, Cahaya."

Harusnya itu yang Fahri ucapkan. Namun, sayangnya ia tidak seberani itu.

"Lebih baik sekarang Bang Fahri pergi. Gak ada lagi yang perlu kita bicarakan."

"Baik. Sekali lagi, saya minta maaf," pinta Fahri walau ia tahu bahwa semua ini juga bukan salahnya.

Baru saja langkahnya meninggalkan teras, seorang pria paruh baya terlihat memasuki gerbang rumah Cahaya.

"Paman ..." ucap Cahaya yang masih bisa didengar oleh Fahri.

Pria itu melangkah lebar. Memasang wajah datar dan melewati Fahri tanpa sedetik pun menoleh ke arahnya.

Ia berdiri tepat di depan Cahaya yang juga sedang menyambut kedatangannya dengan ekspresi terkejut. Karena sebelumnya, Bahar tidak memberi kabar bahwa dirinya akan berkunjung hari ini.

"Paman, kena──ah!"

Sebuah tamparan mendarat di pipi Cahaya dengan mulus.

Fahri terkejut melihatnya. Kedua bola matanya bahkan nyaris melompat keluar.

Sementara itu, Cahaya diam terpaku. Dia tak tahu mengapa Bahar mendadak menamparnya seperti itu.

"Kenapa Paman menampar Cahaya?" tanya Cahaya gemetar. Sakit di pipinya bahkan kalah saing dengan nyeri di hatinya. Pertama kali, Bahar melakukan hal ini.

"Siapa yang sudah mengajarimu berbuat serendah itu, Cahaya?"

"Maksud Paman?"

"Jangan berpura-pura tidak tahu! Nak Arif sudah menceritakan semuanya."

Cahaya menunduk sambil menggigit bibir. Untuk kesekian kali, air matanya kembali menari-nari.

"Kenapa, Cahaya? Kenapa kamu sampai melakukan hal itu? Apa kurang Nak Arif bagimu? Bukankah dia sudah menjadi suami yang baik? Lalu kenapa kamu harus mencari kebahagiaan pada lelaki lain lagi? Beginikah caramu berbakti kepada seorang suami?"

"Enggak, Paman. Semua itu salah paham ...."

"Salah paham bagaimana? Jelas-jelas Nak Arif melihatmu tidur seranjang dengan pria lain!"

"Pak ...." Fahri memanggil. Dia merasa perlu menjelaskan sesuatu kepada Bahar.

"Apa? Siapa kamu?" tanya Bahar tak santai. Dia baru sadar bahwa ada sosok lain yang sejak tadi memperhatikan mereka.

"Saya Fahri, Pak. Maaf sebelumnya kalau saya lancang. Tapi──"

"Oh, jadi kamu pria berengsek itu?"

Bahar memutar arah lalu berdiri tepat di depan Fahri dengan penuh amarah.

"Sialan. Ternyata kalian berdua masih berhubungan."

Bahar yang memang sudah kepalang emosi, lantas memberikan bogem mentahnya tepat di wajah Fahri. Padahal lebam di wajah Fahri belum sempurna sembuh. Dan, hari ini, dia malah mendapatkan luka yang sama lagi.

"Paman!" Cahaya berteriak, berusaha menarik lengan Bahar yang masih ingin memukuli Fahri. "Jangan, Paman. Sudah ...."

Napas Bahar beradu tak beraturan. Sorot matanya memancarkan api yang membara.

"Kami gak ada hubungan apa-apa, Paman. Sumpah ...."

"Lalu kenapa kalian ketemu kalau tidak apa-apa? Maaf, Cahaya. Tapi, Paman tidak percaya," sahut Bahar sambil menarik tangannya dari genggaman Cahaya.

"Setelah melihat dengan mata Paman sendiri, Paman setuju sama keputusan Nak Arif. Kamu benar-benar telah membuat Paman kecewa. Mulai hari ini, bukan hubunganmu dengan Nak Arif saja yang terputus. Tapi, hubungan kita juga. Saya tak sudi menganggap orang sepertimu sebagai keluarga."

"Paman ...." Napas Cahaya seolah ditarik. Sesak sekali. "Kenapa Paman bicara begitu?"

"Jangan panggil saya Paman. Saya bukan Pamanmu lagi. Hubungan kita sudah terputus mulai hari ini. Bahkan jika suatu hari nanti saya mati, saya minta jangan injakkan kakimu di pemakaman saya. Sungguh saya akan tersiksa."

"Enggak, Paman. Cahaya mohon Paman jangan bilang begitu. Jangan buang Cahaya. Cahaya harus ke mana kalau Pak Arif gak mau terima Cahaya lagi? Cuma Paman yang Cahaya punya. Cahaya minta maaf, Paman. Cahaya mohon ampun. Jangan hukum Cahaya seperti ini."

Cahaya meraung, merendahkan diri dan memeluk kaki Bahar dengan erat.

Namun, hati Bahar telah berubah sekeras batu. Mau sepilu apa pun Cahaya menangis, keputusannya tidak akan berubah.

"Selamat tinggal."

Dan, Bahar akhirnya berlalu.

"PAMAN! CAHAYA MOHON AMPUN, PAMAN. CAHAYA MINTA MAAF. JANGAN BUANG CAHAYA, PAMAN. PAMAN!"

"Cahaya."

"Apa lagi, sih, Bang? Sebenarnya apa mau Bang Fahri? Aku udah cukup kehilangan Pak Arif. Dan kini aku harus kembali kehilangan sosok Paman yang aku punya. Bang Fahri liat, kan, tadi? Lihat, kan, Bang?" Amarah Cahaya meledak tepat di wajah Fahri. Semua tangis, luka, air mata, ia tumpahkan detik ini juga. Ia menjadikan Fahri sebagai pelampiasan. Dan, bukannya pergi, Fahri masih memutuskan untuk tetap di sini.

