Difitnah, ditalak, dan diusir suaminya tidak membuat seorang wanita bernama Mila menyerah. Dia tetap bertahan demi untuk mendapatkan hak asuh anaknya.
Setelah dipisahkan dengan anaknya, Mila akan terus berjuang untuk mendapatkan anaknya kembali.
Apa yang akan Mila lakukan agar Aluna bisa kembali ke dalam pelukannya lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tangis haru.
Sesampainya di depan rumah Monika, Adnan menghentikan laju mobilnya. Monika tersenyum saat melihat Adnan.
Dia kemudian mendekati mobil Adnan dan masuk ke dalam mobil itu.
"Jalan Mas," ucap Monika.
Adnan menganggukan kepalanya. Setelah itu dia pun meluncur pergi meninggalkan rumah Monika.
"Kenapa lagi dengan anak kamu Mas?" tanya Monika.
"Aku nggak tahu kenapa dengan anak aku. Akhir-akhir ini dia jadi berani melawan dan membantah aku," ucap Adnan di sela-sela menyetirnya.
"Sabar lah Mas, namanya juga anak-anak. Anak seusia itu, memang lagi susah-susahnya di atur. Ponakan aku juga gitu kok."
"Sabar sabar, gimana aku bisa sabar Mon, kalau Aluna selalu menyalahkan aku."
"Menyalahkan gimana Mas?" tanya Monika tidak mengerti.
"Aluna selalu menyalahkan aku, karena kepergian Mila. Aluna selalu memaksa aku untuk mencari Mila dan dia meminta aku untuk mengajak Mila kembali lagi ke rumah."
"Kalau kamu balik lagi sama istri kamu, gimana dengan aku dong Mas?" ucap Monika sedih. Sepertinya dia tidak rela jika Adnan kembali lagi dengan Mila. Karena Monika sudah terlanjur mencintai Adnan.
"Kamu tenang aja sayang, aku sudah mengajukan gugatan aku ke pengadilan. Dan aku nggak akan cabut gugatan itu. Karena sampai sekarang aja, Mila belum bisa membuktikan kalau dirinya tidak bersalah."
Monika tersenyum. Dia tampak bahagia saat mendengar kabar baik itu.
"Kamu yakin dengan ucapan kamu Mas? kamu sudah mengajukan gugatan ke pengadilan?" tanya Monika.
"Iya. Aku tinggal menunggu waktu saja keputusan dari pengadilan."
Monika bernafas lega. Sebentar lagi, Adnan akan berganti status menjadi seorang duda. Itu artinya, Monika masih punya banyak kesempatan untuk memiliki Adnan.
Sesampainya di depan kantor, Adnan turun dari mobilnya. Dia kemudian membuka pintu untuk Monika.
"Makasih sayang," ucap Monika sembari turun dari mobil.
Adnan hanya mengangguk.
Setelah itu Monika dan Adnan pun masuk ke dalam kantor.
"Eh, lihat deh Monika, semakin hari, dia semakin lengket aja dengan Pak Adnan. Apa dia nggak malu, jalan sama lelaki yang sudah beristri," ucap Indah salah seorang rekan kerja Monika pada Vero temannya.
"Eh, dengar-dengar sih, Pak Adnan dan istrinya udah pisah ranjang," ucap Vero.
"Masa sih? kamu dapat berita itu dari mana?" tanya Indah.
"Beritanya udah menyebar kok Ndah. Katanya istrinya Pak Adnan itu selingkuh dengan lelaki lain."
"Kok bisa ya, lelaki setampan Pak Adnan di selingkuhin."
"Biasalah, mungkin istrinya Pak Adnan itu mau cari yang lebih sempurna dari Pak Adnan."
"Ya tapi, Pak Adnan kan belum resmi cerai dengan istrinya. Itu artinya dia masih istri orang. Nggak pantaslah Monika udah dekat-dekatin Pak Adnan. Kaya nggak ada lelaki lain aja."
"Udahlah, nggak usah ngurusin orang lain. Nggak penting juga kan untuk kita. Lagian kita semua kan udah tahu, kalau Monika itu ganjen."
"Ya udah yuk! kita masuk. Jangan sampai si bos lihat kita. Nanti dia fikir, kita lagi ngomongin dia."
"Iya."
Vero dan Indah kemudian ikut masuk ke dalam kantor.
****
Mila masih menatap rumah Adnan dari dalam taksi. Mila tadi pergi ke sekolah Aluna. Namun kata gurunya, Aluna hari ini tidak masuk sekolah.
Makanya Mila langsung meluncur pergi ke rumah Adnan untuk melihat Aluna.
"Aluna, ke mana ya. Kenapa dia nggak keluar rumah. Apa Aluna lagi sakit?" gumam Mila.
Mila yang penasaran dengan kondisi anaknya, turun dari taksi. Dia buru-buru berjalan mendekati gerbang rumah Adnan.
Mila terkejut saat tiba-tiba saja ada seseorang yang menepuk bahunya dari belakang.
Mas Adnan, batin Mila.
Mila fikir yang menepuknya dari belakang itu Adnan.
"Bu Mila," ucap Mbak Asih.
