Ellena harus pasrah, ketika suami yang ingin ceraikan karena tabiat bermain perempuan tidak berhenti, namun hatinya terjerat karena dia tampan dan berubah baik.
Namun siapa sangka, kebaikan Lex, hanya satu?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oktiyan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Jadi Gila
Hanasa masih menatap Prilaku Alfian dan seorang wanita. Hingga tak sadar ia berjalan membuat dirinya jatuh dan tiba saja sebuah mobil terlihat mematai seseorang dengan tatapan senapan pada Alfi. 'Tidak! apa dia mengincar Alfi?' benak Hana.
Namun saat Hana menghampiri, mobil itu pergi dan benar saja. Menoleh sikap Alfi dan seorang wanita kembali membuatnya sakit.
"Erene, kamu kenapa di sini?"
"Darling! Eeeeum. Bukankah kamu berpesan, agar aku cepat datang? Jadi aku yakin, kamu akan datang kesini." senyumnya.
'Haah! jadi dia itu kekasih Alfi. Apa dia selebriti, atau .. kenapa wajahnya familiar ya,?" Hana memikirkan penuh tanya.
Sementara dirinya mengekor di tinggal lebih dulu oleh Alfi yang bergandengan manja.
"Hey gendut. Jangan lambat, jika kau ketinggalan. Maka kau tidur diluar!" ketus Alfi menoleh kebelakang, yang melihat senyum miring pada Hana.
Ck.. Hal itu membuat Hana ingin melempar sesuatu, tubuhnya memang gempal. Tapi membawa koper dan bag miliknya saja sudah berat. Di tambah harus membawa koper milik Alfi yang besar. Sungguh gila, aku di nikahi apa hanya untuk menjadi pembantu. Gerutu Hana saat ini, membuat matanya semakin berlinang.
Namun isyarat mbak Nazi, Hana hampir lupa. Ia kembali bergegas masuk dengan sekuat tenaga. Menatap punggung wanita body goals terlihat sangat menarik, membuat mata pria pasti meliriknya. Sedangkan Hana melihat dirinya berjalan saja, sudah menggetarkan bumi ketika berpijak. Hanya acuhan tatapan orang yang melihat ke arahnya seperti ejekan membuat Hana telah terbiasa sikap orang menatapnya.
'Astaga! apa manusia di bumi harus berteman tergantung fisik. Padahal gendut atau kurus, semua sama saja di mata Tuhan. Apa salahnya aku gendut, bukannya aku terlalu bahagia. Hingga bobot ku semakin naik, dan jika aku bicara terlalu kurus jelek, karena aku pikir dia terlalu menderita. Apa dia mau menerima ucapan Aku?' itu adalah perkataan Hana dalam hati yang sudah terlanjur sebal.
Hingga ia lupa, dimana Alfi dan wanita tadi sudah pergi lebih dulu. Hana melirik mencari cari agar jejaknya benar tak kehilangan.
"Aduh! dia kemana arahnya ya? Masuk lift, apa tangga. Tapi kok ga keliatan, aduh dasar bodoh! lagi lagi kehilangan jejak." Hana menoleh tangga yang berputar melingkar seperti obat nyamuk bakar dari tangga paling bawah.
Hana mencari cari, hingga akhirnya ia lelah. Ia duduk di sofa sejajar dengan custumer service, wanita bule yang dari tadi mungkin melihat dan memperhatikannya.
"Hello Miss is there anything I can help, need help" artinya hello nona, apa yang bisa saya bantu. Perlu bantuan? wanita bule itu menghampiri Hana yang memijit mata kaki bengkaknya.
Aduh! Help artinya tolong bukan ya, apa dia nawarin bantuan buat aku ya. Hana masih senyum memijit kaki bengkaknya.
"Begini kak, eh mbak. Kaki saya bengkak. Capek, bisa bantu saya cari kamar Alfi?"
"What? Alfi, custume nomor berapa. Sudah reservasi?" tanya wanita bule, yang kini berbahasa indonesia.
'Jiah! tau bahasa indo juga, syukurlah. "Alfi pria yang pakai baju kotak kotak garis emas. Sama cewe mirip model shampo kutu. Baru aja tadi lewat, tolongin saya ya mbak!"
Mendengar ocehan Hana, wanita bule itu tersenyum. Mengambil talky walky yang terikat di pinggang. Tak lama dua security datang menghampiri membuat Han ternganga.
"Permisi! Nona mari ikut kami, tunawisma tidak boleh ke tempat ini. Ini adalah peraturannya!"
"What. Tunggu! saya bukan tunawisma, dasar pria gila, semua karena Alfi aku kaya gini. Kalian jangan sembarangan ya, saya telepon papa saya. Biar saya cari tau lewat papa saya, kalian ga percaya banget sih." cetus Hana yang merogoh tasnya. Bodohnya lagi, ia lupa jika ponselnya berada di tas hitam pipih yang di tenteng Alfi.
TBC.