Alhasil, Cahaya bangkit dengan susah payah. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia meninggalkan Fahri dan membanting pintu dengan keras.

Hari-hari berikutnya berlalu dengan penuh luka. Satu per satu sidang perceraian terpaksa Cahaya lewati dengan lapang dada. Hingga setelah sekian lama, hakim mengetuk palu.

Cahaya dan Arif resmi bercerai.

Baiknya, Arif tidak menuntut hak asuh atas Zaif. Dia juga memberikan rumah yang saat ini Cahaya tempati, juga mobil dan sejumlah uang. Dia juga akan mengirim nafkah setiap bulan untuk anaknya.

"Pak," panggil Cahaya saat Arif dan Zahra akan keluar dari ruang tersebut.

"Iya?" Wajah Arif tampak datar. Di sebelahnya, Zahra memeluk lengan Arif dengan kuat.

"Aku mau minta maaf kalau selama jadi istri, aku ada salah sama Bapak."

"Iya. Saya juga."

Cahaya mengangguk lemah. Sudut matanya menatap kedua tangan yang saling menggenggam tepat di hadapannya.

"Oh, iya, rencananya habis ini kita mau jalan-jalan. Boleh gak kita bawa Zaif juga?" tanya Zahra tersenyum ramah. Di antara semua yang ada, dialah yang paling bahagia.

"Bo─boleh." Kemudian Cahaya melirik ke arah Mbok Tun.

Mbok Tun yang paham pun langsung menyerahkan Zaif yang sudah berusia satu tahun lebih untuk Zahra.

"Nanti kalau Zaif haus, Kak Zahra boleh kasih dia──"

"Iya, tau, kok, aku susu apa yang bisa dia minum," sela Zahra tanpa menatap ke arah Cahaya, "Yuk, Bang, kita jalan. Nanti telat lagi. Cahaya, Mbok Tun, duluan, ya."

"Hati-hati," balas Cahaya tanpa semangat.

"Bu, kita pulang, yuk," ajak Mbok Tun ketika Cahaya masih berdiri di tempat yang sama.

"Rasanya sakit, Mbok. Apa aku bisa melewati ini semua?"

"Ibu pasti bisa. Mbok yakin Ibu kuat. Demi Zaif, Ibu harus tetap berjuang. Gak boleh menyerah." Mbok Tun memberikan kata-kata semangat. Walaupun sejujurnya ia sedih melihat keadaan majikannya.

1
🎀
manusia laknat emang si arif nih
NurAzizah504: Selaknat itu kah? /Facepalm/
total 1 replies
🎀
orang kaya gini emang harus ditegasin cahaya
NurAzizah504: Biar ga ngelunjak /Proud/
total 1 replies
🎀
cahaya cembukorr
NurAzizah504: Woiya jelas /Joyful/
total 1 replies
🎀
kek kamu bisa bikin cahaya bahagia aja 😒
NurAzizah504: Padahal lebih parah dia, ya, kan /Shy/
total 1 replies
🎀
typo thor
NurAzizah504: Oalah, iya. Makasih, ya, udh dikasih tau /Joyful/
total 1 replies
🎀
betul sekalihhh
NurAzizah504: Fahri emg Bapak yang pintar /Proud/
total 1 replies
Syaiful Amri
semoga cahaya hamil thor.
NurAzizah504: Wahh, semoga, ya /Joyful/
total 1 replies
Muliana
Cahaya hamil kah? Semoga aja iya/Pray/
NurAzizah504: Aminin dulu aja, ya /Joyful/
total 1 replies
Tini Timmy
apa tuh kira"
Tini Timmy: oje 🫡
NurAzizah504: Di bab selanjutnya, ya, Kak /Joyful/
total 4 replies
Xiao Lianhua
hadehh ga cape2
NurAzizah504: Gada kata capek dalm kamus hidupnya /Sob/
total 1 replies
Xiao Lianhua
DIHHH APAANSIHHH
NurAzizah504: Arif ga ngotak memang /Sob/
total 1 replies
Xiao Lianhua
wahhhh, aku belum tau mau seneng apa sedih🤣
NurAzizah504: Kalo aku lebh ke sedih, sih /Sob/
total 1 replies
Xiao Lianhua
semoga zaif ga dibawa kabur sama zahra
NurAzizah504: Semoga saja /Sob/
total 1 replies
Xiao Lianhua
zahra, segitunya lu ya ngehancurin hidup orang😞
NurAzizah504: Itu pun mash belm puas /Grimace/
total 1 replies
Xiao Lianhua
kaget aku😭😭
NurAzizah504: Wohoo, santai2 /Sob/
total 1 replies
Xiao Lianhua
tapi dibalik kejadian ini, hal yang pernah cahaya inginkan dulu akhirnya terwujud🤣
NurAzizah504: Iyap. Bercerai /Smile/
total 1 replies
Xiao Lianhua
prett
NurAzizah504: Padahal ulahnya sendiri /Grimace/
total 1 replies
Xiao Lianhua
itu perbuatan istri lu njirrr
NurAzizah504: Arif belum tau aja /Sob/
total 1 replies
Xiao Lianhua
dih
NurAzizah504: Sosoan kaget /Determined/
total 1 replies
Xiao Lianhua
Geleng-geleng kepala aku Ra ngebayangin kelakuan kamu
NurAzizah504: Ga habis fikri /Sob/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!