Mila menoleh ke belakang. Mila tersenyum dan bernafas lega karena ternyata yang ada di belakangnya itu Mbak Asih.
"Mbak Asih."
"Bu Mila. Kok, Bu Mila bisa ada di sini?" tanya Mbak Asih.
"Aku memang sengaja ke sini, untuk ketemu Aluna."
"Masuk aja Bu, mumpung rumah lagi sepi. Dan Aluna juga ada di dalam."
"Sepi? emang Bu Retno nggak di rumah?"
"Tadi Bu Retno pergi. Nggak tahu mau pergi ke mana."
"Mbak Asih dari mana? kok bawa belanjaan banyak begitu?" tanya Mila.
"Dari pasar Bu. Biasalah belanja kebutuhan dapur."
Mbak Asih kemudian membuka gerbang rumah Adnan.
"Ayo Bu, masuk!" ucap Mbak Asih mempersilahkan Mila masuk.
Mila mengangguk. Dia kemudian masuk ke dalam rumah Adnan.
Mila kemudian mengikuti Mbak Asih masuk ke dalam rumah itu.
"Bu Mila, duduk dulu Bu! Nanti aku akan panggilkan Aluna," ucap Mbak Asih setelah sampai di ruang tamu.
"Makasih ya Mbak Asih."
"Iya Bu. Aku mau bawa belanjaan aku ke dapur dulu ya."
"Iya.
Mila duduk di ruang tamu. Sementara Mbak Asih berjalan ke dapur untuk meletakan barang-barang belanjaannya di sana. Setelah itu, Mbak Asih pun pergi ke kamar Aluna untuk memanggil Aluna.
"Aluna...! Aluna...! ini Mbak Asih Aluna. Buka pintunya Aluna..." seru Mbak Asih dari luar kamar Aluna.
Beberapa saat kemudian, Aluna membuka pintu kamarnya.
"Ada apa Mbak?" tanya Aluna.
Mbak Asih tersenyum.
"Ada kejutan buat Aluna."
Aluna mengernyitkan alisnya.
"Kejutan apa Mbak?'' tanya Aluna.
"Ikut Mbak yuk!" ajak Mbak Asih.
Aluna mengangguk. Dia menurut ikut Mbak Asih sampai ke ruang tamu.
Aluna terkejut saat melihat ibunya.
"Mama...!" seru Aluna sembari berlari memeluk Mila.
"Aluna sayang, mama kangen sama kamu Aluna."
"Luna juga kangen sama Mama. Hiks...hiks...hiks..."
Aluna dan Mila menangis haru sembari berpelukan.
Sementara Mbak Asih pergi masuk ke dalam dan membiarkan ibu dan anak itu melepas rindu.
Mila melepaskan pelukannya. Mila mengusap air matanya. Dia juga mengusap air mata Aluna.
"Aluna, kenapa kamu nggak masuk sekolah Nak? Aluna lagi sakit ya?" tanya Mila sembari memegangi kening Aluna.
"Luna nggak apa-apa Ma. Luna cuma malas aja berangkat sekolah. Karena Luna kangen sama mama. Luna pengin berangkat sekolah sama mama," ucap Aluna menjelaskan.
Mila tersenyum. Dia kemudian mengusap-usap rambut anaknya dengan sayang.
"Aluna sudah makan belum?" tanya Mila.
Aluna menggelengkan kepalanya.
"Kenapa belum?"
"Aku nggak pengin makan. Aku pengin makan disuapin Mama."
Mila menghela nafas dalam. Betapa sedihnya Mila saat melihat Aluna. Andai Mila bisa membawa pergi Aluna dari rumah itu, pasti Mila sudah membawa Aluna pergi dari dulu.
"Mama, kenapa mama nangis?" tanya Aluna saat melihat Mila menangis.
"Mama nggak apa-apa sayang," ucap Mila sembari mengusap air matanya.
Aluna meraih wajah Mila dan mengusap sisa-sisa air mata Mila.
"Mama, jangan nangis Ma. Luna mohon, setelah ini mama jangan pergi lagi ya. Aluna ingin mama tinggal di sini lagi sama Luna. Luna pengin bobok sama Mama lagi."
"Aluna sayang, maafin mama ya. Mama nggak bisa seperti dulu lagi sayang. Mama udah nggak bisa tinggal di sini lagi."
"Kenapa Ma?"
"Aluna belum ngerti kondisi Mama. Karena Aluna masih kecil. Kalau Aluna sudah dewasa, Aluna pasti akan ngerti kondisi Mama. Mama sudah nggak bisa tinggal bareng lagi sama Papa kamu."
"Kenapa Ma? apa mama sama papa mau cerai? terus gimana dengan aku?"
Hati Mila merasa tertampar saat mendengar ucapan Mila. Sebenarnya Mila tidak menginginkan perceraian itu terjadi pada rumah tangganya.
Namun, keegoisan Adnan yang memaksa Mila untuk menerima perceraian itu. Apalagi sekarang, Adnan sudah menggugat cerai Mila ke pengadilan.
karena ketika enak sj yg d kejar setelah dapat akan di balik kondisinya. apalagi kau memulai ny dgn tidak baik.
.
buat koreksi aj kak, agar ke depan ceritanya lebih enak di baca, ^^