Hana Larasati Abraham, wanita cantik yang memiliki karir cemerlang. Dia salah satu penerus perusahaan keluarga Syahbana. Memiliki paras mempesona membuat dirinya diperebutkan para pria.
Kehadiran seorang pria yang ditugaskan menjadi sopir pribadinya menjadikan dirinya sosok wanita sombong dan angkuh. Apalagi dia tahu jika Dennis adalah bocah laki-laki tak disukainya dari kecil, rasa kebenciannya semakin besar dan berusaha membuat lelaki tersebut tidak betah.
Akankah Dennis Lim Kyo bertahan dengan sikap arogan Hana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 - Dennis Patah Hati
Dua hari kemudian....
Dennis datang ke rumah orang tuanya Winny yang tak jauh dari kediaman kekasihnya.
Menggunakan motor mereka tiba di bangunan berlantai dua dengan halaman tak terlalu luas seperti kediaman orang tuanya Hana.
Dennis dan Winny berjalan memasuki rumah tersebut tak lupa mengucapkan salam. Keduanya duduk di sofa yang sama.
"Jadi, kamu yang namanya Dennis?" tanya ayahnya Winny.
"Iya, Paman."
"Kebetulan kalian ke sini, jadi sekalian saja Paman berbicara," ucap pria paruh baya itu lagi.
"Bicara apa, Pa?" tanya Winny.
"Sebenarnya Papa sudah menjodohkanmu dengan seorang pemuda," jawabnya.
"Pa, aku tidak mau dijodohkan." Winny menolaknya tegas.
"Paman, Bibi, saya serius dengan Winny. Jikapun kalian mau, malam ini juga kami menikah," ujar Dennis.
"Saya tetap tidak setuju, kamu menikahi putri kami," ucap ibunya Winny.
"Alasannya apa, Ma?" tanya Winny.
"Kami sudah berjanji pada orang tuanya untuk menikahkan kamu dengan putranya. Minggu depan mereka akan datang," jawab wanita paruh baya itu.
"Ma, Pa, aku tetap tidak ingin menikah jika bukan dengan Dennis," ucap Winny.
"Jangan membantah, Winny. Usaha kamu kalau bukan campur tangan orang tuanya tinggal akan sebesar itu!" kata papanya.
"Berapa saya harus mengganti uang mereka, Paman?" tanya Dennis.
"Tidak perlu, Nak Dennis. Kami sudah berjanji dan harus ditepati. Terima kasih telah mencintai Winny tapi maaf kalian tak dapat menikah," ujar mamanya.
"Pa, Ma, tolong jangan lakukan ini kepadaku!" Winny berlutut menyentuh paha ibunya dan menatapnya.
"Maafkan kami, Nak. " Mama-nya Winny tampak berkaca-kaca.
"Dennis, lebih baik kamu pulang," ucap Papa-nya Winny lembut.
"Paman, tolong pikirkan lagi perjodohan Winny dengan pria lain," ucap Dennis.
"Keputusan kami sudah bulat, Nak." Mama-nya Winny menimpali.
"Ma, aku tidak mau dijodohkan. Kalian jangan egois seperti ini," ucap Winny yang berlinang air mata.
Dennis tak ingin pergi meninggalkan kekasihnya.
"Mau apa lagi di sini? Pergilah!" usir Papa-nya Winny.
"Paman..."
"Kami menyayangi Winny dan tahu apa yang terbaik untuknya," ucap Papa-nya Winny.
Dennis pun akhirnya pulang dengan hati yang patah.
Di dalam kamarnya, dia menumpahkan air matanya yang tak tertahankan di rumah orang tua Winny.
"Apa yang harus aku lakukan?" Dennis menjambak rambutnya.
****
Pagi harinya, Hana dan Arya bertemu di sebuah kafe.
"Bagaimana dengan rencana kita?"
"Semuanya berjalan lancar. Orang tuanya Winny menuruti permintaan saya."
"Bagus."
"Jika kamu dan Winny menikah, aku akan memenuhi janji," ucap Hana.
"Kami tidak mungkin segera menikah, Nona. Winny masih bersedih apalagi kemarin mereka baru menerima kenyataannya."
"Kenapa tidak bisa? Semakin cepat bukannya semakin baik."
"Kemarin Dennis bahkan mengatakan siap menikahi Winny malam itu juga, bukankah pria sepertinya sangat langka?"
Hana tertawa kecut.
"Kira-kira rencana kita tidak akan ketahuan, kan?" tanya Arya.
"Selama kamu tidak membuka mulut semua aman," jawab Hana.
"Baiklah, saya senang berbisnis dengan Nona."
Hana sengaja datang ke kantornya Darrell hanya untuk bertemu dengan Dennis. Sesampainya di sana mendekati meja kerja pria itu.
"Nona Hana!" Dennis mendongakkan kepalanya.
"Hai, apa kabar?"
"Baik, Nona."
"Aku ingin makan es krim, bisa temaniku?"
"Maaf, saya tidak bisa."
