Seorang pemuda yang bekerja sebagai petarung bayaran untuk menjadi jawara bagi kliennya dan seorang gadis yang bekerja sebagai pembunuh bayaran yang keduanya sama sama tidak memiliki ingatan sebelum sma, menemukan ingatan mereka yang hilang, namun ingatan mereka adalah ingatan sebagai monster raksasa (kaiju) yang terbunuh oleh manusia setelah menolong mereka. Selain itu, mereka bisa menggunakan kemampuan kaiju di mimpi mereka dan bisa mengubah diri mereka menjadi kaiju.
Keduanya berniat mencari jati diri mereka yang sebenarnya karena tidak percaya ingatan mereka. Petunjuk mereka hanyalah alunan sebuah tembang yang pernah mereka dengar di masa lalu. Selagi mereka mencari masa lalu mereka, keanehan demi keanehan yang mengerikan muncul ke permukaan. Benarkah mereka adalah reinkarnasi dari monster raksasa atau ada hal lain di balik ingatan mereka ?
Mohon kritik dan sarannya ya, maaf kalau masih banyak kekurangan, kalau sekiranya suka mohon di beri like, terima kasih sudah membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19
Setelah melewati koridor berliku liku, mereka sampai di kelas mereka, Karen meminta mereka menunggu di luar sebentar dan dia masuk lebih dulu ke dalam.
“Perkenalan lagi,” ujar Raido.
“Hehe iya, tapi sekarang kita berdua, tidak masing masing,” balas Reina.
“Ya, semoga tidak ada masalah,” balas Raido.
Karen berteriak dari dalam supaya keduanya masuk ke dalam, Raido dan Reina menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya, dengan langkah mantap, mereka membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam. Keduanya menoleh melihat suasana kelas, ternyata teman sekelas mereka hanya ada 15 orang dan jika di tambah mereka berarti satu kelas hanya 17 orang. Keduanya berdiri di sebelah meja Karen menghadap kepada teman temannya.
“Kalau kalian heran kenapa murid kelas ini sedikit, karena kelas ini adalah kelas khusus,” ujar Karen.
“Eh...” balas Reido dan Reina yang menoleh karena merasa Karen membaca pikiran mereka.
“Kenapa bengong, lihat, teman teman sudah tidak sabar menunggu perkenalan kalian,” ujar Karen.
Raido dan Reina meliha lagi ke arah teman temannya yang memang menunggu dengan antusias perkenalan mereka.
“Gondo Raido...” ujar Raido.
“Namaku Chikage Reina, salam kenal semua,” ujar Reina.
“Kenapa perkenalannya singkat sekali sih, ada yang mau bertanya pada mereka ?” tanya Karen.
Seluruh murid di kelas langsung mengangkat tangan mereka, beberapa siswa pria berdiri dan langsung bertanya,
“Chikage-san, sudah punya pacar belum ?” seorang siswa bertanya mewakili yang lain.
“Uh.....jangan ganggu Reina....hrrrr....” jawab Raido sambil menggeram.
Sontak semua melihat ke arah Raido yang langsung menutup wajahnya dengan tangan, keringat deras membasahi tubuh Raido, dia sadar kalau barusan dia menggeram bukan sebagai Raido melainkan sebagai Raigan dan membuatnya sangat bingung, Reina langsung menoleh dan berbalik berdiri di depan Raido.
“Ra..Raido...kamu tidak apa apa ?” tanya Reina.
“Per...permisi,” balas Raido.
Raido langsung berlari keluar dari kelas, Reina juga berlari keluar kelas menyusulnya, Karen menggelengkan kepala,
“Kalian tunggu di sini,” balas Karen sambil berjalan menyusul Raido dan Reina di luar kelas.
Seluruh teman sekelas saling menoleh dan melihat satu sama lain, mereka bingung sebab pertanyaan barusan adalah pertanyaan normal dan hanya untuk basa basi. Mereka langsung menganggap kalau Raido adalah kekasih dari Reina dan menghormatinya. Sementara itu di luar, Raido berjalan menelusuri lorong dengan langkah yang cepat,
“Raido, tunggu....” teriak Reina.
Raido semakin mempercepat jalannya dan turun melalui tangga ke bawah, dia ingin segera pergi dari sekolah, tapi Reina menyusulnya, dia melompat turun ke bawah dan mendarat persis di depan Raido.
“Minggir Reina.....aku bukan diriku,” ujar Raido.
“Aku tahu, aku tidak akan minggir, kita jalani ini bersama sama, ayo, kita kembali, ada aku, kamu tidak usah khawatir,” ujar Reina.
“Kalau aku kehilangan kendali bagaimana ? hanya dengan pertanyaan itu aku langsung menggeram, bagaimana kalau ada pertanyaan yang lebih dalam dan aku berubah menjadi Raigan,” ujar Raido sambil menutup wajahnya yang terlihat seperti akan menangis dan berkeringat deras.
