Jodoh tidak ada yang tahu kapan datangnya dan dengan siapa.
Seperti Mario ia tak menyangka bertemu dengan Mentari di Desa Suka Merindu saat ia tersesat di Desa tersebut. Pertemuan mereka cukup singkat namun siapa sangka mereka malah berjodoh dan menikah.
Hubungan keduanya tidak seperti pasangan suami istri normal pada umumnya, karena keduanya menikah bukan berlandaskan cinta tapi karena sebuah keterpaksaan satu sama lain.
Lantas bagaimana kelanjutan cerita Mario dan Mentari ? Akan kah keduanya saling jatuh cinta dan menerima pernikahan mereka setelah melewati beberapa waktu bersama ?
Simak ceritanya dalam Novel "GADIS DESA MILIK PRESDIR" Karya : DEWI KD
Jangan lupa untuk memberikan dukungan pada author dalam bentuk like dan komentar sebanyak-banyaknya yaa.. 😘😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi KD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KONSULTASI
Malam harinya Mentari tidak turun bergabung untuk makan malam sebab ia sendiri malu untuk bertemu dengan mertuanya.
“Ini semua gara-gara Mu, Mas !” Mentari berucap.
“Kenapa gara-gara Aku ? Semua terjadi karena kecelakaan, dan yang menjadi korban disini adalah Aku !” Mario masih memegangi senjata saktinya karena masih terasa ngilu.
“Jangan seperti anak kecil Mas, paling juga itu akal-akalan Mas masa sakit dari tadi tidak hilang-hilang.” Omel Mentari karena menganggap Mario berlebihan sejak tadi Mario meringis seolah menahan sakit di itunya.
“Kau pikir Aku main-main, Aku benar-benar sakit, Mentari !” sangkal Mario cepat
“Serius ?” Mentari memastikan suaminya.
“Apa yang akan terjadi nanti jika terjadi apa-apa dengan penerus bangsa Ku ?” lirih Mario membayangkan Burio nya takut jika Burio kebanggaannya tak bisa digunakan lagi.
“Bagaimana kalau dia tidak bisa bangun lagi.” Mario berucap lirih.
Mendengar hal itu Mentari merasa bersalah seharusnya ia tak menendang Burio. Apa jadinya nanti jika Burio tak lagi bangun, walau bagaimana pun Mario adalah suaminya, dan mungkin di masa yang akan datang Mentari membutuhkan Burio.
Mentari pun bangkit dari duduknya dan pergi ke kamar mandi ia mengambil handuk yang sudah dibasuh dengan air hangat.
“Mau apa ?” Mario menelan air ludahnya saat Mentari tanpa tahu malunya membuka resleting celananya.
“Aku ingin bertanggung jawab !” ucap Mentari dengan santainya.
“Bertanggung jawab ?” Mario menaikkan satu alisnya karena merasa ambigu dengan perkataan istrinya.
“Astaga ukurannya tidak main-main.” Mentari melihat bentuk dan ukuran pedang panjang milik suaminya yang begitu diluar porsi normal.
“Apa kau tidak malu ?” ucap Mario pelan ia meringis saat Mentari dengan lembut mengompres Burionya.
“Kenapa malu, ini punya Ku !” balas Mentari asal.
Mario terkekeh ia pikir Mentari seorang gadis desa yang lugu dan polos ternyata Mario salah besar.
“Pasti Kau sering melihat hal seperti ini, makanya kau tidak malu sama sekali.” Ejek Mario
“Jangan berlebihan kalau bicara Mas, jelas saja aku sering melihat hal seperti ini. Bukan hanya sapi tapi juga kuda ukuran mereka jauh lebih besar dari punya Mu !” Mentari balas meledek.
“Jadi menurut Mu, punya Ku kecil ?” cicit Mario
Mentari menaikkan bahunya.
“Apa Kau benar-benar tidak menginginkannya ?” ucap Mario lagi.
“Bukan tidak ingin, ada banyak hal yang aku pikirkan tentang Mu, terlebih tentang kita yang tak saling cinta.”
“Berhubungan *** tidak melulu tentang soal cinta.” Jawab Mario
“Apa kau tidak ingin tahu bagaimana rasanya ?” Mario mencoba merayu Mentari.
Bohong jika Mentari tak ingin tahu dan tak ingin merasakannya. Sebab di sekolah ia berteman dengan Bunga, pergaulan Bunga yang begitu bebas sebab ia sudah mengenal *** dengan pacarnya. Bunga sering menceritakan pada Mentari bagaimana enaknya berhubungan *** bahkan Bunga pernah mengajak Mentari untuk menonton film biru.
“Tapi Aku takut !”
“Apa yang ditakutkan, ada Aku, tenang saja !” Mario mencoba merayu Mentari lagi.
“Nanti kalau Aku hamil bagaimana ?” lirih Mentari sebab usianya masih muda 18 tahun belum terpikirkan olehnya untuk memiliki anak bahkan pernikahan yang ia jalani pun tak pernah ia bayangkan, sebab ia masih ingin fokus belajar dengan melanjutkan pendidikannya di jenjang kuliah.
Mario tampak memikirkannya mungkin ia pikir Mentari belum siap untuk hamil sebab istrinya itu masih takut membayangkan menjadi ibu hamil.
“Kapan kau datang bulan ?” tanya Mario pelan, sebab ia pernah membaca di sebuah buku tentang reproduksi yang ia baca milik Paula, jika perempuan mendekati masa menstruasi maka perempuan itu kemungkinan kecil akan sulit untuk hamil.
“Kenapa bertanya seperti itu ?” Mentari merasa aneh dengan pertanyaan suaminya.
“Hanya memastikan saja.” Jawab Mario.
“Mungkin dua hari lagi, Mas.” Mentari menghitung-hitung kapan terakhir kali dirinya datang bulan.
“Bagus ! kalau begitu kita lakukan sekarang, pasti Kau tidak akan hamil !” ucap Mario yakin.
“Apa Mas seorang dokter ?” tanya Mentari dan membuat Mario terdiam.
“Mungkin lebih tepatnya dokter cabul.😂😅🤣”
... ……………....
kerwn thoor...🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🔥🔥🔥🔥
keder nih si othor..😄😄😄
ngakaakkk paraahhh....