"Kenapa? Bukankah toko es krim milik kekasihmu?"
"Saya masih sibuk, jika mau Nona saja sendiri ke sana," jawab Dennis.
"Oh, baiklah aku akan ke sana sendiri.
Hana berangkat ke toko es krim Winny begitu sampai sana, ia tersenyum menyeringai. Tentunya rencananya berhasil, tak ada kemesraan yang dilihat atau didengarnya dari sepasang mantan kekasih itu.
"Aku mau es krim rasa coklat stroberi satu!"
Winny hanya mengangguk lalu membuatkan pesanan pelanggannya.
Winny menyerahkan es krim kepada Hana dan menyebut total belanjanya.
"Kenapa lesu? Apa lagi ada masalah?" tanya Hana berpura-pura.
Winny mengiyakan.
"Butuh teman curhat?" Hana menawarkan diri.
Winny mengangguk.
Keduanya pun mengobrol, Hana memasang wajah pura-pura berempati padahal dirinya sangat licik.
Winny tak dapat menahan air matanya, lagi-lagi Hana memainkan drama dengan memeluknya.
Setelah Winny selesai menumpahkan isi hatinya, Hana pulang dengan tersenyum mengembang.
Hana mendatangi kediaman Dennis dengan membawa makanan.
Dennis tampak terkejut dengan kemunculan wanita itu dihadapannya.
"Aku tahu kamu sedang patah hati, makanya ku kesini membawa makanan untukmu."
"Silahkan masuk, Nona." Dennis membuka pintu lebar-lebar.
Karena tak ingin menjadi fitnah, keduanya duduk di ruang tamu.
Hana membuka kotak makanan dan menyodorkannya kepada Dennis yang awalnya menolaknya akhirnya mau juga.
Hana kembali memainkan perannya dengan baik, seakan-akan menjadi malaikat bagi Dennis dan Winny padahal dirinya adalah penghancur sebenarnya.
"Jangan berkecil hati, mungkin Winny bukan jodohmu!" Hana berkata dengan mengunyah mentimun.
"Tapi, saya sangat mencintainya," ujar Dennis masih dengan nada sedih.
"Jika takdir kalian mengatakan tidak, tetap saja akan membuatmu sakit," Hana berkata seakan-akan paling bijak.
Dennis menghela napas.
"Bangkitlah, hidupmu tak mungkin berakhir karena perpisahan ini, 'kan?"
***
Seminggu berlalu acara lamaran Winny pun dilaksanakan. Dennis hanya mendapatkan kabar dari mantannya melalui pesan singkat.
Dennis semakin tak karuan, pekerjaannya terbengkalai sehingga Darrell menyarankan untuk liburan sejenak.
Hana datang menjadi penghibur bagi Dennis, dia mengajak pria itu menikmati waktu dekat menonton bioskop dan bermain golf.
Namun, Dennis tetap belum sepenuhnya lepas dari bayang-bayang kekasihnya.
Dennis selalu salah menyebut nama Hana.
"Aku tahu jika dirimu belum mampu melupakannya, tapi tolong jangan salah menyebut namaku," singgung Hana diiringi senyuman.
"Maaf, Nona."
"Berulang kali kukatakan jangan memanggilku dengan sebutan Nona lagi."
"Saya lupa, maaf."
"Baiklah, hari ini ku memaafkanmu. Besok jangan sampai salah lagi," ucap Hana.
"Siap, Nona. Eh, Hana!" Dennis tertawa.
Hana pun ikutan tertawa juga.
****
TIga pekan berlalu...
Pesta pernikahan Winny dan Arya pun terjadi, Dennis mendapatkan undangan namun menolak datang.
Akhirnya, Hana pergi seorang diri mengucapkan selamat kepada kedua pengantin baru.
Tampak Winny mencoba mencari keberadaan Dennis.
"Dia tak mau ikut," ucap Hana.
Tampak wajah Winny sendu.
"Dia hanya titip salam semoga kalian hidup bahagia selamanya," ujar Hana melirik Arya.
"Terima kasih, Nona."
"Sayang, sebenarnya Nona Hana adalah rekan bisnis aku," ucap Arya.
"Kebetulan sekali, ya." Winny mencoba tersenyum.
"Aku tidak menyangka jika istrinya Arya itu kamu," Hana berkata-kata palsu.
"Benarkah tidak tahu, Nona?" tanya Arya basa-basi.
"Iya, aku baru tahu ketika baca undangan pernikahan kalian," jawab Hana.
Arya dan Winny tersenyum mendengar jawaban dari Hana.
"Sekali lagi selamat bahagia buat kalian," ucapnya.
"Sama-sama, semoga Nona juga bahagia," Arya menarik ujung bibirnya.
Hana pun ikutan menyeringai.
Hana lalu menatap Winny dan berkata, "Lihat suamimu sekarang, jangan menoleh ke belakang."
ceritanya bagus lo,,
lanjut la thor sampai HANAN AMA NADIEN bersatu,,kan nanggung ceritanya
ya thor ya🙏🙏🙏
jangan berhenti dong...