Reina yang mengerti langsung menarik kepala Raido dan membenamkannya di dadanya, dia memeluk Raido,
“Aku mengerti Raido, aku mengerti, kita pulang, aku akan selalu di sampingmu, kamu semalam kurang tidur jadi kamu tidak bisa mengendalikan dirimu,” ujar Reina.
“Saat ini...baru kali ini....aku merasa takut akan diriku sendiri,” ujar Raido sambil memeluk Reina.
Raido terduduk dan mulai menangis di dada Reina yang ikut duduk dan terus memeluk Raido, Reina menoleh dan melihat Karen sedang melihat mereka dari tangga, di belakang Karen, Reina juga melihat beberapa teman sekelasnya melihat mereka. Karena melihat Raido dan Reina yang saling berpelukan, Karen langsung naik ke atas dan menyuruh semua teman sekelas yang menonton naik ke atas. Setelah Raido sudah agak tenang,
“Kita naik ke atas lagi ya, kasihan Karen-san, tidak usah khawatir, aku ada di sampingmu...ya,” ujar Reina.
Raido tidak menjawab, tapi dia mengangguk, kemudian keduanya kembali berdiri dan berjalan menuju ke kelas mereka sambil bergandengan tangan. Setelah mereka masuk kembali ke kelas dan berdiri di depan, siswa yang bertanya sebelumnya maju ke depan dan menunduk di depan keduanya,
“Maafkan aku, pertanyaanku keterlaluan,” ujarnya.
“Ti..tidak apa apa....maafkan aku yang terlalu sensitif,” balas Raido menunduk.
“Namaku Touji, Kawamura Touji, salam kenal Raido-kun,” ujar Touji.
“Salam kenal Touji-kun,” balas Raido.
Seluruh kelas langsung bertepuk tangan, Karen yang melihatnya tersenyum sambil manggut manggut dan melipat tangan di dada,
“Maaf nih Raido-kun, apa kamu pacaran dengan Chikage-san ? maaf banget kalau aku bertanya lagi, aku benar benar penasaran dan rasa penasaranku mengalahkan akal sehatku,” ujar Touji.
Belum sempat Raido menjawab sepatah kata pun, karena takut hal yang sama akan terulang lagi, tanpa ragu ragu Reina maju ke depan berdiri di depan Raido,
“Iya dia pacarku, jadi tolong jangan tanya soal ini lagi ya, dia pemalu,” ujar Reina tegas.
“Hah....” balas Raido kaget dan wajahnya langsung memerah.
Seluruh kelas, termasuk Touji dan Karen langsung bertepuk tangan kembali dengan meriah lebih meriah dari sebelumnya karena di iringi sorak sorai dan membuat wajah Reina menjadi sangat merah, dia menoleh kepada Raido dan berbisik,
“Bagaimana ini Raido ?” tanya Reina dengan wajah merah padam.
“Lah kamu yang pengumuman, ya mau gimana lagi, aku juga jadi malu,” ujar Raido membuang wajahnya ke arah lain.
“Nah sekarang, apa kemampuan kalian, bisa jelaskan ?” tanya Karen.
“Hah....” balas keduanya.
“Touji-kun, coba tunjukkan kemampuanmu,” ujar Karen.
“Baik sensei,” balas Touji.
Langsung saja Touji membuka telapaknya dan “blup,” sebuah lidah api besar keluar dari telapaknya seakan akan menari nari di atas telapaknya, kemudian dia memindahkan lidah api itu ke tangan satunya dan mengembalikannya lagi. Raido dan Reina kaget melihatnya, keduanya saling menoleh melihat satu sama lain. Karen tersenyum ketika melihat Raido dan Reina yang nampak bingung di sebelahnya, dia langsung bertanya kepada keduanya,
“Kenapa bingung ? kan sudah ku bilang kelas ini kelas khusus, tentunya seluruh siswanya memiliki kemampuan khusus, seperti Touji-kun yang memiliki kemampuan pyrokinesis,” ujar Karen.
Raido dan Reina langsung terdiam, mereka merasa di jebak untuk menunjukkan kemampuan mereka yang jelas jelas bisa membuat seisi kota menjadi musuh mereka dan selain itu, mereka merasa Karen seakan akan menunjukkan kalau para penduduk di kota Edopolis punya kekuatan yang bukan main main dan bisa menaklukkan mereka jika mereka menjadi musuh para penduduk kota. Raido langsung menggenggam tangan Reina yang juga membalas menggenggam tangan Raido. Karen dan teman teman sekelas mereka terlihat menunggu jawaban Raido dan Reina yang terlihat ingin buru buru lari keluar kelas dan merasa menyesal kembali ke kelas.